"Alhamdulillah. Mamah seneng denger kalian baikan,"
"Iya, Mah, Zahra juga seneng"
Ratna --mama Putra-- terlihat sangat bahagia mengetahui putra satu-satunya itu sudah menerima Ara, kendati pria itu belum mendapatkan ingatannya kembali.
Kedua perempuan berbeda generasi itu sesekali tertawa untuk menanggapi cerita satu sama lain.
"Mah, Zahra pulang dulu, ya. Mau mampir ke supermarket untuk belanja bulanan," pamitnya
"Iya, Nak. Hati-hati, ya" Ara tersenyum sebagai jawaban.
-
Ara memilih beberapa barang, tangannya terulur mengambil detergen yang berada di rak atas. Bibirnya mengerucut kesal lantaran tidak sampai mengambil detergen itu.
Sebuah tangan terulur dari belakangnya, Ara sontak berbalik. Tingginya hanya sebahu pria itu.
Gadis itu membulatkan matanya saat mengetahui siapa yang membantunya barusan. Pria tinggi tegap dengan setelan rapi, ditambah wajah yang cukup tampan. Mata hazel yang indah.
"Makanya jadi orang tinggi," ejek pria itu
"Bawel."
"Ini," orang itu menjulurkan detergen tadi
"Makasih," Ara hendak berbalik ketika suara berat itu memanggil namanya.
"Mau ngobrol sebentar?" kata cowok itu sambil memperhatikan jari-jari Ara, senyumnya memudar.
'Tahan diri lo! Ada cincin di jari manisnya!'
"Boleh, tapi cuman sebentar," kata Ara membuat senyum pria itu kembali terbit. wajah pria itu kembali cerah, tergambar jelas raut bahagia
'Persetan sama cincin! Dia ada di depan gue sekarang, gak akan gue lepas lagi. You will be mine.'
Senyum manis pria itu mulai berubah menjadi seringai yang sayangnya tidak terlihat oleh Ara, karna ia berjalan di depan cowok itu.
"Gimana kabar lo?" tanya cowok itu membuka pembicaraan.
Sekarang Ara dan pria tadi sudah duduk di sebuah kursi dengan meja sebagai penengah ditemani coklat panas sebagai minuman.
"Seperti yang lo liat sekarang," balas Ara singkat
Cowok itu mangut-mangut, mencoba mencari pertanyaan lain untuk basa-basi.
"Masih kuliah? Atau udah lulus?"
"Udah lulus"
"Kapan lulusnya? Kok gue gak dikasih tau?"
'Emangnya lo siapa?!' batin gadis itu berteriak
"Sekitar dua tahun lalu," jawabnya datar, tanpa senyuman yang menghiasi
"Wah udah lama, ya"
"Hm"
"Sibuk apa sekarang?"
"Ngajar les"
"Tinggal di sini?"
"Iya," kata Ara singkat. Ingin rasanya ia menggeplak kepala orang di depannya.
"Gimana kabar dua temen lo itu?"
"Alhamdulillah, baik"
"Kesini sama siapa?"
"Sendiri"
"Kenapa sendiri?"
"Gapapa"
"Udah punya pacar?"
"Alhamdulillah, masih dijaga Allah"
"Kenapa gak pacaran?"
"Gak minat"
"Gimana rasanya ketemu gue lagi?"
"Biasa aja"
"Gue tambah ganteng gak?"
Ara diam, tak berminat menjawab pertanyaan tak berbobot dari pria di depannya.
"Lo tambah cantik deh"
"Alhamdulillah"
"Makin cantik kalo lo senyum"
"Hmm"
"Senyum dong, Ra"
'Ya Allah berikan hamba kesabaran lebih,' batinnya meringis
"Ra"
"Hmm"
"Senyum dong. Udah lama gue ga liat senyum lo"
"Hmm" Ara menyuguhkan senyuman yang-- menggambarkan keterpaksaan.
Pria itu tersenyum lebar
"Gue udah punya dua restoran lho"
"Alhamdulillah"
"Gue udah punya banyak uang juga"
'Lo mau pamer sama gue?' batin Ara kembali protes
"Alhamdulillah"
"Kapan-kapan gue main ke rumah lo, ya?"
"Silahkan"
"Mau gue bawain apa?"
"Gak usah"
"Bilang aja. Apapun bakal gue kasih buat lo"
"Gak perlu"
"Oke," tutup pria itu. Sepertinya ia kehabisan topik
"Bahagia gak?" Ara mengerutkan keningnya.
'Pertanyaan macam apa itu?'
"Alhamdulillah," balasnya
Pria itu masih tersenyum menatap gadis di depannya dengan seksama. Sementara gadis itu sudah resah ingin segera pulang.
"Gu--"
"Gue ke toilet dulu, ya" pamit cowok itu.
Ara menghela napas berat. Kenapa ia harus bertemu dengan pria itu lagi.
"Sorry lama," ucap cowok itu sambil tersenyum pada salah satu waiters.
"Gak papa" Ara melihat jam tangannya, buru-buru ia membereskan barang bawaannya.
"Gue harus pulang. Udah sore banget"
"Mau gue anter?"
"Gak usah gue bisa sendiri. Makasih"
gadis itu berdiri diikut cowok tadi.Ara berbalik hendak pergi
"Ra. Awas"
°°°°
Alhamdulillah
Hai hai selamat hari Senin buat kamu yang ngangenin:v
Setelah sekian lama author ga up XD
Author bucin is back yeyAyok tepuk tangan!
Udah masuk semester 2. Tahun ini harus jadi tahun produktif ya:P
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...