68 : Gadis Misterius

2.2K 390 78
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Jika kalian bisa memutar waktu untuk kembali, apa kalian ingin kembali pada satu titik tertentu? Misalnya ... menyelamatkan seseorang? Atau ... memperbaiki suatu kejadian yang di mana kejadian itu membuat penyesalan yang sangat teramat dalam, di masa sekarang?

Apa kalian percaya, tentang penjelajah waktu?

.

.

.

Hari ini, Aqilla baru saja menyelesaikan KKN nya. Ia akan pulang ke Jogja, nanti malam.

"Pulang jam berapa?" tanya Tama dalam chatnya.

"Kamu ga usah jemput ya, kamu istirahat aja pokoknya, udah kemaleman. Aku bareng sama temen aja," balas Aqilla.

Tama tak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika ia tidak bertemu Aqilla pada hari ini juga, ia bisa mati ditikam rindunya sendiri.

Cring~

Seorang gadis yang usianya, mungkin lebih tua dari Tama, masuk ke dalam kafe. Ia tampak celingak-celinguk menatap seluruh sudut ruangan mantra.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

Gadis itu menatap ke arah Tama. Ia tersenyum, dan menghampiri Tama. Gadis itu memperhatikan Tama dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Gantengnya," ucap Gadis itu tanpa sadar.

Tentu saja, Andis memperhatikan gadis itu. "gantengan juga saya, Kak," timpalnya.

Tanpa memperdulikan Andis, gadis itu mengajak Tama bersalaman. Mungkin, karena merasa tak boleh mengecewakan pelanggan, Tama menjabat tangan gadis itu. Namun, anehnya, gadis itu malah mencium tangan Tama seolah-olah mencium tangan orang tuanya.

"Eh ...," ucap Gadis itu yang kaget karena melakukan hal tersebut.

"Sorry ... sorry, kebiasaan," ucapnya malu.

Gadis itu langsung tersadar akan sesuatu, ia melirik ke arah jam tangannya, "Eh! Udah jam segini," ucapnya panik. Ia meraih tangan kanan milik Tama dan menariknya, gadis itu berjalan keluar mantra. Tentu saja, Tama mengikutinya dengan terpaksa.

"Gila ... agresif banget," ucap Dirga pada Andis.

"Lu ... ngerasa, cewek tadi--"

"Mirip Tama ga sih?" tanya Andis.

Ajay yang memperhatikan gadis itu juga sepakat bahwa gadis itu mirip dengan Tama, "Tama versi agresif?" ucapnya sambil tertawa kecil.

"Mau kemana sih?" tanya Tama sambil menahan langkahnya.

"Cepetan, kita jemput, Bunda!" ucap Gadis itu.

"Bunda?" tanya Tama yang semakin bingung.

"Eh ... maksudnya, Aqilla."

"Aqilla?" tanya Tama lagi.

"Iya, aku temennya Aqilla yang harusnya jemput dia di stasiun Tugu," ucap gadis itu.

"Tapi, aku hari ini ga bisa jemput, jadi mau minta tolong sama pacarnya."

Tama hanya tersenyum karena tahu, bahwa hari itu juga, ia akan bertemu dengan Aqilla.

"Cepet pake helmnya!" ucap Gadis itu sambil memberikan helm pada Tama.

Tama heran, pria pendiam itu bingung dan tidak mengerti sama sekali. Gadis itu menyuruhnya menjemput Aqilla, tetapi ia juga naik ke motor sambil mengenakan helm.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang