☀️ Kembali ☀️

1K 38 1
                                    

"AKH!"

"Serda Rio!"

Putra berlari sekencang mungkin ketika mendengar teriakan salah satu bawahannya. Pria itu bahkan memutuskan sambungan telpon tanpa penjelasan.

Sore itu hutan Kalimantan kembali bergolak, suara letusan tembakan dan ledakan granat tak bisa diredam.

Dapat dipastikan kepulangan Putra beserta kelompoknya akan ditunda. Begitu juga Rian, pemimpin tim yang memiliki kecakapan di atas rata-rata.

"Siapkan persenjataan! Setelah matahari terbenam kita cari mereka!" titah Rian yang dibalas dengan anggukkan oleh anggotanya.

Suasana mulai sepi, sebagian prajurit melaksanakan shalat maghrib, sementara yang lain berjaga, memperhatikan sekitar dan langsung bergerak saat mendapati hal janggal.

-

April hampir usai, namun kabar tentang kepulangan Putra belum juga terdengar.

Prasangka buruk mulai menjalari pikiran Ara, namun dengan cepat gadis itu mengucap istighfar.

"Teroris asing kembali menyusup ke hutan Kalimantan, lima belas di antaranya berhasil diamankan oleh petugas berwenang ...."

Tangan Ara bergetar hebat, bibirnya terus bergerak merapalkan doa. Satu butir air mata kembali menetes.

Ingatannya terbang ke beberapa bulan yang lalu saat Putra memukul dirinya sendiri sebagai balasan karna telah membuat gadis berkerudung itu menangis.

"Berjanjilah, kamu tidak akan menangis lagi dengan alasan apapun. Kecuali itu tangis bahagia," pintanya pada gadis itu. Ara kembali mengangguk

"Jangan menyembunyikan kesedihanmu dari saya dan beritahu saya jika saya berbuat kesalahan padamu," kata Putra lagi, kali ini Ara mengangguk sambil tersenyum.

"Kak, maaf aku ingkar janji," katanya sambil terisak, "aku nangis ... dan ini bukan tangis bahagia ...." lirihnya

Sementara di tempat lain, lebih dari lima orang sedang bertahan hidup. Kaki jenjang mereka kembali membawa mereka menjelajahi hutan Kalimantan.

Keadaan genting memaksa mereka berlari hingga ke sisi tebing yang cukup curam dengan hutan lebat sebagai dasarnya.

"Cepat turun dan sembunyi!" kata pemimpin mereka

"Siap!"

Satu persatu dari mereka menuruni jurang terjal tersebut. Cepat-cepat mereka berlindung dibalik pohon besar agar tak diketahui para musuh.

Tiba giliran Putra menuruni tebing, berbekal seutas tali tambang pria itu meluncur. Namun, naas kakinya tergelincir lalu jatuh. Tubuhnya menghantam pohon besar dengan kepala yang membentur lebih dulu.

Teman-temannya langsung menarik tubuh pria itu lalu membawanya ketempat aman, menyamar menjadi pohon untuk mengelabui musuh.

••••

Putra mengerang sambil memegangi bagian belakang kepalanya. Begitu dia sadar, nuansa putih langsung menyambut netranya. Bisa dipastikan ia berada di sebuah rumah sakit di Kalimantan.

Kepalanya berdenyut, sekelebat mimpi aneh menyapanya. Mimpi berupa potongan-potongan memori bersama Ara.

Rian datang dengan secangkir teh di tangannya, "Bang! Udah sadar?"

"Hmm"

"Masih sakit kepala lo?"

"Nyeri," jawabnya, "kenapa gue bisa di sini? Seingat gue, kemaren kita berpencar terus gue jatuh dan ...." Putra memilih diam dan tak melanjutkan ucapannya

"Lama banget lo tidurnya"

"Berapa lama?" katanya penasaran

"Hmm," Rian menggerakkan jarinya mulai menghitung, "tiga minggu"

Mata Putra membola, "Bohong lo!"

Rian mendecak kesal, "Gue serius, Bang"

"Mana hp gue? Gue harus kasih kabar ke Mamah dan Ara"

Rian menunjuk sebuah ponsel dengan dagunya lalu beranjak pergi untuk memberikan ruang bagi Putra.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam. Angga, kenapa baru hubungi Mamah?"

"Maaf, kemarin ada insiden kecil," ucapnya kikuk

"Astagfirullah, kamu baik-baik aja kan? Gak ada yang luka kan?"

"Alhamdulillah, Angga baik, gak ada luka atau lecet," ucapnya bohong. Ratna mengangguk di seberang sana

"Ara mana, Mah?"

"Ara lagi gak di sini, kamu mau bilang apa ke dia? Biar Mamah yang sampaikan," kata Ratna menawarkan bantuan

Putra menggeleng lemah, "Angga cuma ... kangen. Tolong sampaikan ke Ara untuk tunggu Angga pulang ya, Mah," pintanya

"Iya, nanti Mamah sampaikan. Pokoknya kamu cepet selesaikan tugas terus pulang."

"Siap, Mah."

••••

"Kok benderanya setengah tiang sih? Emangnya ada yang gugur di operasi kali ini?" tanya seorang gadis berkerudung lebar

Saat ini Ara dan kedua orang tua Putra sedang menghadiri upacara penyambutan untuk para prajurit yang berhasil menyelesaikan misi.

Tapi satu pertanyaan Ara, kenapa benderanya hanya dinaikkan setengah tiang? Mendadak perasaan tidak enak, firasatnya mengatakan ada yang tidak beres.

°°°°

Bendera setengah tiang (bahasa Inggris: Half Mast) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan pengibaran bendera yang dikibarkan di tengah-tengah tiang. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, berkabung, dan/atau kemalangan.

Sumber: Wikipedia


Yok bisa yok! Tiga bab menuju ending:)

Alhamdulillah

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang