40. menjauh

7.5K 583 3
                                    

Hollaaa gw balik gaesss. Ada yang kangen gak?

Gak ada yah?:(

Yaudah lah gapapa.

Selamat membaca wahai readers ku tercinta ❤️

Happy reading.

Niger menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, matanya terpejam karena ia merasa sedikit lelah. Namun, belum genap lima menit ia menutup mata, dering telepon mengganggunya hingga ia harus membuka mata dengan paksa.

"Siapa?!" Tanyanya tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Niger? Mana Aileen?" Niger mengerutkan keningnya saat mendengar suara Bara.

"Dia udah pulang,"

"Terus handphonenya sama lo?"

Niger mengerjap, ia menjauhkan telepon tersebut dari wajahnya. Keningnya berkerut dalam, ini bukan ponselnya.

"Mungkin ketinggalan."

"Bego! Kenapa lo biarin dia balik sendiri?! Dia belum cukup sebulan tinggal di Jakarta!"

Niger terdiam, benar, dia bodoh! Harusnya ia mengejar Aileen, harusnya dia memastikan gadis itu kembali dengan selamat. Dasar Niger, tidak pernah belajar dari masa lalu.

Dengan gerakan cepat, Niger mengambil kunci mobil serta ponselnya lalu berjalan keluar cepat. Ia melirik Pelangi yang sepertinya menunggunya sejak tadi. Niger mengabaikannya, ia berjalan terus hingga ke basemen.

Niger menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, matanya menatap kesana-kemari untuk mencari keberadaan Aileennya.

Matanya memicing saat melihat seorang gadis tengah berjalan dengan kaki yang terpincang-pincang. Dengan cepat, Niger langsung menepikan mobilnya dan keluar.

"Aileen!!" Teriaknya.

****

Aileen menoleh ke belakang saat ia mulai lelah, ternyata ia sudah berjalan cukup jauh dari apartemen Niger.

Gadis dengan balutan dress berwarna putih gading itu merogoh tasnya. Keningnya berkerut saat tak mendapati benda pipih yang selalu ia bawa kemanapun.

"Lah, kok gak ada?" tanyanya panik. Benar, ponselnya tidak ada didalam tas.

Aileen berpikir sejenak. Mungkin ketinggalan di apartemen Niger? Tapi mana mungkin ia kembali ke sana. Kakinya bahkan sudah sakit karena berjalan terlalu jauh, ditambah dengan dirinya yang memakai high heels.

Gadis itu menghela nafas, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari angkutan yang dapat membawanya pulang ke rumah. Matanya berbinar saat melihat sebuah taksi diseberang jalan. Dengan tergesa-gesa, Aileen berlari menghampiri taksi tersebut.

Namun karena tidak menengok kanan kiri sebelum menyebrang, jadilah dirinya terserempet motor yang kebetulan melintas hingga Aileen jatuh ke aspal, dan pengendara tersebut berjalan lebih dulu.

Aileen berdecak, ia melihat lututnya yang mengeluarkan darah, sikunya yang tergores dan pelipisnya yang lecet.

"Gak tanggung jawab banget sih!" teriaknya kesal.

Aileen melirik ke taksi yang akan ia tumpangi, lagi-lagi gadis itu berdecak. "Sial banget hari ini! Udah pingsan, diusir, ketabrak, dan gak bisa pulang! Ngeselin amat!" gerutunya sebal, ia mencoba berdiri meskipun kakinya teramat sangat sakit.

Dengan terpincang-pincang, Aileen berjalan, sesekali ia akan berhenti jika menemukan tempat yang bisa ia tempati untuk istirahat sejenak.

Seperti saat ini, dia sedang duduk dibawah pohon yang tumbuh cukup besar dan rindang. Ia meminum pop ice yang tadi ia beli pada penjual keliling. Rasanya haus sekali, pikirnya.

Setelah duduk selama lima menit, Aileen kembali berjalan. Namun, baru lima langkah ia maju, suara seseorang menginterupsi pergerakannya.

"Aileen!!"

Aileen menoleh kaget, matanya membulat sempurna saat melihat Niger yang tengah berlari ke arahnya dengan raut wajah panik.

"Kamu kenapa? Kok bisa lecet-lecet gini?" tanya Niger, ia menyentuh kening Aileen hingga gadis itu meringis.

"Siapa yang buat kamu kayak gini? Kamu dikeroyok?"

Aileen menggeleng. "Tadi keserempet motor." jawabnya jujur.

Niger menghela nafas. Lagi-lagi karena keteledorannya, Aileen celaka. "Ayo, biar aku antar pulang."

Aileen kembali menggeleng, sebenarnya ia mau-mau saja, cuma dia teringat dengan perkataan Pelangi. Gadis itu benar, Aileen seharusnya tidak membuat Niger kembali berharap padanya. Lagipula ia memiliki tunangan.

"Aku mau naik taksi aja," tolak Aileen halus.

Niger mendengus, dengan cepat ia langsung membopong tubuh mungil Aileen dan membawanya ke mobil. Aileen tentu saja memberontak, namun usahanya tetap saja sia-sia karena Niger lebih unggul kekuatan dari pada dirinya.

"Nurut aja apa susahnya?" kata Niger setelah mendudukkan Aileen pada kursi penumpang di samping kemudi.

Setelah memastikan Aileen duduk dengan baik dan aman, Niger berpindah ke kursi kemudi dan membawa Aileen menuju apartemennya.

"Kok kesini?" tanya Aileen saat mobil sudah terparkir di basemen apartemen.

"Obati dulu luka kamu, baru aku antar pulang," ujar Niger lalu membuka pintu kemudi dan berlari mengitari mobil untuk membukakan pintu untuk Aileen.

Aileen memutar bola matanya malas, hanya luka kecil seperti ini, dia bisa mengib

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang