45 : Unpredictable

2.1K 399 93
                                    

Selamat HUT RI yang ke 75

Sekali merdeka, tetap merdeka !!!

.

.

.

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."
.

.

.

Braaaak !!!

Dirga menghindari serangan Bayu, bangku yang digunakan Dirga hancur terbelah dua.

Dasamuka? Gumam Dirga.

*Dasamuka (दशमुख, bermuka sepuluh)
Adalah nama lain dari Rahwana, sang raja rakshasa. Keluarga Martawangsa memiliki 12 topeng iblis, dan 10 di antaranya adalah milik para petinggi keluarga yang dijuluki sebagai Dasamuka.

"Penuhi panggilanku, Tumenggung!"

"Apa?!" Bayu kaget melihat Dirga yang secara tiba-tiba sudah mengenakan topeng iblis.

"Bay, ayo udah telat kita, ujan lagi nih," ucap pria berkemeja merah yang menjemput Bayu.

"Emil Wijayakusuma, salah lu sendiri yang telat jemput gua, sekarang gua ada urusan, sebaiknya lu jangan ganggu," ucap Bayu.

"10 menit," ucap Emil.

"Gua kasih lu 10 menit buat bunuh Martawangsa bertopeng itu, kalo 10 menit belum cukup, biar gua yang urus," tambah Emil.

"Cih! Berani lu sentuh Martawangsa lain, gua bunuh lu. Cuma gua yang boleh bunuh marga gua sendiri," ucap Bayu.

Buuuugh !!!

Tendangan secara tiba-tiba melesat kencang mengenai kepala Bayu, ia agak sedikit mundur dan kehilangan keseimbangan.

Sambil memegang kepalanya yang terkena tendangan Dirga, Bayu segera fokus kembali ke pertarungan mereka berdua. Pertarungan kedua Martawangsa yang saling membenci Martawangsa lainnya.

Emil menyeringai melihat pertarungan sesama Martawangsa itu, sebenarnya ia berharap bisa ikut dalam pertarungan itu. Namun sepertinya Bayu tak akan senang jika ia membantunya.

Ya sebentar aja gapapa lah ya, boss ga akan marah, gumam Emil.

***

Tirta sedang melihat hujan dari balik jendela.

"Apa Dirga juga bisa melakukan pengendalian Atma?" tanya Tama yang menghampirinya.

"Dia itu Martawangsa paling jenius sepanjang sejarah," jawab Tirta.

"Dia mampu melihat sedikit ke masa depan, yang berarti ketika dalam pertarungan dia bisa memprediksi gerakan lawannya," tambah Tirta.

Tirta berjalan ke arah dapur.

"Kita ini kembar tapi berbeda. Gua itu seperti air sedangkan Dirga itu seperti api,"

Tama bingung dengan penjelasan Tirta.

"Waktu tawuran dia dijuluki si pembantai khodam. Dia nargetin orang-orang yang bisa dibilang jagoan sekolah lain yang punya kekuatan kebal dan sebagainya."

"Kalo gua bisa mengontrol atma secara tenang dan terkendali, Dirga ga punya ketengan itu. Tapi sebagai gantinya dia punya daya hancur yang cukup dahsyat," ucap Tirta lagi.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang