46. Nathan Alvaro

9.3K 657 44
                                    

Demi keamanan dan kenyamanan seluruh pembaca, akan lebih baik ketika di baca pada malam, tapi terserah kalian sih pengen baca kapan, hehe.

Harusnya ini update entar malem, cuma kalau malem jaringan suka error, iuhhh

Oke cuma itu sepatah dua kata dari Thor ❤️. Okeyy selamat membaca sayangkuhhh 😍❤️

***

Aileen menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan cemas, takut dan bersalah. Harusnya ia yang terkena peluru itu, bukan Varo. Harusnya ia yang berada di dalam sana bukan Varo, dari dulu ia memang menyusahkan saja.

"Lumi, tenang." Niger mengusap bahu sang pacar dengan pelan, ia sudah kehabisan akal untuk membuat Aileen tenang, sejak tadi gadis itu terus saja menangis.

"Ini semua salah aku," ujar Aileen lirih, lagi air matanya jatuh. "Harusnya aku yang luka, bukan Varo."

Niger menghela nafas lalu menggeleng. "Bukan salah kamu Lumi, berhenti nyalahin diri sendiri!"

"Ini salah aku! Kalau aja aku yang kena, Varo gak bakal kayak gini! Bara pasti juga bakal nyalahin aku! Aku emang gak berguna! Dari dulu aku cuma nyusahin doang!"

Niger memegang bahu Aileen, matanya menatap lurus kepada mata sang pacar. "Dengerin aku, kamu sama sekali gak salah! Kalau posisinya dirubah, aku yakin Bara juga akan ngelakuin hal yang sama, aku juga akan ngelakuin itu! Berhenti nyalahin diri sendiri, Varo butuh dukungan kita semua, Varo butuh kamu, sayang." Niger memelankan suaranya di akhir kalimat. Tangannya terangkat mengusap air mata Aileen yang terus saja jatuh, ia tersenyum menenangkan. "Jangan nyalahin diri lagi."

Niger langsung menarik Aileen kedalam pelukannya, menguatkan gadis yang terlihat sangat rapuh itu. Tangannya membelai rambut panjang Aileen sambil terus membisikkan kata semangat untuk Aileen.

Dari ujung koridor terlihat Bara yang datang bersama Bella. Wajah pemuda itu tetap datar tapi matanya memancarkan sorot khawatir.

"Gimana keadaannya?" tanya Bara.

Niger menggeleng. "Dokter belum keluar."

Bara menghela nafas, ia mengusap rambutnya ke belakang. Matanya di pejamkan sebentar.

"Ba-Bara," panggil Aileen dengan suara bergetar. Gadis itu mendekati Bara yang tengah bersandar di dinding.

"Ini semua salah aku, harusnya aku yang kena, harusnya aku yang sakit, harusnya aku ada di dalam, harusnya-," ucapan Aileen tidak diteruskan karena Bara sudah lebih dulu menariknya kedalam pelukan hangat pemuda itu. Di sana Aileen menangis sejadi-jadinya, dalam hal ini ia merutuki sifat cengengnya.

"Bukan salah lo, Lin." Bara mengusap punggung Aileen yang bergetar. "Berhenti ngerasa kalo semua ini salah lo, gue yakin Varo gak bakal suka."

Aileen hanya mengangguk, ia mengusap jejak air mata yang masih tersisa di pipinya setelah mengurai pelukannya.

"Lin, duduk disini." Bella yang sejak tadi terdiam kini berbicara, ia tersenyum tipis. Bella sudah berubah menjadi gadis cantik yang terlihat sangat dewasa.

"Bell,"

Bella menarik Aileen kedalam pelukannya, ia menepuk bahu sang sahabat pelan. "Tenang Lin, gue yakin kak Varo pasti sembuh, lo juga harus yakin!"

"Varo pasti sembuh kan?" tanya Aileen, binar harapan dimatanya terlihat begitu besar.

Bella terdiam, ia tidak bisa menjawabnya. Setelah melihat titik dimana peluru itu bersarang, kemungkinan selamat tidak begitu besar, itu yang ia pelajari selama berkuliah di fakultas kedokteran UI.

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang