"Kamu sendiri?" gue dikejutkan sama suara laki-laki, jelas ini bukan suara Rian. Gue menoleh, mata gue langsung terpaku pada objek di depan gue.
Badan tegap, kulit sawo matang, sorot tajam yang indah terbingkai alis menawan dengan nametag Bintang Anggara. S
"Kak Bintang," gumam gue. Kak Bintang kembali memainkan jarinya, gue rasa ini ga asing.
Ini sikap seseorang yang pernah gue kenal dulu, tapi siapa?
"Kamu sendiri?" Ulangnya
"Eumm ... iya, Kak. Aku sendiri"
"Kenapa sendiri? Kamu tau ini hampir melewati batas aman?" gue terperanjat, ga nyangka kaki gue bakal berhenti di sini.
"Aku cuman pingin jalan-jalan aja." Dia hanya menghela napas pasrah
"Kalo Kakak, kenapa ada di sini?"
"Saya sedang dapat tugas jaga daerah sini" gue hanya mangut-mangut dengar jawabannya.
Lah iya, dia kan tentara wajar dong ada di dekat hutan.
Belakangan ini, selalu terjadi keributan. Entah itu orang yang berkelahi, atau suara orang berbicara dari arah hutan. Para aparat sudah menanyakan pada warga, tapi kata warga mereka ga ada yang masuk hutan yang terkenal angker itu.
Atensi gue terarah pada pohon-pohon di depan gue, mentari yang hampir kembali ke peraduan membuat gue terpanah. Gue selalu suka saat-saat kayak gini, menenangkan.
"Kamu ... kenapa memanggil saya dengan sebutan 'Kakak'?" Gue sedikit kaget sama pertanyaan orang di sebelah gue ini.
Setelah beberapa saat, gue mengira gue sendiri. Gue lupa bahwa masih ada Sersan satu ini di samping gue.
"Aku tau usia Kakak cuman satu tahun di atas ku" gue menjawab ucapannya di akhiri cengiran. Kak Bintang keliatan gugup. Dia kembali memainkan jarinya.
"Kamu tau dari mana?"
"Dari Rian," kata gue enteng, Kak Bintang sedikit terperanjat, ekspresi mukanya sulit ditebak
"Kamu sudah kenal lama dengan kapten?"
"Emm ... Rian itu temen aku pas SMA. Tapi ga terlalu deket sih, cuman sekedar tau aja"
"Ohh" balasnya
Srekk ... srekk
Sorot Kak Bintang kembali menajam, menelisik setiap inci pepohonan di depan.
"Kamu jangan berisik, jangan buat gerakan tiba-tiba" kata dia seraya maju mempererat gengamannya pada sang kekasih -senapan- yang selalu ia bawa.
Itu senapan yang dia peluk, bukan gue jadi lo yang baca gausah ngarep.
"Kak, mau kemana? aku ikut," kata gue seraya mengikuti langkahnya
"Kamu diam di sana, atau balik saja ke tenda. Saya tidak akan lama" ucapnya setengah berbisik, Kak Bintang masih melangkahkan kakinya mendekati area hutan.
"Aku cari bantuan aja ya?"
Tidak perlu, saya bisa atasi ini."
Gue mau membalas ucapan Kak Bintang, tapi mulut gue dibekap dari belakang. Gue meronta berharap kak Bintang mendengar teriakan gue yang tertahan.
"Ara!" teriak kak Bintang panik. Mengejar orang orang yang membawa gue ke dalam hutan. Gue melihat Kak Bintang sempat berbicara dengan Walkie takie yang dia bawa.
"KAK BINTANGG!" Gue berteriak sesaat setelah berhasil menggigit tangan orang yang menculik gue
"ARA! KAMU DIMANA? JAWAB SAYA!"
"KAK. KAK BINTANG TOLONG AKU!" pekik gue berharap Kak Bintang menemukan keberadaan gue.
Di saat seperti ini, otak gue bekerja lebih keras dan ... gue menemukan orang itu dalam ingatan gue. Orang yang selama ini memiliki kesamaan sikap dengan Kak Bintang.
"AAAA ... KAK BIN--"
mulut gue kembali disumpal dengan sapu tangan.Sumpah ini sakit. Mata gue memanas, gue takut.
Ibu, Shakila takut ...
Gue terus meronta, tapi percuma tenaga gue kalah besar sama orang ini. Pandangan gue mengabur, samar-samar gue mendengar suara orang bicara
"Sandera baru, Bos"
"Bagus ... pintar kamu"
Brakk
Suara benda jatuh, gue rasa itu pintu yang rusak akibat tendangan
Orang itu tertawa keras, "Kamu mau menyelamatkan gadis ini?" Lalu dia tertawa skeptis.
°°°°
Alhamdulillah
Hiyah, siapa orang dalam ingatan Ara? :"
jangan lupa vote + komen! Aku maksa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...