Kling
Satu pesan diterima.
"Ra, kamu di mana? Tadi saya ke rumah, kata Ibu kamu jalan?"
"Iya. Gue diajak jalan sama calonnya kak Putra, tempat ini cukup sepi. Gue gatau ini di mana."
"Sharelocation! Saya ke sana sekarang"
Ara menuruti perintah Rian, dia segera memberitahu lokasinya melalui aplikasi WhatsApp.
Cukup lama Ara berdiri. Terhitung sudah dua puluh menit gadis itu berada di jembatan, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Sandra.
"Mbak, sendirian?" seorang pria berjaket hitam mencolek bahunya dari belakang, jangan lupakan masker yang menutupi separuh wajahnya.
"Apaan sih! Gausah pegang-pegang!" Ara berjalan mundur, menjauh dari pria itu.
Duk
Gadis itu merasa tubuh bagian belakangnya menabrak sesuatu. Ara menoleh, terlihat seseorang yang berpakaian sama dengan orang yang mengganggunya tadi.
Ara meringis ketika tangan kirinya dicekal kuat oleh orang itu. Ia memberontak, memukul kuat orang yang menahannya untuk kabur. Air matanya luruh membasahi kerudung yang ia kenakan.
"Sakit!" Ara berteriak ketika tangan kanannya juga ikut dicekal. Hatinya bergemuruh sebenarnya apa salahnya sampai ia mendapat perlakuan seperti ini? Pertanyaan seperti itu terus berputar di kepalanya.
Bukan tak ingin bertanya, hanya saja ia sudah muak, kedua orang ini terus saja diam tanpa berniat menjawab.
Tangisnya semakin deras. Namun, tiba-tiba matanya enggan mengeluarkan satu tetes pun air mata tatkala ia melihat seorang perempuan sedang menodongkan pistol ke arahnya.
"Kak Sandra? Ke-kenapa, Kak?" lirihnya. Sandra tetap dalam hening, tak ada satu kata pun keluar dari bibirnya. Namun, setelah itu dia tertawa girang, seolah baru mendapat mainan baru.
"Kenapa lo bilang?!" Sandra menyunggingkan senyum smirk terbaiknya.
"Lo itu mau rebut Angga dari gue. Lo pikir gue gak tau rencana busuk lo?!" Tuding Sandra, ia kembali menodongkan senjatanya
"Tapi gue gak punya niat busuk kayak gitu! Denger, ya! Tadinya gue gak mau pake bahasa kasar sama lo! Tapi lo udah bikin gue marah, ditambah tuduhan tanpa bukti lo itu!" Ara tak tinggal diam, kini gaya bahasanya sudah berganti lebih kasar. Padahal dia adalah gadis yang selalu bersikap lembut dan sopan pada orang yang lebih tua darinya.
"BOHONG! LO PEMBOHONG. DI MANA PANGERAN LO ITU?" Sandra menurunkan pistolnya lalu mengelusnya. Ara mengernyit, siapa pangeran yang Sandra maksud?
"Bentar, biar gue ingat namanya. AH KAPTEN RIAN! YA PANGERAN LO, DI MANA DIA SEKARANG? DIA GAK ADA DI SINI BUAT NOLONGIN LO!"
'Rian? dia kenal sama Sandra?'
"Rian gak ada hubungannya sama ini semua!" Ara masih terus berusaha melepaskan cekalan orang suruhan Sandra
"TENTU! TENTU ADA! DIA YANG UDAH BIKIN GUE BERTINDAK KAYAK GINI! KENAPA LO GAK TANYA LANGSUNG AJA SAMA PANGERAN LO ITU. KAPTEN RIAN," Sandra tertawa senang
"Tapi ... LO KAN BAKAL MATI SEBENTAR LAGI, MANA BISA LO NANYA SAMA KAPTEN LO
BIAR GUE PERMUDAH. TIGA HARI YANG LALU, DIA NYURUH GUE BUAT BATALIN PERJODOHAN INI. KALO ENGGAK, DIA SENDIRI YANG BAKAL HANCURIN RENCANA PERNIKAHAN GUE SAMA ANGGA. DAN LO TAU, DIA BERBUAT ITU SEMUA DEMI SIAPA?" Sandra menggantungkan ucapannya
"... DEMI LO! DIA RELA BERBUAT APAPUN ASAL LO BISA BAHAGIA," Sandra kembali tertawa, "BUCIN BANGET COWOK LO!" kata gadis itu lagi
"DAN SEKARANG ... BERSIAPLAH MENEMUI SANG PENCIPTA" Sandra kembali mengacungkan senjata. Senyum masih berada di pipinya, sedangkan Ara sudah menutup matanya rapat, gadis itu telah pasrah.
Dor!
°°°°
Alhamdulillah
Siapa yang nembak dan siapa yang ditembak hayoo:"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...