☀️ Ilham Bingung ☀️

762 47 3
                                    

"Tapi ..." ucap Ara menggantung, semua orang terkejut. Kenapa harus ada kata 'tapi' saat momen bahagia ini?

"Saya ingin mengikuti seleksi SM-3T, lalu jika saya lolos saya akan mengabdi di tempat saya ditugaskan selama satu tahun ..." setelah berulang kali menetralkan kegugupannya, Ara kembali melanjutkan ucapannya

"Apa mas Ilham dan keluarga bersedia menunggu saya setelah mengabdi?"

Ara sungguh tidak kuasa melihat sorot itu, sorot yang sebelumnya penuh harap dilengkapi dengan binar setelah mengetahui ia menerima lamarannya. Namun kini berubah menjadi sorot keputusasaan.

Gadis itu terus saja menunduk, ya Allah maafkan Ara karna telah menyakiti perasaan orang-orang baik ini.

Semua mata tertuju pada mama Ilham saat beliau menghela napas, semua tau bahwa sebentar lagi akan ada kata-kata yang berlompatan keluar dari bibir wanita yang sudah tidak muda lagi tetapi wajahnya senantiasa bersinar dan awet muda.

"Kami tidak bisa menunggu selama itu, seharusnya kamu langsung tolak saja lamaran anak saya," mama Ilham mengambil tasnya berniat mengajak suami dan putranya untuk pulang.

"Ma, kita bisa bicarakan ini baik-baik" kata papa Ilham, sedangkan Ilham berusaha mengajak mamanya untuk kembali duduk dan membicarakan perselisihan ini.

••••

Gadis berkeredung maroon sedang gugup, biasanya dia senang saat duduk di depan ayah dan ibunya, tapi kini berbeda rasanya.

Seorang laki-laki paruh baya berada di samping istrinya sambil memegang selembar kertas

"Yakin ini? Jauh loh" sang ayah menggerak-gerakkan tangannya yang sedang memegang kertas

"Yakin Yah" kata gadis itu diikuti anggukan mantap

"Gimana menurut Ibu, Mas sama Mbak Azizah?" kata sang ayah sambil menatap satu persatu anggota keluarganya

"Kalo menurut Mas dulu deh, gimana?" sang ibu melemparkan pertanyaan pada putra sulungnya

"Kalo menurut Mas sih gapapa, kan itu pilihannya adek. Pasti udah dipikirin mateng mateng kan dek?" Sang adik kembali menganggukkan kepalanya yakin

"Kalo menurut kamu?" tanya Naufal pada istrinya

"Karna itu pilihan adek, pasti dia akan bertanggung jawab sama pilihannya" kata Azizah lembut

"Tapi Ibu takut Shakila kenapa-napa" kata sang ibu ragu

"Shakila ga bakal kenapa-napa Bu"

"Oke, Ayah izinkan" mata Ara berbinar seketika.

-

"Wahh udah mau mengabdi aja nih temen gue"

"Woiya dong" sombong seorang gadis

"Huh, bakal pisah nih sama kembaran gue" kata Aira sedih

"Ulululu jangan sedih gitu dong bebi" Ara menjulurkan tangannya memeluk Aira dari samping

"Huhuhu bakalan rindu nih sama bocil gesrek" Ara tersenyum

"Cewek gaje" Ara masih tersenyum

"Bucinnya Ilham" Salma dan Aira terus mengejek, membuat Ara mengerucutkan bibirnya kesal

"Mulai deh ... kesel ah gue"

"Heheh jangan gitu dong, kan mau pergi"

"Jadi lamaran Ilham gimana?"

"Jadi, nak Zahra akan mengajar di pelosok jika dia lolos seleksi?" tanya papa Ilham

"Iya betul pak"

"Bagaimana nak, apa kamu mau menunggu Zahra?" Papa Ilham bertanya pada putra tunggalnya

"Ilham butuh waktu Pa"

"Baiklah, untuk sekarang kami belum bisa memutuskan. Kami butuh waktu untuk berunding, tiga hari kedepan akan kami kabari" jelas papa Ilham

"Baiklah pak, terima kasih pengertiannya dan maaf karna membuat keluarga bapak terkejut" kata Yudha -ayah Ara-

"Kami pamit dulu pak" Ilham menyalami ayah Ara lalu menangkupkan tangannya di depan ibu Ara dan putrinya.

°°°°

Kira-kira ... Ilham mau ga ya nunggu Ara selesai mengabdi?











Alhamdulillah

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang