35 : lo, gue, end

2.4K 434 63
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Waktu adalah hal yang paling egois. Ia tak pernah menunggu, terus berjalan hingga tak terasa semester 2 telah berada di ujung tanduk. Libur hampir tiba, Tama, Andis dan Ajay memutuskan untuk pulang, karena liburan semester lalu mereka tak pulang ke rumah, sedangkan Dirga memutuskan untuk tetap di Jogja, karena ia selalu menghindari keluarganya.

Abet dan Mila juga memiliki urusan di Jogja sehingga tidak dapat pulang untuk menjemput rindu. Abet yang memiliki masalah dengan daftar hitam kampusnya dan Mila yang sibuk menyusun skripsi untuk semester depan.

Tinggal mereka bertiga yang tersisa, Abet dan Mila berubah menjadi pegawai full time, karena Dirga tak bisa menangani semuanya sendiri. Tentu saja dengan jadwal yang fleksibel. Seperti biasa setelah shalat ashar mereka sudah bersih-bersih toko untuk persiapan buka.

Dirga pergi ke belakang dulu untuk merokok. Sebenarnya ia jarang merokok, ia hanya merokok jika memikirkan sesuatu yang bersifat pressure untuknya. Tiba-tiba seseorang datang dan mengambil rokok yang ada di mulut Dirga kemudian menggantikan sebatang rokok itu dengan sebatang permen lolipop pendekar biru.

"Jangan ngerokok lagi, ga bagus," ucap Mila.

Mendapat nasihat dari wanita yang lebih tua darinya membuat dirga enggan untuk memberontak, ia hanya membiarkan permen itu di dalam mulutnya sambil menunggu Mila pergi.

"Kenapa? nunggu aku pergi?" ucap Mila.

Dirga tak menjawab, ia hanya berpose seakan-akan sedang merokok, padahal yang ada di mulutnya adalah permen lolipop. Ia beranjak dari duduknya.

"Kuy ah masuk," sambil Dirga masuk ke dalam kafe bersama Mila.

Dirga bersiaga di depan meja kasir, Abet bersiap dengan peralatan-peralatan kopi, dan Mila sebagai waiters menggantikan Andis, karena di antara mereka bertiga, hanya Mila yang memiliki aura friendly, lagi pula ia cukup manis, tidak seperti duo garang itu.

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu berbunyi, Aqilla, Jordan dan beberapa squad inti Saraswati basketball masuk ke dalam mantra.

"Selamat datang di Mantra Coffee." sambut Mila sambil menyodorkan menu kepada Aqilla.

"Terimakasih mbak Mila," ucap Aqilla yang sudah hafal seluk-beluk mantra coffe ini.

"Bil, Rik, lo bengong aja," ucap Jordan yang melihat kedua temannya sedang melongo melihat Karmila.

Erik duduk di depan Aqilla.

"La, itu tadi yang ngasih daftar menu namanya siapa?" ucap Erik sambil berbisik.

"Oh itu, mbak Mila," ucap Aqilla sambil memainkan HP nya.

"Suka lu Rik?" tanya Jordan.

"Ya tergantung, kalo blm ada yang punya mah," jawab Erik.

"Yaudah lu pesen aja dulu deh, kelamaan" seru Qilla.

"Ih ngambek, cewek lo ngambekan Jo," ledek Erik sambil memesan minuman.

Setelah semua terpesan, Jordan memanggil Mila yang sudah menunggu mereka di dekat bar. Melihat pelanggan yang memanggilnya, Mila menghampiri Jordan.

Jordan memberikan menu yang telah ia pesan, tiba-tiba Erik menyeletuk.

"Mbak, ada nomor HP ga mbak?" tanya Erik frontal.

"Buat kalo mau ngasih saran seputar menu aja sih mbak," sambungnya lagi dengan segala alibi.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang