103 : Sisi lembut dan kejam

1.4K 261 30
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Hari ini adalah hari terakhir Andis magang di salah satu stasiun TV yang berada di Jogja. Ia bekerja dengan sangat baik, secara individu maupun teamwork Andis sangat cekatan.

"Nanti setelah lulus, jangan lupa ngirim CV ke sini ya, Dis," ucap salah satu seniornya sekaligus menotrnya di sana.

"Siap, Bang."

Andis berkeliling studio sambil berpamitan dengan semua crew. Akhirnya sebentar lagi ia akan menyusul ketertinggalannya menyusun skripsi. Selain berpamitan dengan manusia, Andis juga berpamitan dengan makhluk yang meninggali tempat itu. Selama ini Andis yang bertugas mongkoordinasi mereka semua agar tak jahil saat sedang siaran.

"Kalian jangan jahil ya sama orang-orang di sini, ingat! Kalian hidup berdampingan," tutur Andis.

"Apa lagi kamu, Si Ucrit, jangan mencuri lagi loh," sambil menunjuk anak tuyul yang sedang nyengir dengan gigi ompongnya. Andis menamai mereka semua secara asal-asalan, karena malas mengingat.

"Hehehe," jawab Si Ucrit.

"Nih buat, Ucrit." Andis memberikan kepiting sungai yang ia pungut dari pinggiran selokan mataram.

"Ngomong sama siapa, Dis?" tanya salah satu crew wanita.

"Biasa, latihan dialog. Masa calon artis ga bisa--"

"Artis atau Indigo?" ucapnya sambil tersenyum.

"Jiahaha ketauan ... ya gitu deh." Andis beranjak dari posisi jongkoknya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Makasih ya, udah mau berinteraksi sama mereka buat ga ganggu take video kita. Jujur, biasanya mereka itu sering bikin kita takut."

"Mereka ga jahat kok, cuma sedikit usil aja."

"Yaudah yuk, ini surat keterangan kamu magang di sini udah jadi nih," ucap wanita itu sambil berjalan mengajak Andis ke ruangannya untuk mengambil surat keterangan magang. Andis berjalan di belakang wanita itu.

Setelah mendapatkan surat keterangan magang dan berpamitan dengan semuanya, Andis segera menuju kampus. Ia sudah menyelesaikan laporan magangya, hanya butuh surat keterangan itu sebagai persyaratan untuk mengambil 6 SKS yang menentukan hidupnya. Dengan mengendarai motornya, Andis berangkat ke kampus. Sesampainya ia di kampus, Andis melewati kursi angker yang menurutnya sama sekali tak menyeramkan.

"Malaikat maut itu datang jemput aku, dan aku minta waktu sampai kamu lulus ... aku minta waktu buat ada di sekitar kamu hingga waktunya aku melihat wajah bahagia kamu yang lagi mengenakan toga dan bawa-bawa kertas yang namanya ijazah itu."

Sedikit air mata Andis menetes mengingat perkataan wanita yang biasa duduk di sana. Ia segera menghapus air matanya dan melanjutkan langkahnya menuju ruang dosen.

"Sebentar lagi aku lulus loh ...," gumamnya lirih sambil mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.

Andis sampai di ruang dosen dan memberikan persyaratan untuk mengambil SKS tugas akhir. Setelah melewati beberapa prosedur, akhirnya ia dapat mengambil SKS itu. Tak butuh waktu lama, Andis langsung mengejar ketertinggalannya. Tak ada lagi waktu bermain-main, ia hanya fokus bekerja sebagai barista dan fokus mengerjakan tugas akhirnya.

"Welcome to the anti mager-mager club!" sambut Dirga yang melihat Andis baru saja masuk ke dalam mantra. Tos mereka beradu saat Andis melewati Dirga, mereka berdua tersenyum.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang