☀️ Salah Menaruh Harapan ☀️

616 41 8
                                    

Zahra

Dor!

Suara letusan peluru mengganggu indra pendengaran, gue masih menutup mata. Apa peluru itu sudah berhasil melubangi tubuh gue? perlahan gue rasakan cekalan di pergelangan tangan gue mengendur.

Gue membuka mata, meraba kepala, memastikan detak jantung dan deru napas gue sendiri. Gue masih hidup? gak ada rasa habis tertembus peluru di tubuh gue. Kalau bukan gue lalu ...

Perlahan gue mengangkat kepala, terlihat Sandra sudah terduduk sambil memegang tangannya yang mengalirkan darah.

Dua orang berjaket hitam tadi sudah digiring ke dalam mobil polisi.

Gue selamat.

Ya Allah terima kasih

Gue kembali menangis, bersyukur karna Allah masih memberi gue kesempatan buat memperbaiki diri.

"Mbak, ikut kami ke kantor untuk dimintai keterangan, ya" kata seorang Iptu dengan nametag Orion.

Gue mengangguk lalu dituntun menuju mobil polisi lainnya. Sampai di kantor ternyata sudah ada Rian dan ... kak Putra berdiri di depan.

"Ra, kamu tidak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Rian, gue hanya menggeleng

"Apa wanita itu berhasil melukaimu?" kini kak Putra yang bicara, lagi-lagi gue menggeleng.

Di kantor sudah ada Sandra yang telah mendapat perawatan untuk mengeluarkan timah panas yang bersarang di tangannya, juga ada ibunya yang telah banjir air mata karena mengetahui anaknya terancam masuk jeruji besi.

Sandra dihukum sesuai perbuatannya, gue terkejut setelah mendengar polisi yang menuntun gue tadi --Iptu Orion-- berterima kasih sama Rian.

"Kapten Rian, terima kasih karna telah membantu kami melaksanakan tugas" kata Iptu Orion tegas

"Tidak masalah, Pak, ini juga berkat Sersan Bintang" balas Rian sambil memukul punggung kak Putra pelan.

Setelah semuanya selesai, gue diperbolehkan pulang.

Gue berdehem saat berada tepat di depan Rian dan kak Putra, mereka menolehkan pandangannya ke arah gue.

"Ceritain ke gue kenapa kalian bisa ada di sini dan kenapa pak polisi tadi berterima kasih sama kalian!" kata gue to the poit.

"Saya sudah sampai di lokasi yang kamu berikan, saya melihat Sandra mengacungkan pistolnya. Saat itu juga saya menghubungi bang Angga untuk memanggil polisi" jelas Rian

"Emm ... makasih. Rian dan kak Putra" kata gue gugup.

"Iya sama-sama"

"Tidak masalah"

••••

"Saya mewakili Sandra putri saya meminta maaf pada nak Zahra" gue tersenyum

"Zahra sudah memaafkan kak Sandra kok, Om"

"Jujur, kami malu sekali atas perbuatan Sandra" kata ibunya Sandra.

Saat ini gue, ayah, dan ibu sedang berada di rumah Sandra. Papa Sandra berniat meminta maaf secara langsung, ada juga kak Putra dan orang tuanya. Kenapa mereka hadir? karna masalah ini juga berhubungan sama kak Putra.

"Bagaimana ini, Jeng. Sandra dalam masa hukuman, lalu bagaimana pernikahannya? bagaimana nasib Angga" kata mama kak Putra.

Gue cuman jadi penonton tentang persiapan pernikahan Sandra

"Maaf. Maafkan putri kami, semua jadi kacau"

"Mah, sejak awal Angga memang gak mau. Angga gak ada rasa sama Sandra"

huft. Drama apa lagi yang kak Putra ciptakan.

Ya Allah maafkan hamba jadi berburuk sangka pada orang lain.

"Terus kenapa nak Angga menerimanya?" ini pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya Sandra

"Saya ingin jadi anak yang berbakti, Tante"

"Lalu setelah semua ini bagaimana, Angga?" tanya papa kak Putra

"Pah, izinkan Angga. Angga ingin melamar seorang gadis malam ini"

Deg

Melamar? Gadis lain? Ya Allah kuatkan hamba. Pria itu tidak mencintai hamba, maafkan Zahra telah berharap pada manusia

"Siapa, Nak?"

°°°°

Alhamdulillah

Ternyata ... yang nembak itu Sandra ixixi
Terus ... siapa yang mau dilamar Putra? Gadis lain?

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang