"Itu Ra itu! Itu pemandangan indahnya!" sorot matanya begitu berbinar gue mengikuti arah pandangnya, dan betapa terkejutnya gue setelah melihat apa yang Naila maksud.
"Lo ... ish bener-bener lo. Udah lah gue balik aja," gue berbalik menuju tenda
"Woy! Mau kemana lo Ra?" kata dia sambil berteriak
Dia pikir gue tuli apa?
"Balik tenda, mandi" gue menghentikan langkah lalu berbalik
"Yakin ga mau liat? Seru loh ini?" tanya nya sambil menggoda gue
"Bodo! Gue ga minat"
"Lo ga normal, ya?" tudingnya membuat gue sedikit emosi
"Berisik lo!" gue berbalik kembali melangkahkan kaki menuju tenda.
Baru lima menit gue duduk tiba-tiba sudah dikejutkan sama suara bariton yang ga asing di telinga gue
"Daritadi diam terus, ayo ikut saya. Kita minum kopi"
"Gue ga suka kopi" kata gue sambil merapikan tatanan kerudung.
"Iya tau. Kamu kan sukanya sama saya" katanya lagi sambil menaik turunkan alisnya
"Ck! Narsis banget, sana ke laut aja!" gue berdecak kesal
"Kalo saya ke laut nanti siapa yang jaga kamu?"
"Ada Om tentara yang lain kok"
"Tentara lain tidak melakukan apa yang saya lalukan ke kamu?"
"Lo jaga gue kan? Tentara lain juga bisa jagain kok" dia tersenyum lalu menggeleng pelan
"Saya menjaga kamu, saya juga menjaga hatimu agar tetap berlabuh pada saya" ucapannya sukses membuat gue tertegun sejenak
"Ihh Rian! Lo apaan sih garing banget" dia tertawa cukup keras
"Oh iya. Tadi pagi kenapa kamu berteriak teriak sama Naila?"
Mengingat kejadian tadi membuat gue kesal
"Naila ngajakin gue liat pemandangan indah"
"Terus kenapa kamu kesal?"
"Ya gimana ga kesel, orang dia ngajak liat tentara yang lagi lari pagi kok"
"Letak kesalahannya di mana?" Rian masih bingung sama cerita gue
"Tentara nya ga pake baju. Gue ga suka liatnya tau" kata gue kesal, sedangkan dia sudah tertawa lagi
"Hanya karna itu?" katanya di sela tawanya
"Iyalah. Apa lagi?" dia kembali melanjutkan acara tertawanya, heran gue emang ada yang salah ya?
"Kamu aneh, masa 'roti sobek' dianggurin" dia kembali menggoda gue.
"Apaan sih lo! Berisik deh. Udah sana lo kerja aja!" kata gue sambil berdiri ingin masuk ke dalam tenda
"Loh, saya diusir ini?"
"Iya! Sana lo pergi!"
"Ga sopan ya sama pak Kapten" penyakit narsisnya kambuh
"Bodo!" gue berlalu memasuki tenda, gue mendengar suara sepatu yang bergesekan dengan tanah mungkin dia udah pergi.
••••
Ga terasa udah hampir setahun gue di sini, bulan depan gue harus balik ke kota. Gue seneng banget bisa mengabdi di sini.
Kak Putra liat, aku bisa mengabdi dengan caraku. Kakak pasti bangga kan.
Gue ngerasa gak asing sama dia, gue ngerasa pernah kenal sama dia.
Tapi gue ga ingat, yang gue tau dia ngelakuin kebiasaan yang mengingatkan gue sama seseorang.
Kali ini gue berjalan sendiri, tanpa Rian, dia lagi ada tugas dan gue gatau tugas apa itu, jangan tanya ke gue lagi.
Dan di sini lah gue, tepat beberapa meter sebelum memasuki area hutan.
"Kamu sendiri?" gue dikejutkan sama suara laki-laki, jelas ini bukan suara Rian. Gue menoleh, mata gue langsung terpaku pada objek di depan gue.
°°°°
Alhamdulillah
Siapa yang nanyain Ara yak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...