[15]

2.6K 153 4
                                    

enternal love 15

Satu mimpi yang ingin ku jadikan nyata. Saat kamu dan aku menjadi Kita

•••

Cewek berambut ungu menatap tak suka pada cewek yang baru saja keluar dari mobil hitam itu. Dara menatap sinis pada Fany yang berbincang-bincang dengan Nathan.

"Kok berhenti sih Dara?"Diva bertanya saat tiba-tiba saja temannya yang satu ini menghentikan langkah.

Zivanka pun ikut memberhentikan langkah."Kenapa nih?"

Dara menunjuk Fany dan Nathan yang berjalan beriringan menggunakan dagunya."Tuh!"

Zivanka dan Diva menoleh pada arah yang di tunjuk oleh Dara."Oh. Fany sama Nathan. Serasi ya, adem liatnya."ucapnya membuat Dara berdecak.

Zivanka tersenyum miring."Ternyata Krystal sama temannya nggak beda jauh. Sama-sama perebut."

"Dara. Sana lo, masa lo di kalah sih?"ucap Zivanka memanas-manasi.

Dara menghela napas berat."Masa lo diem aja sih. Tunjukin lah , kalau Fany nggak ada apa-apanya di banding lo."

Dara yang sudah panas langsung melangkah. Benar apa kata Zivanka, ia harus menunjukkan pada Fany bahwa cewek itu tak ada apa-apa nya di bandingkan dengannya. Lagi pula ia dan Nathan sudah berteman sejak SMP, walau Nathan tipikal cowok jarang berbicara lebih dari 1 atau 3 kata Padanya.

"Makasih. Kalau lo nggak ada mungkin gue udah telat tadi."kata Fany dengan senyuman manis yang mampu membuat Nathan terdiam.

Tadi mobil Fany tiba-tiba mogok di tengah jalan. Dan untungnya ada Nathan karena cowok itu juga ingin berangkat sekolah. Nathan menelfon montir untuk memperbaiki mobilnya yang mogok, dan menawarinya tumpangan untuk berangkat bersama ke sekolah.

Nathan tersenyum tipis, sangat tipis dan berusaha mengabaikan letupan-letupan di dadanya."Hm."

Fany menoleh."Apa, hm?"

"Hm?"

"Hm, apa?"

Nathan membalas tatapan netra hitam itu."Iya."

"Nah, gitu dong. Jangan kaku-kaku."ucap Fany sambil mengacungkan dua jari jempolnya untuk cowok tinggi ini.

"Nath."

Dara langsung menyeruak memposisikan diri di tengah-tengah antara Nathan dan Fany. Tak lupa juga cewek itu menyenggol bahu si sekretaris osis itu.

"Sebentar belajar gitar di ruang musik yuk."ajaknya. Tak menghiraukan Fany yang mengaduh saat merasakan bahunya sedikit nyeri karena di senggol olehnya barusan.

Nathan menghela napas pelan. Melirik Fany yang kini beranjak pergi."Nggak bisa, gue sibuk."balasnya cepat.

Baru saja ia ingin menyusul Fany di depan sana tertahan, tatkala Dara memegang lengannya."Kalau gitu gue ke rumah lo nanti malam, boleh?"

"Gue sibuk Dara. Maaf ya?"kata Nathan lagi-lagi menolak.

Baru saja Dara ingin kembali mengangkat bicara tak jadi tatkala Nathan langsung mengambil langkah pergi. Cewek itu melihat dari belakang, cowok yang menjadi temannya sejak kecil itu ternyata menyusul Fany.

EL [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang