💙 kecewa 💙

646 34 6
                                    

"Ra. Awas"

Prang!

Nampan berisi makanan itu tumpah membuat seisi pengunjung cafe memusatkan perhatiannya. Tubuh Ara oleng ke belakang dan

Hap!

Saat ini tubuh Ara sudah berada di dekapan Kevin. Persis seperti novel atau sinetron di tv. Mata mereka bertemu, napas Kevin terasa hangat membelai wajah Ara saking dekatnya.

Sesaat Ara terdiam menatap setiap inci wajah Kevin.

••••

"Wa'alaikumsalam, Mah"

"Zahra di mana, Nak?"

"Zahra di rumah, Mah."

"Hari ini keberangkatan Angga ke Kalimantan, kamu gak tau?"

"Enggak, Zahra gak tau. Kak Putra gak ada bilang sama Zahra"

"Lho, katanya dia sudah kasih tau kamu. Ya sudah sekarang cepat ke sini. Tiga puluh menit lagi mereka berangkat."

Sambungan telpon terputus, Ara segera menyiapkan dirinya. Hatinya sudah ketar-ketir, takut tidak sempat menemui Putra.

Sekarang fokusnya bercabang, muncul satu pertanyaan. Kenapa Putra berbohong dan mengatakan bahwa ia sudah berpamitan dengan Ara?

Butuh waktu lama untuk sampai di tujuan, Ara bahkan harus mencari jalan lain ketika terhalang kemacetan.

Kepalanya sudah terisi berbagai bayangan tak menyenangkan jika seandainya ia benar-benar terlambat.

Sambil melajukan motornya gadis itu terus memikirkan alasan apa yang mungkin akan Putra berikan padanya mengenai kebohongan itu.

Waktu sisa lima menit, gadis itu mulai menangis karna belum sampai di tempat yang seharusnya.

"Terima kasih." kata Mayjen Sudirman menutup pidatonya.

Ara berlari sekencang mungkin

'Di depan Ra. Semangat! Sedikit lagi sampai' batinnya bersorak memberikan kekuatan lebih pada kakinya.

Satu persatu prajurit sudah memasuki pesawat, tapi gadis itu belum juga sampai. Air mata kembali menggenang sehingga mengaburkan pandangan, sesekali tangannya naik menghapus bulir bening yang berjatuhan.

Di tempatnya seorang pria tegap dengan rahang tegas mengembuskan napasnya. Jauh di dalam hati ia merasa kecewa.

' Di mana? Apa dia benar benar ga datang?' batinnya bertanya

'Ngapain lo nyariin dia, lo ga bilang sama dia kalo lo mau pergi, mana mungkin dia ada di sini nyamperin lo.' akal sehatnya mengingatkan untuk tidak berharap terlalu tinggi.

Langkahnya gontai, pria itu merasa bersalah tapi kecewa lah yang lebih dominan.

Pintu pesawat tertutup, suara mesin semakin berderu keras menggambarkan sebuah kesiapan untuk menjaga pertiwi.

Ban pesawat sudah tidak lagi menyentuh aspal ketika Ara sampai dan gadis itu terlambat, benar-benar terlambat

"KAK PUTRA!" pekik gadis itu keras, berharap seseorang dalam pesawat itu mendengar.

Putra menolehkan kepalanya, dilihatnya seorang gadis tengah menghadap langit.

"KAK PUTRA! TUGAS YANG BENER! BIKIN AKU BANGGA!"  Ara kembali berteriak menyemangati. Hatinya hancur ketika menyadari keterlambatannya.

Sementara Putra menarik bibirnya ke atas, cowok itu tersenyum nanar. Hatinya menghangat tapi tetap saja ia merasa kecewa. Sangat.

Ratna dan Arsen berlari kecil ke arah Ara lalu memeluk gadis rapuh itu

"Maafin Zahra, Mah. Zahra lupa kalau kak Putra berangkat hari ini. Semalam Zahra terlalu sibuk sama tugas murid-murid Zahra" kilah gadis itu berusaha menutupi kebohongan Putra. Ratna mengangguk sebagai jawaban.

"Zahra terlambat, Mah. Sekarang kak Putra pergi, kak Putra udah pergi jauh ...." Ratna hanya bisa mengusap punggung Ara yang bergetar

"Jadi perempuan kuat, ya. Om yakin kamu pasti bisa menunggu Angga kan?" kata Arsen menenangkan

Ara mulai tersenyum, "Bisa, Om"

'Kenapa baru sekarang? Saat gue udah mulai yakin?!'

°°°°


Alhamdulillah

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang