52 : Pabrik Tua Terbengkalai 2

2.1K 415 89
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

"Tamaaa!" seru Varah yang panik karena melihat langsung Tama terseret ke arah pintu samping.

Hanya ada tiga pilihan saat ini untuk Varah, tetap di tempat, mengejar Tama, atau mencari pertolongan dari tim lain.

Sementara itu Andis dan Septa berjalan tanpa ada keseruan apapun, Andis hanya memasang wajah datar karena moodnya telah hancur. Saat sedang asik menelusuri jalan, Septa menarik Andis masuk ke dalam ruangan hingga Andis agak terkaget karena gerakan yang mendadak itu.

"Kenapa? lu takut ya?" ucap Andis.

"Sssst," Septa hanya menyuruh Andis untuk tidak berbicara.

Tidak lama setelah itu terdengar suara langkah kaki dari arah depan, sepertinya langkah itu berjalan ke arah luar, melewati jalan yang Andis dan Septa lalui barusan.

"Yahelah takut amat, gua aja udah biasa sama hal-hal kayak gitu," ucap Andis sombong.

Pertama kalinya Andis melihat Septa dengan wajah yang tak tenang, ia tak tersenyum seperti biasanya. Septa segera mengeluarkan ponsel miliknya, namun tak ada sinyal di area itu, "Sial." gerutunya. Langkah itu semakin menjauh dan perlahan menghilang.

"Menurut lu--"

Andis memperhatikan Septa yang unjuk bicara.

"Peti hitam itu, serem ga sih?" tanya Septa.

"Peti hitam?" Andis masih ingat betul kejadian yang menimpa Dirga, jika tak ada Ajay bisa jadi Dirga sudah mati. Dan juga kejadian yang melukai Tama.

"Peti hitam, mereka benar-benar punya aura membunuh," jawab Andis serius.

"Dan ada rumor yang mengatakan bahwa di sini merupakan tempat praktek sihir salah seorang anggota peti hitam," perjelas Septa.

"Dirga, Tama--"

"Tenang, gua yakin mereka bisa jaga diri ataupun jaga partner mereka," potong Septa.

Karena Septa dekat dengan Tirta, ia tahu benar perkembangan Tama dalam menggunakan Atma dan juga Dirga yang belakangan ini sering berolahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

"Ayo kita mulai investigasi lagi," lanjut Septa sambil melanjutkan langkahnya.

***

Sementara itu Dirga dan Indah berjalan tanpa menemukan kejadian janggal apapun.

"Adem-adem banget gaes di sini," ucap Indah yang sedang merekam sekelilingnya menggunakan kamera lengkap dengan penerangan miliknya.

Praaak!!! terdenganr suara barang jatuh dari sebuah ruangan yang berada di ujung lorong.

"Omaigat!" pekik Indah yang kaget sambil menjambak rambut Dirga.

"Anying," reflek Dirga karena tiba-tiba saja rambutnya dijambak.

"Eh-- maaf."

"Kalo orang laen bisa botak itu," ucap Dirga sambil mengusap-usap kepalanya.

Ketika suasana mendadak hening, Indah dan Dirga saling bertatapan seakan bertanya-tanya, "Suara apa itu tadi?"

"Dirga coba liat ke sana,"

"Ah emoh aku, ra berani," balas Dirga.

"Najong cowok kok takutan, buru ih penasaran."

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang