Sudah seminggu sejak perpisahan itu. Kini Ara tak pernah lagi melihat Putra, selain beda sekolah, rumah yang berjauhan juga menjadi alasan.
Tak ada lagi Putra dan segala tingkah konyolnya. Yang ada hanya gelang pemberiannya, hadiah ulang tahun Ara tahun lalu beserta kenangan indah bersamanya.
Ara mulai belajar untuk terbiasa tanpa Putra yang mengisi hari harinya. Awalnya sulit, sangat sulit bahkan. Yang dulunya selalu ada spam chat di pagi hari kini sudah tidak ada, yang kemarin selalu ada jokes garing dari Putra kini menjadi sepi. Kosong, itu yang Ara rasakan.
Namun, ini lebih baik daripada harus terus terusan berada dalam lubang kebathilan. Ara mulai mencari kesibukan lain, agar tidak selalu memikirkan Putra yang membuatnya merasa sedikit menyesal karna telah mengambil keputusan ini.
••••
Sebentar lagi akan diadakan ujian kenaikan kelas, yang artinya Ara akan naik kelas 12, sementara Putra akan mengejar cita-citanya.
Saat ini Ara sudah tidak terlalu memikirkan Putra, hanya sesekali itupun saat ia merasa sendiri. Mengingat kembali saat ia memberanikan diri untuk menceritakan hubungannya pada ibunya dan terdengar oleh ayahnya.
Flashback on
"Bu, aku mau cerita" ucap Ara bergetar
"Tumben cerita sama ibu, biasanya cerita sama temen temen" balas ibu Ara sambil memotong bahan masakan
"Tapi ibu jangan marah ya?"
"Kenapa harus marah?"
"Pokoknya jangan marah" pinta Ara yang dibalas anggukan oleh ibunya.
"Jadi ... Shakila ada suka sama orang, trus temen Shakila tau, trus di kasih tau ke orang yang Shakila suka ..." Ara mulai bercerita, sedangkan ibunya hanya diam mendengarkan sambil terus memasak
"...Dia satu tahun diatas Shakila bu, pas itu dia kelas 11 tapi beda sekolah, Shakila kenal dia pas ada acara study tours. Kalo dia satu tahun diatas Shakila berarti sekarang dia lagi sibuk sibuknya buat persiapan masuk univ bu ..."
"... Terus orang yang Shakila suka itu ngechat Shakila bu, tapi Shakila gatau siapa yang ngasih nomor WA Shakila ke dia. Pas Shakila tanya ke temen Shakila itu ternyata dia yang kasih bu..."
"...Trus Shakila chatan sama gebetan Shakila, namanya Putra bu ... Ternyata dia juga suka sama Shakila, dia bilang ke Shakila. Katanya dia suka karna Shakila ga pernah mau kalo di ajak jalan malam minggu, katanya Shakila itu unik bu..."
"...Terus dia ngajakin Shakila pacaran bu, trus Shakila terima ..." raut ibu Ara berubah, terlukis amarah namun kecewa-lah yang nampak lebih jelas
"...Trus kita pacaran bu, udah setahun tapi ..." Ara berusaha menahan isakan nya di depan sang ibu
"...Tapi Shakila memutuskan untuk berhenti, Shakila sadar ini salah bu. Shakila udah buat ayah sama ibu kecewa ..."
"...Shakila jelasin semuanya ke Putra, dan untungnya dia ngerti bu ... dia minta Shakila buat fokus bahagiain ayah sama ibu, dia juga nyesel udah ngajak Shakila pacaran bu ..."
"... Shakila minta maaf sama ibu" ucap Ara sambil memeluk ibunya, runtuh sudah pertahanannya. Berulang kali ia mengucapkan kata maaf dalam dekapan sang ibu.
"Kamu pacaran Kila?!" Suara berat terdengar dari pintu
"Jawab!" Imbuh suara itu lagi, sementara Ara menghampiri ayahnya itu, berniat meminta maaf. Ayahnya adalah seorang muslim yang taat beragama dan melarang keras putra putrinya berpacaran.
"Ayah maafin Kila ayah. Kila sadar Kila salah, Kila juga sudah memutuskan hubungan dengan Putra yah" ucap Ara gemetar sedangkan Yudha masih menahan amarahnya sambil ditenangkan oleh istrinya.
"A-ayah Kila nyesel yah, ma-maafin Kila" ucap Kila terbata bata. Ia menunduk, matanya tertutup rapat, ia tau ayahnya akan sangat marah. Dirasakannya usapan lembut di pucuk kepalanya, tangan besar yang selalu melindunginya, langsung ditubruk tubuh ayahnya itu. Mengucapkan kata maaf.
Bagaimana pun seorang ayah tetaplah ayah, tidak akan sanggup melihat putri kecilnya menangis hebat sambil meminta maaf, toh putrinya juga sudah menyesal dan telah menyelesaikan masalahnya.
flashback off
°°°°
Alhamdulillah
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...