💙 Pukulan 💙

617 31 3
                                    

"AARGGHH"

Pria itu mengerang, setelahnya terdengar suara pukulan yang cukup kencang.

Bugh!

"Kak!" Ara berteriak kuat

Bugh!

"Kak ...." lirih gadis itu

Bugh!

"Kak stop!" pekik gadis itu lagi. Percuma, Pria itu hanya akan berhenti memukul sesuatu di depannya saat ia telah merasa puas.

Bugh!

"Kak Putra berhenti ...."

"Angga stop!"

Napas Putra putus-putus akibat kelelahan, pria itu menghentikan aksinya setelah mendengar bentakan sang ibu.

Ara berlari dengan tergesa-gesa mengambil sarung tangan beserta kotak P3K.

Cepat-cepat gadis itu memakai sarung tangan karet, dengan segenap rasa khawatir disertai dengan bulir air mata yang menumpuk di kedua mata indahnya, ia mengambil tangan Putra.

Menuntun pria itu duduk di kursi pantry. Sementara Ratna sudah berlalu setelah ditenangkan oleh Ara. Memang multifungsi sekali gadis ini.

Multitalent thor!
Lu kata panci apa multifungsi?!

Eh iya salah. Ya maap:)

Sambil terisak gadis itu membersihkan tangan Putra yang terluka akibat beberapa kali memukul tembok dengan pukulan yang cukup keras.

"Kakak kenapa ... mukul tembok kayak tadi ...." tanya Ara sambil sesekali terisak

Tak ada jawaban dari pria itu, hanya hening yang mengukung. Gadis itu justru tersenyum dalam posisi menunduk sembari membersihkan tangan Putra. Tentu sulit melihat senyumnya tapi gelenyar aneh mulai merambat dalam tubuh Putra, hangat.

"Kenapa senyum?" tanya pria itu tiba-tiba

"Eh? Enggak apa-apa," jawab Ara gelagapan, Putra memilih diam

"Aku seneng aja, Kakak diem kayak gini," gadis itu mengakhiri kalimatnya sambil terkekeh.

Aneh, ingin sekali Putra menampakkan senyum mahalnya itu.
Tidak. Logika Putra menariknya kembali pada kenyataan, kenyataan bahwa ia tidak mengenal gadis di depannya ini.

Pada akhirnya Putra hanya menaikkan alisnya sebelah, seolah bertanya 'maksudnya?' pada gadis itu.

"Kakak cepet banget berubah ya. Tadi marah-marah, sekarang diem. Tapi enakan gini sih, ga maki-maki aku," gadis itu kembali terkekeh sendiri.

Tawa kecil yang-- menyiratkan suatu hal. Terlihat raut lelah dari sorotnya, tatapannya yang sayu seolah menggambarkan perih yang Putra goreskan. Tapi justru ia malah terkekeh guna menutupi semuanya.

Tersebesit rasa bersalah dalam benaknya. Tidak seharusnya ia berkata seperti tadi.

"Ma-"

"Alhamdulillah. Udah selesai nih, Kak, udah aku bersihin terus dikasih obat," Ara melepas sarung tangannya lalu membereskan obat-obatan yang tadi ia gunakan.

Putra melihat tangannya sekilas, terbungkus perban. Sangat rapi.

"Terima kasih."

Hanya dua kata, lalu Putra pergi ke kamar ibunya. Tak berselang lama laki-laki itu kembali dan berjalan cepat ke arah pintu.

"Assalamualaikum" pamitnya setelah sampai di ruang tv, pria itu tidak berhenti melangkah, menoleh saja tidak.

"Walaikumsalam"

Mestinya Ara tidak berharap pada Putra. Tidak secepat ini, terlalu mustahil rasanya.

••••

"Lama amat lo, Bang!"

"Iye maap"

"Dari mana aja sih?"

"Ada urusan mendadak"

"Ohh .... Eh itu tangan lo kenapa diperban?" cowok berbadan atletis itu menyorot tangan Putra seksama.

"Gak apa-apa"

"Ck. Lo ga bisa bohong sama gue, Bang! Lo berantem?"

"Ya enggak lah"

"Terus? Lo abis mukulin apa?" tanya Rian masih penasaran

"Tembok"

"Gue serius, Bang!" cowok itu meninju pelan bahu Putra

"Gue juga serius!" balas Putra tak kalah sewot

"Kenapa lo mukul tembok?"

"Dari pada gue mukul cewek yang bikin gue emosi, mending gue mukul tembok. Gue masih cukup waras!"

"Hah? Siapa yang berani bikin lo emosi?"

"Namanya ...." Putra menceritakan kejadian sebelum ia menemui Rian tadi.

Brak!

Rian menggebrak meja setelah mendengar cerita Putra. Ia menarik kasar lengan Putra pergi menjauh dari keramaian.

"Brengsek!" Rian mengumpat kasar sembari melayangkan bogem mentah tepat di rahang Putra.

"Lo apa-apaan sih, Yan?!"

"Lo yang apa?!" Rian kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul Putra untuk kedua kalinya.

°°°°

Alhamdulillah

Gemes banget ga sih sama Putra:v

Oiya, mulai sekarang author up nya seminggu sekali yaaa. Di hari Ahad aja:")

Huhuhu besok PAS:"(
Doain author yaa ixixi

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang