"bu setelah lulus nanti, Shakila boleh ga ikut seleksi SM-3T?"
"Eh? coba tanya ayah kamu sana"
"Ayahh, Kila mau ikut seleksi SM-3T boleh?"
"Tapi itu sangat jauh nak, emang Kila sanggup?"
"Kila sanggup kok Yah, Kila kan kuat" tangan Ara terangkat seolah memamerkan otot-ototnya
"Yakin? Setahun loh Kila, itu bukan waktu yang sebentar"
"Kila yakin Ayah ... ini sudah jadi impian Kila saat masih SMA, Kila mau mengabdi pada negeri ini,"
"Tapi nak, kamu nggak kenal siapapun disana. Siapa yang bakal jaga Kila nanti? bagaimana hidupmu nanti?" sang ibu masih belum yakin pada pilihan putrinya
"Ibuku yang paling cantik ... Allah selalu bersama Kila, Allah adalah sebaik-baiknya pelindung" terdengar helaan napas gusar dari sang ibu
"Coba kamu minta pendapat Mas mu, ayah mau sholat istikharah dulu"
Ara tiba-tiba terkekeh "Ayah kayak mau nentuin jodoh aja deh" Ara menggelengkan kepalanya
"Kamu kira sholat istikharah cuman buat nentuin jodoh apa?"
"Aww sakit Yah" Ara mengelus hidungnya yang habis ditarik oleh sang ayah
"Gemes sih, putri Ayah udah gede. Milih jalan hidup yang beresiko gini. Iyakan Bu" sang ibu menangguk membenarkan perkataan Yudha suaminya.
"Hehehe gapapa, cari pengalaman yah"
"Ya sudah sana telpon Mas mu"
"Siap komandan" gadis itu mengambil sikap hormat lalu ngacir pergi ke kamar
-
"Mas!!"
"Heh, ini bocil bukannya salam malah teriak! Bisa jebol gendang telinga Mas ini"
Ara terkekeh "Maap mas. Assalamualaikum Masku yang gantengnya masya allah"
"Walaikumsalam"
"Ishh, udah Shakila puji juga balas salamnya masih cuek. Puji balik kek"
Naufal tertawa "Yaudah yaudah ulang.
Walaikumsalam Shakila cantik.
Kenapa?!"Yaelah, abis muji jadi ketus gitu" tidak ada jawaban di seberang sana
"Mas, Shakila pingin ikut seleksi SM-3T boleh?"
"Boleh"
"Kok? Mas gampang banget kasih ijin ke Shakila?"
"Itukan pilihan kamu, yang bakal jalanin kamu juga, jadi yaudah gitu"
"Mas bilangin deh ke Ibu sama Ayah, supaya Shakila dikasih ijin"
"Huh dasar manja. Yaudah, Mas ke sana sekarang"
"Kan bisa lewat telpon Mas"
"Cerewet! Sekalian mas mau pulang, pingin makan masakan Ibu"
"Huh yaudah. Assalamualaikum" Ara menutup telpon sepihak.
••••
Pada malam hari setelah kejadian tersedaknya Ara akibat pertanyaan dari sang ayah dan tepat hari ketiga setelah lamaran yang disampaikan Ilham
"Jadi bagaimana Pak Bu? Apa bersedia menerima anak kami sebagai menantu?"
"Kami hanya bisa mendukung, selebihnya kami serahkan pada Shakila langsung,"
"Saya memutuskan" ada jeda untuk kalimat selanjutnya, Ara menarik napasnya dalam, mengucap Basmallah, berusaha menetralkan degup jantungnya.
'Semoga ini menjadi yang terbaik' batinnya.
"Menerima lamaran mas Ilham" hati Ilham mencelos kala mendengar kata 'mas' keluar dari bibir gadis yang dilamarnya, sisi lain dalam dirinya menghangat ia tersenyum dalam tunduknya.
"Alhamdulillah. Ya allah terima kasih" ucapan syukur terlontar dari bibir papa dan mama Ilham, gurat bahagia terpatri jelas di wajah keduanya.
"Tapi ..." ucap Ara menggantung, semua orang terkejut. Kenapa harus ada kata 'tapi' saat momen bahagia ini?
Wajah keluarga Ilham berubah pias tatkala Ara mengatakan satu hal. Gurat bahagia memudar berubah menjadi ekspresi yang sulit dijelaskan, terutama Ilham ... sorotnya tak lagi berbinar, mata coklatnya menyiratkan kesedihan, kekecewaan, dan kebimbangan (?).
Ara terus saja menunduk setelah melihat perubahan yang ditunjukan oleh keluarga Ilham.
'ya allah beri hamba kekuatan' batinnya.
Semua mata tertuju pada mama Ilham saat beliau menghela napas, semua tau bahwa sebentar lagi akan ada kata-kata yang berlompatan keluar dari bibir wanita yang sudah tidak muda lagi tetapi wajahnya senantiasa bersinar dan awet muda.
°°°°
Alhamdulillah
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit Waktu [END]
Novela Juvenil"Tapi kenapa? Kasih tau aku alasan yang bisa aku terima, aku tau kamu ga mau ini semua terjadi iya kan?" - - - - "Kita pisah sekarang?" "Semoga kamu jadi lebih baik. Ini perpisahan terindah." -Bintang Anggara "Aamiin, kamu juga semangat hijrahnya, K...