Menyenangkan saat mengetahui cowok itu sudah mulai menerima kehadiran seorang Zahra Shakila Ramadhani dalam kesehariannya. Rencananya, hari ini Putra akan menghadiri acara makan malam di rumah Ara.
"Alhamdulillah sudah sampai. Silahkan duduk dulu, makanannya sedang disiapkan," sambut ayah Ara
"Siap. Terima kasih"
"Bagaimana kabarmu, Angga?" tanya Yudha
"Alhamdulillah, baik!" jawab Putra lantang. Mungkin karna seorang tentara sudah disetting untuk berbicara dengan tegas, lantang, dan berwibawa.
"Assalamualaikum," ucap sebuah suara dari depan
"Walaikumsalam, Naufal, Azizah. Pas sekali kalian datang, ini ada Angga," kata Yudha. Azizah --istri Naufal-- hanya tersenyum lalu berlalu masuk.
"Apa kabar lo?" kata Naufal seraya merangkul Putra sok akrab
"Siap. baik, Bang!"
Setelahnya ketiga pria berbeda generasi itu larut pada obrolan mereka.
Di tempatnya Ara tersenyum. Putra tertawa begitu lepas bersama ayah dan kakak laki-lakinya. Tak ada kecanggungan di sana, Putra tidak terlihat seperti orang yang baru saja mengalami amnesia.
-
"Yah, mau lauk apa?" tanya ibu Ara pada suaminya.
"Mas, pakai telor nggak?" Azizah ikut bertanya pada Naufal.
"Dek, kamu ambilin makanan untuk Angga dong," Naufal menaik turunkan alisnya
Ara melotot tajam pada kakaknya, hubungannya saja baru membaik kemarin.
Ara memaksakan diri untuk mengambil piring milik Putra yang berada tepat di depannya sambil memasang senyum kikuk.
"Tidak perlu melakukannya, tangan saya masih cukup kuat. Saya bisa sendiri," kata Putra dengan nada dingin yang mengintimidasi.
Satu kata untuk Ara. Menyakitkan:)
Hal yang tidak gadis itu pahami, Putra terlalu cepat merubah sikapnya.
Dan sialnya, hanya saat bersama Ara dia bersikap sedingin ini.Makan malam berlangsung senyap. Setelah mencuci piring, Ara segera memasuki kamar mandi. Ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, gadis itu terisak.
'Kenapa secepat itu? Sikapnya terlalu cepat berubah'
Seharusnya gadis itu berhenti berharap. Berharap pada Putra agar bisa bersikap lebih baik padanya. Mustahil.
Gadis itu masih menangis, hidungnya berubah warna menjadi kemerahan. Ia meremas ujung jilbabnya kuat.
Bunyi ketukan terdengar nyaring.
"Apa ada orang di dalam?"
Sebuah suara membuatnya harus menghentikan tangisnya. Gadis itu merapikan penampilannya lalu mencuci muka.
Ceklek!
"Kamu? Apa yang terjadi?" tanya Putra
"Aku gak apa-apa, Kak," kata gadis itu berusaha tersenyum
"Kenapa hidungmu memerah? Matamu terlihat sembab," Putra menelisik wajah Ara lebih teliti, "kamu habis menangis?"
"Enggak. Aku gak apa-apa," elaknya
"Jangan mencoba untuk berbohong." ucap Putra, sementara Ara hanya diam.
Pria itu menghela napas.
'Siapapun yang buat dia nangis, ga akan gue kasih ampun!' katanya dalam hati
"Kenapa menangis, hm?" kini ucapannya berubah lembut, ia menatap Ara yang terus menunduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...