☀️ Lebih Dulu ☀️

724 45 7
                                    

Putra

Gue liat dia lagi, setelah sekian lama gue dan dia berpisah, kini dia ada di tempat yang sama dengan gue.

Gue udah sadar sedari dia turun dari kendaraan yang bawa dia kesini. Tatapannya, sifatnya, senyumnya, suara tawanya dan caranya berbicara, semua masih terekam jelas di ingatan gue.

'Hai Ra, kita ketemu lagi,' lirih gue dalam hati.

Gue buru-buru menghadap kapten Rian, gue disuruh nganter rombongan Ara ke tenda mereka yang tadi udah gue siapin.

"Perkenalkan nama saya Bintang Anggara, pangkat Sersan Satu. Kalian bisa panggil saya Angga" kata gue tegas

"Om sersan, kok kita disuruh manggil Angga, tapi om Kapten tadi manggilnya Bintang?" sebuah suara yang gue rindukan.

Gue tersenyum tipis, sangat tipis bahkan. Gue yakin dia ga bisa liat senyum gue. Bingung memilih jawaban, akhirnya gue memutuskan utuk diam.

••••

Gue gabut di dalam tenda, gue memutuskan untuk keluar sebentar. Senyum gue terbit, gue ngeliat Ara lagi duduk sendirian, dia menggumamkan kalimat pujian pada Sang Pencipta.

Gue memutuskan buat menghampiri dia, tapi telat. Sebuah suara sudah terlanjur mengejutkannya. Kapten Rian kini duduk di sampingnya.

Mereka keliatan akrab, dari pembicaraan yang gue dengar mereka adalah teman saat SMA. Gue memutuskan buat kembali ke tenda. Tapi sebelum itu gue sempat bagiin makanan buat anak-anak yang ada di sini.

••••

"Ada seorang guru yang dihadang masa di depan sekolah sana!" Kata prada Arka

Gue langsung berlari ke tempat yang tadi disebutkan prada Arka, dan betapa terkejutnya gue saat melihat gadis gue -Ara- sedang dilempari batu.

Dia menunduk, tubuhnya bergetar, gue tau dia sedang menangis. Kedua tangannya digunakan untuk melindungi kepalanya.

Gue melangkah cepat, ga ingin terjadi sesuatu dengannya. Tapi lagi-lagi gue terlambat, kapten Rian lebih dulu melindunginya.

'Aarghh. Gue kecolongan lagi!'

Gue berdiri memunggungi mereka, berusaha menghadang orang-orang yang terus melempar batu.

'Ra, ini cara saya melindungi kamu,' gumam gue dalam hati.

Selang beberapa saat, akhirnya emosi mereka bisa kami redam, gue segera membawa para provokator setelah diberi perintah oleh kapten Rian.

••••

Sore ini gue ngajak anak anak liat matahari tenggelam, dan sore ini juga gue melihat siluet seorang laki-laki yang berdiri di samping perempuan, mereka menatap mentari yang hampir terbenam. Ara dan kapten Rian.

Gue mengalihkan perhatian gue kepada dua bocah yang ada di samping gue sekarang

"Bu guru Zahra!" teriak Frans yang berada di depan gue, Ara yang mendengar namanya di sebut segera berjalan ke arah gue. Ralat, ke arah Frans maksudnya.

"Frans, sedang apa di sini?"

"Kita lagi main sama ini kakak Putra"

"Ohh. Hai, nama kamu siapa?" Ara mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan anak lain

"Saya pu nama Toro. Ibu pu nama siapa?"

"Hai, Toro. Nama ibu Zahra"

"Ibu Zahra sama kakak Rian ini pacaran kah?" tanya Frans tiba-tiba.
Wait ... Pacar?

Tolong bilang 'tidak'. Please gue mohon

"Sa tadi juga liat, ibu Zahra sama kakak Rian sedang melihat sunset" timpal Toro

"Ti-"

"Kami tidak pacaran Frans, Toro ... tapi doakan saja" ucapan Ara terpotong oleh kapten Rian. Apa ini? Apa maksud dari ucapan kapten Rian barusan?

Kapten tertawa kencang, "Tidak-tidak, saya bercanda," sambungnya, Frans dan Toro hanya ber oh ria

"Oh iya, ibu Zahra sudah kenal kah sama kakak Putra?" tanya Toro

"Kakak putra, kenalan dulu sama ini ibu Zahra" titah Frans

"Bintang Anggara" gue menangkupkan tangan di depan dada

"Zahra Shakila" dia juga melakukan hal yang sama.

"Ya sudah kalau begitu, Frans, Toro kakak sama ibu guru pamit dulu ya. Ibu guru harus cepat pulang dia belum mandi, bau" Ara menyikut perut kapten Rian, sementara Frans dan Toro sudah tertawa cukup keras

"sampai jumpa, Frans dan Toro" kata Ara sambil melambaikan tangan

"Sampai jumpa, Ibu guru" balas mereka

"Sampai jumpa juga, sersan Bintang"

"S-siap! Sampai jumpa kembali" balas gue terkejut

"Bang!" suara Rian mengejutkan gue

"Apaan sih?"

"Lo kenal Zahra ga sebelumnya?"

"Iya, gue kenal"

"Hah? Serius lo bang? Dimana? Kok lo ga pernah cerita sama gue?"

"Kenapa? Lo suka sama Zahra?" tuding gue

"Lo cerita dulu, gimana lo sama Zahra bisa kenal! Lo lebih dulu kenal dari dia?"

"Gue ..."

°°°°

Alhamdulillah

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang