46 : Koma

2.2K 397 40
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Pria berjaket abu-abu dan anak kecil memasuki kafe. Pria itu merokok di dalam kafe. Abet menghampiri pria itu dan menegurnya.

"Maaf pak di dalam tidak boleh merokok," ucapnya sopan kepada pelanggan.

Pelanggan itu malah menghisap rokoknya dan membuang asapnya di muka Abet. Abet terlihat seperti ingin marah, namun Andis datang untuk menangkan Abet, ia menyuruh Abet untuk kembali ke dapur.

"Yo," sapa pria itu melihat Andis.

Ia kemudian menghisap rokoknya lagi dan membuang asapnya ke muka Andis.

"Kamboja?" ucap Andis yang menghirup aroma bunga kamboja dari asap rokoknya.

Tak lama setelah itu Mila datang membawa karung yang berisikan beberapa bubuk kopi dan bahan non kopi.

"Semuanya jadi 1,6 juta rupiah," ucap Mila.

Pria perokok itu memberikan uangnya pada anak kecil yang ikut bersamanya.

Setelah membayar, mereka berdua segera bergegas pergi.

"Duit asli nih? Bukan daon-daonan dari alam suratma kan?" Ledek Andis.

"Periksa aja sendiri," ucap Smooky.

"Akhir-akhir ini banyak arwah yang ga bisa pulang," ucap Andis membuat mereka berdua yang hendak berjalan pergi, kembali menoleh.

"Ya nanti akan ku sampaikan pada tuan Yama," ucap anak kecil itu.

"Smooky, Kiddie," panggil Andis.

"Apa arwah orang yang mati dibunuh juga akan menuntut balas? apa jika kita tak membantu untuk membalas dendamnya, mereka tak akan bisa pulang?" tanya Andis.

"Tergantung kasusnya, sebaiknya jangan terlibat dengan arwah orang yang mati dibunuh," ucap Smooky yang sudah keluar dari kafe.

"Andis ketemu sama arwah yang minta balas dendam?" tanya Mila.

"Enggak kok Mil, cuma nanya aja,"

Tama baru saja datang, ia habis berjaga di rumah sakit.

"Dirga udah sadar?" tanya Andis.

Tama hanya menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, lu istirahat gih, gua berangkat dulu,"

Sekarang giliran Andis untuk menjaga Dirga yang belum sadarkan diri semenjak berhadapan dengan bapang.

Entah apa yang terjadi jika Ajay tak menyadari makna dari sajak kematian Dirga, atau terlambat sedikit saja. Wijayakusuma pasti sudah membunuh Dirga, batin Andis.

Jangan mati kawan, apa lagi dengan membawa dendam, Andis segera melaju dengan kecepatan yang sedang-sedang saja.

Sesampainya di rumah sakit, ternyata ada Tirta yang sedang menemani Dirga.

"Tau lu yang jaga, gua ga kemari," ucap Andis pada Tirta.

"Jaga?"

"Ya sekarang gua tanya, lu lagi ngapain di sini?" tanya Andis.

"Duduk." jawabnya singkat.

"Yeee, duduk jagain Dirga kan?" tanya Andis lagi.

"Lah,"

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang