Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
Kedekatan antara Tama dan Sarah semakin membuat geger sekolah, terutama di kalangan para murid. Ketika gadis paling populer dan pria yang paling dijauhi di sekolah, berjalan bersama. Sarah selalu menunggu Tama keluar dari kelasnya, jika ia keluar duluan. Ketika Tama keluar, ia akan berjalan di belakang Tama sambil memegangi ujung lengan seragamnya tanpa tau, kemana langkah itu akan membawanya. Jujur saja, Tama tak terlalu menghiraukan atau merasa terganggu atas kehadiran Sarah yang belakangan ini selalu menempel padanya, bahkan ketika tidak di rooftop. Yang jelas, di mata orang lain, mereka seperti sepasang kekasih.
Keadaan ini membuat Sarah menjadi di pandang buruk oleh sebagian orang, dan Tama di pandang baik oleh sebagian orang. Ketika mereka berdua, mereka menjadi netral, tak terlalu dipandang baik dan tidak juga dipandang buruk. Keadaan itu berlangsung hingga pertengahan semester kelas dua.
Hari itu ayah Sarah datang ke sekolah dan menemui kepala sekolah. Dari pembicaraan itu, rupanya Sarah akan segera pindah sekolah karena tuntutan kerja ayahnya, mereka sekeluarga akan meninggalkan Jakarta pada akhir bulan ini. Sebuah titik yang besar akan segera menutup kebersamaan mereka.
"Udah denger? Kabar tentang, Sarah?" tanya Andis yang sedang membeli cilok di kantin.
Tama menghiraukan pertanyaan Andis, entah ia sudah tahu, atau mingkin dia tidak terlalu peduli. Yang jelas, Tama tak memberikan respon.
"Dia mau pindah sekolah akhir bulan ini." Andis melanjutkan ucapannya.
Tama menjatuhkan gorengan yang baru saja ia ambil, sepertinya ia baru mendengar hal ini. Melihat reaksinya, sepertinya kabar itu berdampak padanya. Setelah itu, tak ada sepatah kata pun di antara Andis dan Tama, hingga mereka berada di depan laboratorium biologi.
"Lu, suka ga sih sama, Sarah?" tanya Andis.
Lagi-lagi Tama tak merespon. Andis menarik kerah bajunya dan menabrakan badan Tama ke dinding lab.
"Lu budek! Apa bisu sih?" bentaknya.
Tama merasa kaget dengan situasi itu, Andis yang tak pernah marah atau pun bertindak seperti itu, tiba-tiba saja sekarang sedang menatap Tama dengan wajah yang penuh amarah. Mereka menjadi sorotan orang-orang.
"Lu--kenapa?" tanya Tama.
"Lu yang kenapa!" balas Andis.
"Andis, Tama." Sarah tiba-tiba saja datang.
Andis melepaskan cengkramannya dari kerah seragam Tama, ia pergi begitu saja.
"Tama, kamu gapapa?" tanya Sarah.
Tama hanya mengangguk. Sarah menatap punggung Andis yang berjalan menjauh.
"Andis!" panggil Sarah sambil menghampiri Andis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Coffee Classic
ParanormalKebayang gak sih 4 anak indigo tinggal barengan & buka coffee shop? mereka jualan kopi sambil buka konseling seputar kasus supranatural dan memecahkan kasus tersebut. Andis, Dirga, Tama & Fajar adalah mahasiswa baru yang merantau ke Yogyakarta. Mere...