Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Keesokan paginya Emil mengantar Tama pulang dengan mengendarai motor Tama.
"Semalem kecelakaan kenapa bang?" tanya Emil berbasa-basi.
"Entah, cuma kayaknya liat macan," jawab Tama.
"Hah?! macan? masa ada macan di tengah kota gede gini," balas Emil yang berusaha meyakini Tama bahwa itu hanya halusinasi.
"Lagi banyak pikiran kali bang," sambung Emil lagi.
"Iya juga sih, tapi siapa tau macan jadi-jadian," balas Tama.
"Kalo beneran ada macan mah udah dimakan kali bang."
Sepanjang jalan Emil berusaha meyakinkan Tama bahwa semua hanya halusinasi, ia berkata bahwa saat menemukan Tama yang terkapar, tak ada binatang seperti harimau di sekitar Tama.
Sesampainya di mantra, Andis terlihat sedang menyapu halaman, ia menyadari kedatangan Tama dan seseorang.
"Woy Tam semalem ena-ena lu ya?" tanya Andis sambil menghampirinya.
Belum sempat Tama menjawab, Emil mengenali sosok Andis.
"Yang waktu di toko bunga ya bang?" tanya Emil.
Andis menoleh ke arah Emil, ia sontak pucat karena tahu benar sosok yang ada di depannya adalah salah satu penggawa peti hitam. Emil tiba-tiba saja diam, ia mengendus aroma yang terkesan familiar.
"Nyium bau apaan?" tanya Andis yang melihat Emil sedang mengendus sesuatu, Andis mencium bau badannya sendiri.
"Ah enggak kok, kayak nyium bau yang agak familiar aja."
Emil melihat sosok kucing hitam dari balik kaca kafe, kucing itu sedang tidur di dalam. Tiba-tiba saja ia tersenyum.
"Gua cabut dulu ya, masih ada urusan," ucap Emil.
"Oke, makasih ya--" ucap Tama yang tak tahu nama dari orang yang menolongnya.
"Emil," ucap Emil yang paham bahwa Tama tak mengetahui namanya.
"Tama," balas Tama.
"Gua cabut dulu ya, Tam--"
"Oh iya, gua liat-liat kafe lu bagus juga, lain kali gua sama temen-temen gua mampir ya," ucap Emil tersenyum sambil ia menaikan poni yang menutupi keningnya.
Tama langsung terhentak melihat tatto peti mati berwarna hitam di kening sebelah kiri Emil yang dari semalam tertutup poni. Emil berjalan pergi meninggalkan Tama dan Andis sambil ia menyeringai.
Tama dan Andis segera masuk ke dalam kafe, ia melihat Tirta yang sedang membaca, lalu menghampiri Tirta.
"Tir!"
Tirta menoleh ke arah Andis yang memanggilnya.
"Kayaknya mantra bakalan bentrok sama peti hitam."
Tirta menutup buku yang ia baca sambil melihat Tama yang penuh luka, "Lu kenapa lagi?"
Tama menceritakan bahwa semalam ia tergelincir dari motor karena melihat harimau, kemudian saat tersadar ia dirawat oleh Emil. Tama tak tahu jika Emil adalah seorang peti hitam, yang Tama tahu bahwa nama belakang dari anggota peti hitam itu adalah Wijayakusuma, ia tak tahu jika nama lengkap pria itu adalah Emil Wijayakusuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Coffee Classic
ParanormalKebayang gak sih 4 anak indigo tinggal barengan & buka coffee shop? mereka jualan kopi sambil buka konseling seputar kasus supranatural dan memecahkan kasus tersebut. Andis, Dirga, Tama & Fajar adalah mahasiswa baru yang merantau ke Yogyakarta. Mere...