Aileen menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, meneliti penampilannya apakah sudah ok atau belum.
"Pas!" ucapnya senang. Gadis dengan balutan dress berwarna putih gading itu meraih tas dan ponsel yang berada di atas ranjang dan pergi keluar.
Pagi ini ia akan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan bersama Bara dan Varo. Tentu saja Aileen senang, jarang sekali kedua orang itu bisa kompak menemaninya walau hari libur sekalipun.
Dengan tergesa-gesa, Aileen menuruni tangga hingga ia hampir saja tersungkur pada anak tangga yang terakhir. Beruntung ada seseorang yang menangkapnya.
Aileen bernafas lega, ia menatap pemuda yang baru saja menyelamatkannya. Ternyata Bara.
Aileen tersenyum manis, ia menggenggam tangan Bara dan menggiringnya menuju meja makan dimana sudah ada Varo dan kedua orangtuanya.
"Jadi putri Mama akan pergi hari ini?" tanya Fania sambil menyiapkan makanan untuk semua orang.
Aileen mengangguk sambil melahap rotinya. "Iyha mwah," ujarnya tidak jelas.
"Telen dulu," ujar Bara yang duduk di sebelah Aileen. Pemuda itu menjitak kepala Aileen saat gadis itu malah menjulurkan lidahnya.
Karel menghela nafas sambil geleng-geleng kepala, anaknya berubah 180 derajat akibat kecelakaan itu. Tidak ada lagi putrinya yang tomboi, tidak ada lagi putrinya yang menaiki motor besarnya. Semuanya telah berubah.
Sarapan pagi ini berlangsung tenang, hanya bunyi sendok dan garpu yang saling bersahut-sahutan hingga sarapan selesai.
"Ma, Aileen berangkat dulu. Jangan kangen loh yah," ujar Aileen sambil mencium punggung tangan Fania lalu berganti ke Karel.
"Pamit dulu Om, Tante," ujar Bara dan ikut menyalimi Karel dan Fania. Di susul oleh Varo yang lebih banyak diam.
Varo memutuskan untuk membawa mobil karena rencana berbelanja berdua bersama Aileen harus batal karena Bara ikut. Varo tidak terlalu buta sampai-sampai tidak bisa melihat bagaimana perhatian yang Bara simpan pada Aileen, pemuda pendiam itu menyimpan perasaan lebih dari persahabatan yang mereka jalin selama tiga tahun di Perancis.
Dalam hati Varo terkekeh geli. Bara, pemuda itu menyukai Aileen namun tetap mengutamakan kebahagiaan gadis itu meskipun hatinya akan hancur. Bara membantu Niger agar bisa kembali dekat pada Aileen walau hatinya remuk. Benar-benar pria idaman.
Varo mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Karena hari ini adalah hari Minggu, maka jalanan tidak terlalu padat, memudahkan ketiga anak manusia itu lebih cepat sampai ke tujuan.
Setelah memarkir mobilnya, Varo menyusul Aileen dan Bara yang sudah masuk lebih dulu. Pemuda dengan kacamata hitam dan juga sepatu Converse itu berjalan dengan santai namun tetap pada wajah datarnya, tapi tetap saja beberapa kaum hawa memekik kegirangan melihatnya.
"Mau beli apa?" tanya Varo pada Aileen, gadis itu nampak berpikir sebelum menjentikkan jarinya.
"Ayo ke time zone udah lama gak main bareng bertiga," ujar Aileen lalu menarik kedua lengan pria tampan yang berdiri di sebelah kanan dan kirinya tanpa menunggu persetujuan.
Bara mendengus geli, ia harus mempercepat langkahnya karena Aileen berlari. Gadis ini benar-benar sangat gesit, pikirnya.
Aileen berdecak kagum melihat begitu banyak permainan yang dapat ia mainkan. Keren sekali, pikirnya.
"Ayo main itu!" Aileen menunjuk sebuah permainan basket.
Varo memutar bola matanya malas, ia mengecek jam tangannya lalu menggeleng. "Gue nunggu disini aja," tolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]
Teen FictionCover by @haecanting Buruan baca sebelum part di hapus! 🚫JIKA INGIN HEBAT, JANGAN JADI SEORANG PLAGIAT!🚫 [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] PROSES REVISI! rank 1 #badboy Rank 1 #baper Rank 1 # sma Rank 1 #inlove Rank 1 #queenracing Rank 1 #aileen Rank 1...