"Bagaimana ini pak? ini bahkan sudah lebih dari tiga hari, tapi keluarga anda belum juga memberikan kami kabar"
"Maafkan kami, ada sedikit perbedaan pendapat jadi kami mengalami kesulitan"
"Langsung saja, apa nak Ilham bersedia menunggu putri saya mengabdi selama satu tahun kedepan?"
Saat ini Yudha dan keluarganya datang bertamu ke rumah Ilham untuk mengetahui jawaban yang akan Ilham berikan. Bahkan sudah lebih dari tiga hari namun keluarga Ilham tidak juga mengabari Ara. Jadi Yudha memutuskan untuk langsung menemuinya saja.
"Kapan Zahra akan berangkat pak?" tanya Ilham
"In sya Allah minggu depan" Yudha kembali berbicara
"Apa waktu mengajar nak Zahra tidak bisa dipercepat? satu tahun itu terlalu lama" papa Ilham kembali bernegosiasi
"Sayangnya tidak bisa Om" Ara memilin ujung kerudungnya
"Kenapa kamu sangat ingin mengajar di sana?! apa kamu mau mengorbankan lamaran anak saya hanya untuk obsesi kamu itu?!" mama Ilham berbicara dengan nada yang sedikit tajam
Ara terkejut dengan ucapan mama Ilham, awalnya ia berpikir beliau adalah wanita yang lembut dan penyabar.
Ara sangat ingin menangis, ia merasa hatinya tersayat. Tidak, bukan karna mama Ilham membahas tentang lamaran putranya tapi, tentang keinginannya mengajar di sana. Hal itu sudah menjadi mimpinya sejak lama, tidak mungkin ia mengubur mimpinya itu bukan?
'bismillah' ucapnya dalam hati
"Begini tante, mengajar di sana sudah menjadi mimpi saya sejak dulu. Bisa memberikan mereka ilmu yang saya punya, menjadi kesenangan tersendiri bagi saya.
Niat saya hanya untuk membantu mereka yang kesulitan menimba ilmu karna kurangnya tenaga pengajar, hanya itu yang saya bisa untuk meringankan beban mereka." benarkah Ara yang berbicara barusan? dari mana ia mendapatkan semua keberanian itu?
'ya Allah berikanlah hamba kemudahan' batinnya.
"Apa kamu yakin akan baik-baik saja di tempat orang?"
"Saya yakin tante. Allah adalah sebaik-baiknya pelindung"
"Apa yang kurang dari anak saya?! Dia tampan, dia baik, sholeh, mapan pula" mama Ilham masih belum mau mengerti
"Saya hanya ingin menggapai apa yang sudah menjadi mimpi saya sejak dulu tante"
"Kamu keras kepala, dasar egois!" semua yang berada di sana terkejut mendengar ucapan mama Ilham barusan
"Mah, perhatikan ucapanmu" kata papa Ilham setengah berbisik
"Maaf tante" hanya itu yang mampu Ara ucapkan, hatinya mencelos
"Saya tidak bisa menunggu Zahra selama satu tahun, saya rasa niat yang baik tidak seharusnya ditunda-tunda seperti ini" akhirnya sang tokoh utama berbicara juga, kalimat yang semakin membuat Ara tercekat.
"Baiklah, seharusnya kamu mengucapkannya dari tadi sehingga putri saya tidak perlu mendengar hal yang tidak seharusnya ia dengar" kata Yudha tajam
"Maaf pak" hanya dua kata, membuat Yudha berdecih pelan
"Kalau begitu kami pamit, maaf sudah mengganggu ketenangan keluarga anda malam-malam begini" Yudha berdiri diikuti anak dan istrinya.
"Maaf jika keluarga bapak merasa tidak nyaman karna perkataan istri saya." kata papa Ilham saat mengantar keluarga Yudha ke luar.
••••
"Beliau ... beliau bilang gue egois" Ara sudah tidak sanggup menahan segalanya, ia memutuskan untuk meminta kedua sahabatnya untuk menemuinya
Salma dan Aira hanya mampu geleng-geleng kepala sambil beristigfar.
"Emak sama anak beda banget sipatnya" kata Aira berpendapat
"Astagfirullah. Maapin gue udah ngajak kalian berghibah. Seharusnya gue bisa lebih sabar"
"Gapapa Ra, kita jadiin ini sebagai pelajaran" Ara hanya mengangguk pasrah
"Eh iya, lo ditempatin di mana?" Aira berusaha mengalihkan pembicaraan agar Ara tidak terlalu lama bersedih.
°°°°
Alhamdulillah
Wadohhh Ilham ditolak gais, kira-kira siapa lagi yang bakal lamar dia ya😂
Kalo tembus 5 vote atau 10 komen, aku bakal spoiler di chapter selanjutnya.
Ditunggu vomentnyaaaa ....Stay safe gais :>
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...