16. pengantar pizza.

10.8K 821 8
                                    

"sebenarnya benci adalah kata lain dari cinta"

Happy reading.

🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Hujan pagi ini turun dengan begitu derasnya, membuat Aileen harus menunggu hujan reda,  gadis itu memang memiliki mobil namun sepertinya hari ini adalah hari yang sial untuknya, ban mobilnya bocor, ingin mengendarai motor? Gadis itu tak memiliki jas hujan satupun, mengingat ia selalu membawa mobil jika keadaan seperti ini.

Aileen, gadis dengan rambut di gerai itu menghela nafas, tangannya ia julurkan ke depan, merasakan rintik air hujan yang begitu derasnya, gadis itu memejamkan matanya.

"Sampai kapan Lo mau disitu? Ayo bareng gue,"

Aileen membuka matanya, manik matanya langsung menumbuk dengan mata berwarna hitam itu, dia Bara. Masih dengan keadaan mengulurkan tangannya,  Aileen tersenyum kecil lalu menggeleng.

"Gue berangkat bareng Niger," ujarnya, walaupun sama sekali tidak janjian. Gadis dengan Surai sepunggung itu hanya ingin Bara menjauh, tak ingin membuat perasaan pemuda berwajah tampan itu memiliki perasaan lebih dalam padanya.

"Yakin?" Aileen mengangguk pasti lalu kembali duduk di teras rumahnya, jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh namun belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan reda.

"Yaudah, gue duluan. Bye," ujar Bara lalu beranjak pergi.

Terkadang, menjauh akan menjadi solusi yang paling tepat, saat berdekatan akan menjadi luka.

Aileen menghela nafas lega, setidaknya ia tak perlu merasa bersalah pada Bara, Aileen memandang langit lalu menunduk kembali, apakah harus bolos hari ini? Itu jelas tidak mungkin! Hari ini ada ujian matematika dan tak ada remedial.

"Sendirian aja neng." Aileen mendongak, menatap pemuda yang membuatnya tak bisa tidur nyenyak semalam.

"Ngapain kesini?"

"Tadi gue ketemu Bara di depan, dia bilang Lo nungguin gue?" Aileen meneguk ludah, Aish, kenapa Niger harus bertemu dengan Bara? Dan kenapa juga Bara harus cerita.

"I.. iya," ujar Aileen gugup.

"Kangen? Udah gak marah lagi?"

"Gak usah banyak nanya! Mau bareng gak?" ujar Aileen ngegas.

"Perasaan yang harus bilang gitu gue," cibir Niger pelan lalu merangkul bahu Aileen untuk bisa menuju mobil dengan menggunakan payung sebagai pelindung.

"Kita romantis banget yah?" tanya Niger saat sudah memasuki mobil lalu memasang seat belt.

Niger menghela nafas saat Aileen sama sekali tak menanggapinya, lelaki itu tersenyum simpul lalu mulai menjalankan mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Mereka sudah setengah jalan saat Aileen merasakan ada yang aneh, tak seperti biasanya. Niger sama sekali tak berbicara, pemuda itu hanya fokus pada stir didepan membuat Aileen langsung mengingat mimpinya semalam.

"Ger," panggil Aileen, Niger tak menoleh. Pemuda itu hanya berdehem sedikit.

"Lo percaya sama gue?" Niger langsung menginjak rem mendengar pertanyaan Aileen, pemuda dengan rambut acak-acakan itu menoleh, menatap Aileen dalam.

"Lo tau jawabannya, Lin."

"Entah kenapa gue sering lihat Lo dengan sorot mata sedih, gue tau gue bukan siapa-siapa buat Lo, tapi Lo harus tau, gue siap denger cerita Lo,"

Niger terdiam, lalu tersenyum, senyum yang Aileen lihat di mimpinya semalam, senyum untuk menutupi luka.

"Lo berarti buat gue, Lin. Jangan berpikir Lo bukan siapa-siapa, dan soal itu gue pikir belum punya hak untuk cerita ini, gue bakal yakinin lo dulu," ujar Niger, persis seperti mimpinya semalam, gadis bersurai sepunggung itu mengerjap lalu menghela nafas.

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang