Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Tak hanya komunitas ISI yang mengadakan makrab, jurusan sastra Inggris juga mengadakan makrab di daerah Wonosari. Mereka berangkat hari sabtu pagi, Dirga mengendarai mobilnya berangkat ke Wonosari bersama sastra Inggris angkatannya. Ada beberapa mobil dan motor yang berangkat bersama, Dirga di dalam mobil bersama dengan 4 orang temannya Akil, Gema, Riki dan Fatur.
Sesampainya di villa bernuansa pedesaan yang besar dengan 2 lantai, semua mencari kamar sesuai dengan kelompok mereka. Dirga dan komplotannya tidak langsung mencari kamar, mereka asik jajan telur gulung di depan villa. Tentu saja dalam segala kegiatan pasti ada panitia yang bertugas untuk membimbing jalannya kegiatan agar terarah dan tidak melenceng kemana-mana.
Sehabis shalat zuhur, Yanto selaku ketua acara menyampaikan jika mereka semua akan makan siang di luar, karena memang dengan keterbatasan budget jadi tidak ada patungan makan dan mencari alternatif makan di luar sebagai solusinya. Yang membawa bekal makanan diperkenankan untuk tetap ikut karena setelah makan akan ada games-games menarik.
Sesampainya di warung makan, "Wah sue, dompetku ketinggalan cuk," ucap Akil.
"Yaudah pake duit Dirga aja dulu," ucap Riki.
"Lah sue, ngapa jadi gua?" balas Dirga.
"Lu kan pemegang saham mantra coffee yang viral itu Dir," sambung Gema.
Mereka berlima berbasa-basi sambil tertawa-tawa khas ceng-cengan anak tongrongan.
"Wah HP ku juga ketinggalan cuk," ucap Gema.
Gema dan Akil ingin kembali untuk mengambil dompet dan hp mereka, namun Yanto menahan mereka agar tidak meninggalkan tempat makan dengan alasan uang makan bisa diatur dan jika tidak membawa hp justru bagus karena bisa fokus bercengkrama dengan teman-teman lainnya. Gema dan Akil akhirnya sepakat untuk tidak kembali ke villa mengambil barang-barangnya.
Selesai acara makan dan games, mereka semua kembali ke villa, karena acara bebas Dirga memilih duduk di balkon lantai 2 sambil merokok. Ia mangambil rokok yang ada di saku celanannya dan juga korek gas, baru saja Dirga menghisap rokoknya, Gema dan Akil menghampirinya.
"Cuk dompetku sama HP nya Gema ilang," ucap Akil.
"Nyelip kali," ucap Dirga santai sambil rambutnya bergoyang-goyang akibat diterpa angin sepoi-sepoi.
"Enggak ada, ini juga lagi dibantu cariin sama Riki dan Fatur," samung Gema.
Dirga mematikan rokoknya dan langsung menuju TKP, namun tak di duga-duga ternyata bukan hanya komplotannya saja yang kehilangan, banyak anak-anak yang kehilangan barang-barang mereka. Mereka semua akhirnya sepakat untuk menggeledah semua barang bawaan setiap orang, untuk memastikan apakah ada pencuri di antara mereka.
Setelah selesai menggeledah ternyata tidak ada pencerahan, semua kemudian menggeledah seisi villa, siapa tau jika memang ada pencuri pastilah semua barang-barang itu masih berada di sekitar sini.
Kemudian acara tetap dilanjutkan, sore hari semua pesserta makrab diwajibkan untuk melakukan aktifitas diluar. Dirga merasa ada hal yang janggal, "Kenapa harus acara diluar? sedangkan di dalam rawan pencurian," gumamnya dalam hati.
Ia terpaksa memprediksi masa depan dan melihat selangkah lebih dulu daripada teman-temannya. Dirga mengikuti arahan panitia untuk beraktifitas di luar, ia bermain sepak bola bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Coffee Classic
ParanormalKebayang gak sih 4 anak indigo tinggal barengan & buka coffee shop? mereka jualan kopi sambil buka konseling seputar kasus supranatural dan memecahkan kasus tersebut. Andis, Dirga, Tama & Fajar adalah mahasiswa baru yang merantau ke Yogyakarta. Mere...