32 : Makrab Fotografi 2

2.2K 421 24
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Tiba-tiba Ajeng menarik tangan Aqilla.

"Kak temenin aku yuk, di sana kayaknya view nya bagus deh," sambil menuntun Aqilla manjauh dari Tama.

Aqilla seperti tertarik ombak, ia mengikuti Ajeng sambil wajahnya terus menghadap ke arah Tama yang berada di belakangnya.

"Huft..." Tama menghela nafas.

Ia mulai memotret pemandangan, untuk menutupi jejak foto yang sebelumnya. Tanpa sadar, Aqilla dan Ajeng berada jauh dari Tama.

"Yuk kita balik ke villa buat istirahat shalat sama makan," ucap Qilla pada Ajeng.

Mereka berdua kembali menuju villa makrab meninggalkan Tama yang masih sibuk memotret. Sesampainya di villa mereka baru sadar jika Tama tak ikut bersama mereka, namun mereka berpikir Tama sudah sampai lebih dahulu, toh kalau pun belum sampai, lokasinya dekat dan mereka berpikir mana mungkin dia bisa nyasar. Mereka semua melanjutkan kegiatan berikutnya tanpa Tama, hanya Aqilla dan Ajeng yang sadar jika Tama tidak berada ditengah-tengah mereka.

"Tama mana kak?" tanya Ajeng.

"Jangan-jangan nyasar?" jawab Aqilla.

Mereka melakukan kegiatan hingga jam 4 sore dan kemudian dipersilahkan untuk istirahat shalat ashar. Aqilla dan Ajeng memutuskan mencari Tama sebelum semua orang sadar. Mereka berpencar untuk mempersingkat waktu.

Sudah 1 jam mereka mencari, Ajeng menelpon Aqilla, ia ingin pulang ke basecamp untuk melihat apakah Tama sudah pulang atau belum. Aqilla berusaha menelpon Tama namun nomornya tak dapat di hubungi entah karena sinyal atau memang kehabisan batre. Aqilla terus berjalan mencari Tama, hingga tanpa sadar sepasang mata mengawasinya dari jauh.

"Grrrrr..."

Aqilla menoleh ke belakang, ia di ikuti oleh seekor anjing liar.

"Duh mama, gimana ini?" Aqilla melihat sekelilingnya dan tidak ada siapapun, entah harus berteriak, diam atau lari. Ia tak tahu harus berbuat apa.

Anjing itu terlihat buas, ia menghampiri Aqilla yang sedang diam ketakutan. Aqilla reflek berlari karena takut dan anjing liar itu ikut berlari mengejar Aqilla. Gadis berjaket cokelat itu terjatuh karena tersandung batu, karena jatuh dalam posisi kecepatan yang lumayan cepat, kakinya terkilir. Ia berusaha bangun namun ia tak mampu, Anjing itu semakin dekat dengan Aqilla, gadis itu berteriak dengan sekuat-kuatnya, "Tolooooong!"

"Braaaak!"

Sebuah kamera melayang mengenai kepala Anjing itu dengan sangat keras.

Tama yang kebetulan nyasar di wilayah itu tidak sengaja menemukan Aqilla yang hendak diserang Anjing liar. Anjing itu kini melihat ke arah Tama dan mengubah targetnya, ia berlari dengan sangat cepat ke arah Tama, pria itu tak takut, ia mengambil kayu di pinggir jalan untuk memukul anjing itu, namun anjing itu lebih lincah dan berhasil menggigit lengan kirinya, darah mulai keluar akibat taring menembus kulitnya.

Tama memukul anjing itu dengan tangan yang satunya, namun tenaganya kurang kuat karena gigitan anjing itu terasa sangat nyeri hingga ke seluruh tubuhnya bagaikan pisau yang menembus daging. Ia membuang kayu yang ia pegang, dengan sarung tangan yang licin ia tak mungkin bisa melepaskan gigitan anjing itu, Tama membuka sarung tangan hitamnya dengan mulutnya dan menjambak bulu-bulu anjing itu untuk melepaskan gigitannya.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang