10.

13.3K 1K 15
                                    


Aileen menundukkan kepalanya, di sebelahnya ada Niger, ia benar-benar kesal pada Niger! Awas saja jika terjadi sesuatu yang buruk, ia akan membuat hidup Niger menderita!

"Jadi, dia putrimu?" Ujar Gerald, ia menatap ke arah Aileen dengan wajah melunak.

"Iya, dia putriku! Abbey." Ujar Karel bangga.

"Ternyata kita tak perlu repot-repot untuk membuat mereka terbiasa bersama, mereka sendiri menjalin hubungan kasih." Ujar Gerald, senyumnya mengembang.

Karel menatap Aileen dan Niger, sebelah alisnya terangkat, meminta penjelasan.

"Maaf, pah." Ujar Aileen, ia menundukkan kepalanya semakin dalam.

"Papa nggak ngerti,"

"Hubungan Bara sama Aileen itu settingan!" Ujar Niger cepat, ia tak sadar mengatakannya, itu refleks.

Aileen menatap Niger tajam, ia bersumpah akan menghajar Niger habis-habisan  jika sudah keluar.

"Aileen Aurore Abbey? Apa itu benar?" Tanya Karel, Aileen menelan ludah, ia gugup seketika, jika papanya sudah menyebut nama lengkapnya maka tamatlah riwayatnya.

Niger mengerutkan keningnya, merasa tak asing dengan nama yang di sebutkan oleh Karel, ia menatap Aileen dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Lo Abbey?" Tanya Niger, Aileen mendongak, pandangannya beradu dengan mata tajam Niger.

Anggukan kecil dari Aileen membuat Niger refleks memeluknya dengan erat.

Aileen menahan nafasnya kala merasakan pelukan Niger semakin erat, ia menepuk punggung Niger memintanya untuk melepaskan, sungguh ia benar-benar kehabisan nafas.

"Ekhem." Deheman dari Gerald dan Karel membuat Niger melepaskan pelukannya. Sedangkan Aileen menghirup udara sebanyak mungkin.

"Keliatannya kalian butuh privasi," ujar Gerald, ia memberi isyarat pada Karel untuk pergi.

"Abbey," Aileen menoleh, menatap wajah Niger dengan bingung.

"Lo Abbey?" Aileen berdecak, entah sudah berapa kali Niger bertanya.

"Iya!"

"Lo gak tau siapa gue?"

"Niger," Niger menggeleng, menyatakan bahwa jawaban Aileen salah.

"Grel, gue harap Lo ingat."

Tubuh Aileen menegang, ingatannya saat masih kecil terputar, janji masa kecilnya dengan Grel kembali terputar di otaknya.

"Grel?" Niger mengangguk, ia menggenggam tangan Aileen

"Gue harap, Lo ingat janji kita di masa lalu." Ujar Niger, ada binar harapan dimatanya, Aileen memalingkan wajahnya, ia tak sanggup jika harus sorot mata sedih yang masih sama sejak kecil.

"Bey, gue gak maksa Lo buat ngabulin janji itu, gue cukup sadar bahwa itu cuma janji anak usia 4 tahun yang gak perlu di pikirin, tapi gue gak bohong kalau selama ini gue nungguin Lo."

"Ger, Lo gak seharusnya nunggu gue,"

"Gue tau, tapi Lo akan tetap ngisi ruang di hati gue,"

"Ger-"

"Gue emang bego! Mau aja nungguin Lo, tapi gue gak nyerah. Lo itu sumber kekuatan gue, Bey. Gue ngerasa jadi orang yang penting saat sama Lo."

"Gue gak mak-"

"Gue ngerasa setiap sama Lo, gue harus bisa segalanya. Gue sayang sama Lo, Bey. Gue udah berusaha buat nyari Lo, bahkan gue Dateng ke rumah Lo yang dulu saat gue punya motor dan hasilnya nihil, yang ada gue malah masuk rumah sakit karena kecelakaan!"

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang