32. lima menit

8.6K 647 58
                                    

Dari siang hingga sore hari, Niger memutuskan untuk tetap menemani Pelangi, gadis itu hanya tinggal bersama dua asisten rumah tangga dan satpam dirumahnya yang besar, Pelangi selalu merasa kesepian, ia tidak terlalu suka bergaul, dia juga tidak mau berteman terlalu dekat kepada orang lain selain Niger.

Ayah Pelangi meninggalkan dua tahun yang lalu, saat itu Pelangi benar-benar terpuruk, gadis itu jatuh sakit dan dianjurkan untuk berobat keluar. Awalnya Niger menawarkan diri untuk menemani Pelangi, namun gadis itu menolak, Niger harus fokus pada sekolahnya, itu yang dia katakan dulu.

"Kaki lo masih sakit?" tanya Niger, luka lebam di lutut Pelangi memang sudah hilang, namun tetap saja harus diperiksa.

"Udah gak terlalu sakit," jawab Pelangi.

"Gue mau pulang sekarang, lo gapapa kan?" tanya Niger lagi, sejak tadi perasaannya tidak tenang, ia terus memikirkan Aileen, gadis itu sama sekali tidak menghubunginya semenjak pulang sekolah.

Pelangi tersenyum, "i-"

Ucapan Pelangi terputus saat ponsel Niger berdering, Niger tersenyum tipis, ia mengambil ponselnya yang ada di saku celana Sekolahnya.

Niger mengerutkan keningnya, kenapa Karel menelponnya? Perasaannya jadi tidak enak sekarang, dengan ragu, Niger memencet ikon berwarna hijau itu.

"Ha-"

"Kamu dimana saja hah?!"

Niger tersentak kaget mendengar bentakan dari Karel, dari suaranya saja, sepertinya pria itu marah, perasaannya menjadi semakin tidak enak.

"Maaf, ada apa yah Om?"

"Anak saya kecelakaan dan kamu? Dimana kamu hah?!"

Niger terdiam, kakinya terasa lemas hingga ia jatuh terduduk di lantai, ia menangis dengan mata yang masih memandang kosong, jadi perasaannya sejak tadi tentang Aileen adalah hal ini?

"Niger, kamu gapapa kan?" tanya Pelangi, ia memegang pundak Niger, Niger masih terdiam hingga suara Karel kembali terdengar.

"Kurang ajar! Anak saya berjuang untuk hidup dan kamu malah asik dengan perempuan lain?! Saya memberikanmu kepercayaan penuh atas keselamatan putriku dan apa yang kau lakukan?!" Diseberang sana, Karel tertawa hambar.

"Jika kau tidak bisa menjaga putriku lebih baik menjauh!" ucapnya marah lalu mematikan sambungan telepon.

Punggung Niger bergetar hebat, air matanya terus menerus menetes dengan mata menatap ke depan, dan Pelangi tidak suka itu, seandainya Niger tidak pernah bertemu dengan Aileen.

Apakah Pelangi tidak pernah sadar bahwa dirinya menjadi alasan utama Aileen seperti itu?!

"Gue harus ke rumah sakit sekarang," ujar Niger, ia menyeka air matanya dengan kasar.

Pelangi menahan tangan Niger, ia menggeleng. "Kamu gak bisa pergi dengan keadaan kayak gini," ujarnya.

"Gue harus ngeliat keadaannya secara langsung," ujar Niger frustasi, air matanya kembali jatuh.

"Jangan pergi, sekarang kehadiran kamu gak diterima disana," ujar Pelangi.

"Tapi gue juga bisa tinggal diem aja!" bentak Niger, emosinya benar-benar sudah diujung tanduk dan Pelangi pengujinya.

Pelangi tersentak, ia menangis lalu menunjuk pintu keluar. "Pergi aja kalo gitu," ujar Pelangi.

Baru saja Niger melangkah, suara Pelangi kembali terdengar.

"Dan ini akan menjadi pertemuan terakhir kita," ujar Pelangi  lagi, Niger menghentikan langkahnya, ia berbalik pada Pelangi.

"Maksud lo apa?" tanya Niger.

CAHAYA dan WARNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang