79 : Pertemuan

1.7K 372 26
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Hari ini adalah konser solo piano Sarah yang akan diadakan di gedung Jogja Expo Center. Andis dan Dirga pergi ke JEC dengan pakaian formal, Dirga memakai kaos berwarna hitam dibalut blazer berwarna biru dongker. Sedangkan Andis mengenakan kemeja putih dibalut dengan tuxedo hitam, mereka mengendarai mobil milik Dirga. Selain pertunjukan solo piano Sarah, ada juga beberapa pertunjukan solo dari musisi lain.

"Mau outfit nya apaan aja, tetep ye, topi andalan selalu dipake," sindir Dirga.

"Jelas."

Sesampainya mereka di JEC, Andis dan Dirga segera masuk dan mencari nomor kursi mereka. Tentu saja, acara ini sangat ramai. Dan sebagian besar adalah kalangan darah biru. Namun, banyak juga mahasiswa yang turut ikut meramaikan konser ini.

Sarah tampak muncul dari backstage, ia mengenakan gaun berwarna biru, rambutnya terurai sepanjang pundak. Tak lupa ia mengenakan syal biru muda favoritnya, mungkin jika diibaratkan seorang Aqilla Maharani, ia tak mungkin tampil tanpa pick gitar favoritnya. Begitulah pentingnya syal itu bagi Sarah.

"Cantik ...," gumam Andis.

Dirga hanya senyum-senyum sendiri melihat Andis yang membatu sambil melongo, seakan matanya ingin keluar.

"Awas tuh iler jatoh," ledek Dirga.

"Kampret! Terpana gua," ucap Andis yang kembali sadar.

Sarah duduk di depan grand pianonya, ia memulai pertunjukannya dengan Rondo Alla Turca, Mozart.

Lalu dilanjutkan dengan Canon in D dari Johann Pachelbel.

Setelah membawakan beberapa lagu, Sarah akhirnya selesai dengan perform nya. Ia kembali ke belakang backstage.

"Sarah udah kelar, lu mau balik ga?" tanya Dirga.

"Hehehe tau aja lu, niat gua."

"Udah ke baca, lu bukan orang yang suka-suka amat ama musik. Lu cuma suka sama yang main."

Dirga dan Andis beranjak, mereka pergi meninggalkan acara. Andis menyuruh Dirga untuk menunggu di mobil, sementara ia pergi ke backstage untuk memberikan selamat kepada Sarah.

"Hey," sapa Andis yang berada di backstage, ia menggunakan tiket VIP dari Sarah untuk bisa masuk ke backstage.

"Hallo," balas Sarah.

"Gokil sih, pertunjukan lu keren banget."

"Makasih ya," balas Sarah sambil tersenyum malu.

"Sendirian aja?" tanya Sarah.

"Berdua kok, itu udah ditunggu di mobil sih," jawab Andis.

"Mobil?"

"Iya, mobilnya--"

Belum selesai Andis bicara, Sarah tiba-tiba saja berlari ke arah luar, ia pergi meninggalkan Andis dengan raut wajah tersenyum. Mungkin Sarah pikir, yang datang bersama Andis itu adalah Tama.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang