94 : Ombak Besar

1.4K 261 38
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Sementara Andis menghabisi siluman kera yang berada di depan. Tama, Ajay dan Abet yang sudah masuk ke dalam bangunan pabrik berpencar untuk mempercepat pencarian Dirga. Semakin dalam, semakin berat hawa yang mereka rasakan, seolah-olah banyak tangan yang menarik mereka. Begitu pun dengan udara, semakin mereka masuk, semakin tipis oksigen di tempat itu, terasa sesak.

Ajay berjalan di sebuah ruangan yang besar dan berisi banyak kaleng drum.

Tang

Salah satu gentong berbunyi, seperti ada orang yang mengetuknya. Tong itu sepertinya kosong, karena sangat nyaring bunyinya. Sontak Ajay menoleh ke arah gentong-gentong itu.

"Tam?" ucap Ajay menghentikan langkahnya sambil menoleh untuk mencari tahu asal suara itu.

Tang Tang 

Suara serupa terdengar dari arah yang berlainan, sontak Ajay menoleh dengan cepat. Siluet orang berlari jelas terlihat, sosok itu bersembunyi di salah satu tong. Ajay menelan ludah, keringat dingin mulai bercucuran, karena ia adalah sosok yang pengecut.

Orang bukan tuh? Penjahat? Atau Tama lagi iseng? Ah ga mungkin Tama atau Abet iseng begini.

Ajay berusaha mengabaikannya dan berjalan agak cepat menyusuri tempat itu, ada pintu yang terletak tak jauh di depannya. Bunyi itu mengikuti Ajay seiring dengan langkahnya, seakan bunyinya memang terdengar mengikutinya. Ajay mempercepat langkahnya hingga tak sadar jika ia sudah berlari.

Tangannya sudah memegang gagang pintu, ketika ia hendak memutar gagang itu, dari ujung matanya ada sosok yang sedang berjongkok tak jauh di sebelah kirinya, sosok itu berjongkok di sebelah salah satu kaleng drum. Perlahan Ajay menoleh ke arahnya.

"Hihihi," seorang anak kecil berkepala monyet sedang menatapnya sambil tertawa cekikikan. Anak itu membawa sebuah kepala manusia. Sekujur tubuh Ajay membeku, ia hanya diam sambil menatap bocah itu, sementara bocah itu menjatuhkan kepala yang ia bawa hingga bergelinding ke arah Ajay, Ajay menatap kepala yang sedang bergelinding ke arahnya, hingga menyentuh kakinya.

Bergeraklah, kaki! batin Ajay.

Mata dari kepala itu bergerak melirik Ajay, sontak membuat Ajay menggunakan seluruh kekuatannya menendang kepala itu hingga masuk ke dalam salah satu kaleng drum.

Tang tang tang tang tang

"Goaaaaaal!" Tiba-tiba banyak sekali bermunculan makhluk seperti bocah kecil tadi, mereka keluar dari dalam kaleng drum, ada juga yang muncul dari celah-celah ventilasi udara. Seketika itu suasana berubah menjadi sangat ramai dan bising, penuh dengan teriakan kera dan bunyi gentong dipukul. 

"Goal ndasmu!" teriak Ajay sambil membuka pintu yang ada di depannya, lalu menutupnya kembali.

Hosh Hosh Hosh

Napasnya terpongoh-pongoh, ia menahan pintu itu dengan tubuh belakangnya sambil perlahan menoleh ke depaan untuk melihat isi dari ruangan itu. Seekor monyet raksasa sedang duduk membelakanginya, sepertinya monyet itu sedang makan.

"God, please...," gumamnya lirih.

Monyet itu membuang makanannya sembarangan, ia melemparnya ke belakang, tepat di sebelah Ajay. Sontak membuat Ajay menatap tulang benulang lengan manusia yang baru saja dilemparkan oleh kera raksasa itu.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang