Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
"Yakin ga ada yang ketinggalan?" tanya Andis yang sedang berada di depan stasiun tugu. Dan seperti biasa, Tama hanya mengacungkan jempol andalannya.
Ya, beberapa hari yang lalu Dirga dan Ajay sudah berangkat untuk kegiatan KKN, dan hari ini giliran Tama yang berangkat. Andis mengambil helm yang dikenakan Tama dan menaruhnya di cantolan depan motornya. Setelah melihat Tama yang sudah berkumpul dengan kelompok KKN nya, Andis pergi meninggalkan Tama.
Sendirian bukan berarti kesepian, kan? Sepanjang jalan, Andis memikirkan beberapa hal menyenangkan yang ia bisa lakukan sendirian. Sesampainya ia di mantra, ia duduk sambil melamun hingga beberapa menit.
"Apaaaaa ya!" gumamnya yang tak menemukan jawaban.
"Ah ... telpon, Uchul." Andis mengambil ponselnya dan menelpon sahabat terbaiknya. Uchul mengangkat telpon.
"Oi, Chul," sapa Andis.
"Kekeke." Uchul langsung mematikan telpon setelah tertawa.
"Anjir ga jelas!" gerutu Andis. Tak lama setelah itu, Uchul mengirim sebuah chat yang berisi screenshot chat dari Dirga.
Dirga : Ga lama abis Tama berangkat, Andis pasti kesepian, dia bakalan ngehubungin lu, Cul. Ketawain aja.
Diam-diam si kurang ajar ini mengintip masa depan gue rupanya, batin Andis.
Jujur saja, Andis adalah anak yang tak begitu suka sendirian seperti Tama. Ia pergi mencari kegiatan di luar dan kembali lagi saat sore, untuk persiapan toko. Hari ini begitu singkat, bahkan tak terasa jika sekarang sudah waktunya mantra tutup.
"Kak, aku pulang dulu ya," ucap Nisa yang sudah melepas apronnya dan mengambil tas miliknya.
"Aku juga, Kak." Begitupun dengan Puspa.
Terbesit sebuah ide gila di otak Andis ketika Nisa dan Puspa pulang, ia mengunci pintu depan dan setelah itu berjalan menuju kamarnya. Andis menutup pintu dan mematikan lampu, ia juga menutup semua jendela hingga membuat suasana kamar menjadi gelap gulita. Andis menyalakan radio tua miliknya dan mencari saluran kosong. Sebelumnya Andis juga mengambil tiga buah lilin dan diletakkannya mengelilingi radio tua miliknya. Andis juga mengambil sebuah lonceng dari salah satu lacinya, sambil duduk ia membunyikan lonceng sebanyak tiga kali. Api menyala secara tiba-tiba pada ketiga lilin yang mengitari radio. Suasana kamar berubah. Angin yang entah muncul dari mana membuat hawa menjadi dingin. Seiringan dengan suasana mencekam itu, bunyi radio juga perlahan mulai tenang, seakan menemukan sebuah saluran yang sedang melakukan siaran.
"Selamat datang di parade tengah malam," ucap Andis.
"Di sini saya sebagai host, dan kalian sebagai guest. Kalian akan menceritakan pengalaman horor kalian, silahkan," ucap Andis lagi.
"Siapa diri saya, itu tidak penting. Saya akan menceritakan sebuah cerita menyeramkan yang pernah saya alami," ucap suara dalam radio. Suara itu berat, dan agak lambat dalam berbicara.
"Jalan Kabupaten adalah jalan yang mengerikan ketika malam datang. Jalan ini banyak disebut angker karena sepi dan banyak sekali pohon di sekitar jalan, sehingga penerangan pun hanya mengandalkan lampu sorot yang berada di pinggiran jalan. Banyak pengendara yang bergidik ngeri saat melewati jalan itu, sering juga tempat itu dikaitkan dengan berbagai hal-hal mistis. Dari penumpang ghaib, sosok menyeramkan di pinggir jalan, hingga penampakan orang sedang menyebrang dan tiba-tiba menghilang. Alhasil, banyak terjadi kecelakaan dan pada akhirnya jalan itu menelan korban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Coffee Classic
ParanormalKebayang gak sih 4 anak indigo tinggal barengan & buka coffee shop? mereka jualan kopi sambil buka konseling seputar kasus supranatural dan memecahkan kasus tersebut. Andis, Dirga, Tama & Fajar adalah mahasiswa baru yang merantau ke Yogyakarta. Mere...