47. lamaran

9.6K 642 17
                                    


Aileen duduk terdiam di balkon kamarnya, didepannya terdapat segelas susu kocok strawberry kesukaannya dan juga beraneka ragam ciki yang tadi ia ambil.

Sudah lebih dari sebulan kepergian dari Varo, dan Aileen masih tetap begitu-begitu saja. Gadis itu lebih sering diam di rumah, tidak pernah mau di ajak keluar, bahkan oleh Bara sekalipun.

Aileen meraih susu kocoknya dan meneguknya. Minuman kesukaannya ini selalu bisa mengembalikan moodnya.

Mata Aileen menangkap sepasang tangan yang merangkak naik ke balkon. Gadis itu sama sekali tidak takut ataupun terkejut, ia sudah tahu siapa orang itu.

"Lumi,"

Nah kan, dugaannya benar. Aileen mendengus kecil, ia berdiri dan membantu Niger untuk naik. Meskipun tenaganya tidak sekuat dulu lagi, tetap saja ia bisa. Lagipula Niger pasti bisa naik sendiri, pemuda itu pasti hanya alibi agar Aileen membantunya.

Aileen kembali duduk setelah membantu Niger, ia kembali menatap ribuan bintang yang bertaburan di langit yang luas. Niger juga melakukan hal yang sama, pemuda itu duduk di samping Aileen sambil menatap ke atas.

"Bintangnya cantik yah?" gumam Aileen, ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Niger saat pemuda itu merangkulnya.

"Masih cantikan kamu," jawab Niger sambil menepuk-nepuk puncak kepala Aileen.

Aileen mendengus geli, ia memilih diam sambil menatap ke atas. Niger juga begitu. Mereka berdua terdiam, sama-sama menikmati kesunyian malam yang ada.

"Sayang,"

Bulu kuduk Aileen langsung berdiri saat mendengar Niger memanggilnya dengan suara berat dan tepat di belakang lehernya, gadis itu meringis kecil saat Niger malah mengurungnya di antara kedua kakinya, tangan pemuda itu juga memeluk Aileen dari belakang.

"Aku mau nanya boleh?" tanya Niger, ia menumpukan dagunya di bahu Aileen.

Dengan perasaan gugup, Aileen mengangguk. "Boleh, kalau aku bisa jawab, aku pasti jawab."

"Kalau mau buat buku nikah itu gak boleh sendiri kan yah? Harus punya pasangan?"

Aileen mengangguk, "Iya gak boleh, harus berdua." jawabnya.

Niger mengangguk-angguk mengerti. "Kamu mau bantuin aku gak?"

"Bantuin apa?"

"Bikin buku nikah, satu kamu dan satu aku."

"Hah?" Aileen mengerjap ngerjap polos, ia menatap Niger tidak mengerti. "Maksudnya gimana?"

Niger terkekeh geli melihat ekspresi wajah gadisnya yang sangat lucu. "Ayo kita nikah."

"Eh!" Aileen refleks menabok lengan Niger dengan keras hingga pemuda itu meringis. "Nikah, nikah, kamu pikir nikah itu gampang apa?!"

Niger mengendikkan bahunya tidak peduli. "Aku pikir kita udah sama-sama yakin, kita juga udah tunangan. Gak ada salahnya kita melangkah ke jenjang yang lebih serius, lagian aku juga udah cukup mapan untuk nafkahin kamu lahir batin."

"Apa itu gak terlalu cepat? Maksud aku, kenapa kita gak nikmatin masa muda kita dulu?"

Niger menyentil hidung Aileen pelan. "Aku gak bakal batasin kamu setelah kita nikah, kamu tetap bisa seperti yang kamu mau asal masih batas wajar."

"Bukan gitu maksud aku." Aileen tersenyum simpul. "Tapi kalau kamu emang punya niat yang baik, aku pasti terima."

Niger tersenyum lebar, ia memeluk Aileen dengan gemas. "Makasih," ujarnya lalu melepaskan pelukannya.

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang