43. terungkap

8.7K 590 19
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan pagi saat Niger sudah duduk di kursi kemudi mobilnya, ada sesuatu yang harus ia kunjungi.

Mobil Pajero sport itu melesat keluar dari basemen, namun sepertinya hari ini bukan hari yang baik. Jalanan macet parah, padahal sudah jam delapan pagi, harusnya orang-orang itu sudah sampai di tempat kerjanya lebih dulu.

Macet yang panjang membuat Niger harus rela membuang waktu berharganya selama satu jam, di tambah akan ada rapat penting setelah jam makan siang.

Mobil Pajero sport itu berhenti di sebuah parkiran luas. Gedung tinggi di atasnya yang bertuliskan Aldevaro company, menjawab semua pertanyaan.

Niger berjalan dengan raut wajah datar saat melintas di lobby Aldevaro company, perusahaan yang Bara pimpin saat ini. Ia harus berbicara secara baik-baik dengan sahabatnya itu.

Mengabaikan semua tatapan memuja, Niger tetap berjalan, kaki panjangnya membawanya menuju lift dan pemuda itu menekan angka 23.

Tidak perlu sulit untuk mengetahui dimana ruangan Bara karena sejak SMA ia sering kesini, sekalian belajar berbisnis karena ia yakin akan menjadi penerus Gerald.

Saat sampai di depan ruangan Bara, Niger mengatur nafasnya. Ia menghela nafas sekali lalu mengetuk pintu tersebut.

Selama beberapa detik hening sebelum akhirnya Bara menyahut.

Niger membuka pintu itu lebar-lebar, disana ia melihat Bara yang sedang sibuk dengan tumpukan berkasnya.

"Kenapa?" tanya Bara dingin, tidak memandang Niger sedikitpun, fokusnya masih pada berkas.

"Gue mau ngomong soal Aileen," kata Niger tanpa ada rasa takut, matanya menyorot lurus pada sahabatnya.

"Buat apa?"

"Bar, gue mohon, biarin gue Deket sama Aileen lagi."

"Apa lo gak pernah lihat? Dia selalu sakit pas deket sama lo!"

"Tapi--,"

Drrrt drrrt.

Bara mengangkat tangannya untuk membuat Niger bungkam, ia mengambil smartphone canggih miliknya dan mengangkat telfon dari Aileen.

"Bara!! Bisa jemput gak? Aku gak tau ini dimana!" teriak Aileen dari seberang sana

"Dimana?"

"Gak tau, disini ada air mancur gede banget, terus ada patung juga disini."

Bara terdiam sebentar, otaknya berpikir cepat. Ah dia tau. "Gue otw."

"Kemana?" tanya Niger, bara tidak menjawab pemuda itu membereskan jasnya.

"Bar, gue nanya!"

"Jemput Aileen!" ketusnya.

Niger terdiam, ia menahan tangan Bara saat pemuda itu ingin melewatinya. "Bukannya lo ada meeting penting dua puluh menit lagi?"

Bara memandang Niger tajam, dengan kasar ia menghempaskan tangan Niger. "Bagi gue, Aileen lebih penting dari pada apapun!"

"Karena lo suka dia?"

Perkataan Niger sukses membuat Bara terdiam panjang, pemuda itu tidak mengatakan apapun.

****

Aileen membalik tubuhnya yang tadi telentang menjadi tengkurap, bosan sekali rasanya karena tidak punya kerjaan. Ingin ikut dengan Bara pasti pemuda itu melarang, sedangkan Varo sedang berada di luar kota.

Drrrt drrrt

Aileen meraba-raba kasur agar bisa menggapai ponselnya yang ia didekat bantal, ia mengubah posisinya menjadi duduk saat melihat nama Sergio yang ada disana.

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang