💚 Terima kasih Prajurit 💚

777 48 4
                                    

Brakk

Suara pintu didobrak mengejutkan orang-orang yang berada di dalam ruangan itu. Ada empat orang di sana, tiga orang laki-laki yang mengelilingi seorang gadis berkerudung peach, yang sedang duduk dengan keadaan kaki dan tangan terikat di kursi.

Orang itu tertawa keras, "Kamu mau menyelamatkan gadis ini?" salah satu di antara mereka bertanya lalu menyeringai jahat.

"Jangan sakiti dia! Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini!" kata orang yang tadi mendobrak pintu. Suaranya bergetar menahan khawatir namun tetap terdengar jelas

"Tentu ... tentu tidak! Dia berguna bagi kami, sandera yang berharga ... dan juga cantik," pemimpin kelompok itu mengulurkan tangannya ke arah kepala sang gadis.

"Enyahkan tangan kotormu itu!" kata Bintang sarkas, dia melangkah mendekati orang-orang jahat sambil menodongkan senjatanya.

Dor!

Satu di antara orang jahat itu tergeletak sesaat setelah mendapat tembakan dari anggota TNI lainnya.

"Kapten Rian! Terima kasih"

"Tidak perlu, ini sudah tugas kita bukan?"

"Shit!" umpat pemimpin orang jahat itu

"Cepat kalian ke sini, bawa semua senjata yang ada di gudang!" tidak berselang lama, anggota separatis yang lain mulai berdatangan. Anggota TNI mulai kewalahan.

"Bintang! Cepat kamu sadarkan sandera!" titah Rian yang langsung dilaksanakan

"Ara!"

"Ra! Bangun!" Bintang berusaha membangunkan gadis di depannya

"Ayah, Ibu, mas Naufal ... Shakila takut" lenguh gadis itu

"Kak Putra ... tolong Ara," lirihnya lagi

"Ra! Bangun! Kamu akan baik-baik saja" Bintang masih terus berusaha.

Ara membuka matanya perlahan, ia mengerjap berusaha mempercayai apa yang ia lihat sekarang, baku tembak yang terlihat menegangkan sedang tersaji di depannya.

"Bintang! Cepat bawa sandera pergi!" Rian memberi perintah sambil terus fokus menembaki musuh yang semakin banyak

"Tapi bagaimana dengan yang lain?"

"Cepat lakukan saja! Nyawa sandera lebih penting!" titah Rian dengan suara lantang

"Siap!"

"Kamu bisa lari? atau mau saya gendong?"

"Aku bisa lari kok, Kak"

Bintang menggenggam tangan Ara erat, memastikan gadis itu tepat berada di belakangnya.

"Kak, makasih ..." Ara terengah-engah karna masih berlari dengan tangan yang digenggam erat oleh Bintang.

"Jangan buang tenaga, terus saja lari" Ara mengangguk dari belakang

Dor!

Satu peluru melesat tepat di sisi pelipis Bintang. Nyaris saja laki-laki itu tertembak, darah mulai merembes. Mengalir menuruni pelipis, melewati samping mata, hingga sampai ke pipi pria itu.

Ara tertegun sejenak

"Terus berlari" Bintang mempercepat larinya

Dor!

Satu peluru lagi meleset, hampir mengenai bahu Ara.

"Sersan, semua musuh sudah berhasil dilumpuhkan, kamu bisa istirahat sekarang. Akan ada yang menjemput kalian nanti." suara dari walkie takie berhasil membuat lari Bintang dan Ara terhenti.

Gadis itu mengembuskan napas lega, bibirnya tak henti mengucap syukur, ia tersenyum menatap Bintang.

Tanpa sadar ia mempererat genggamannya dengan Bintang.

"Terima kasih, Prajurit" katanya seraya tersenyum hangat.

Tiba-tiba matanya membeliak kaget, ia melepas genggaman yang barusan ia eratkan. Lalu menggumamkan kata maaf.

"Kita selamat, kak" Ara menjatuhkan tubuhnya, menyandarkannya di pohon yang berada dekat dengannya.

"Alhamdulillah" lirih Bintang

"Makasih, kak" Bintang mengangguk

"Kakak tau ga, Kakak mirip banget sama seseorang yang aku kenal" kalimat barusan membuat atensi Bintang teralih

"Siapa? Apa orang itu penting?"

"Eh?"

"Maaf sudah menanyakan privasimu" Bintang yang menyadari perubahan raut wajah Ara langsung meminta maaf

"Ga apa-apa kok, Kak. Emm ... dia orang yang penting di hidupku, dulu ..." kata Ara menggantung.

Kini giliran Bintang yang merubah raut wajahnya

"... Sampai sekarang,"  lanjut Ara

"Maksudnya?"

"Iya. Orang itu penting, dari dulu sampai sekarang." kata Ara di akhiri kekehan kecil.

••••

"Bang Bintang," panggil Rian.

Bintang merupakan kakak laki-laki yang baik bagi Rian, terlepas dari jabatannya di dunia militer

"Siap!"

"Santai atuh, Bang. Gausah serius gitu"

"Oke"

"Lo kenal Zahra ga, Bang?" tanya Rian to the point

"Kenal. Zahra guru baru yang ikut program SM-3T itu kan?"

"Kalo itu sih gue juga tau, maksud gue ... lo pernah kenal ga sama Zahra sebelum ini?"

°°°°


Alhamdulillah

Hari ini ...

05 Oktober 1945-05 Oktober 2020

Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia

"Sinergi untuk Negeri"


Terima kasih karena bersedia mengikat jiwa dan raga dengan Ibu Pertiwi. Rela dan ikhlas demi membela negara.

Memilih tugas dan tanggung jawab yang penuh resiko, bahkan meninggalkan keluarga demi menjaga nusantara.

Menggendong ransel juga senjata, menggemakan kata siap sebagai semangat. Hutan dan gunung sebagai teman, rawa serta laut sebagai kawan.

Sayatan tersamarkan cat loreng tak membuatmu mengeluh. karena, bagimu senyum mereka lebih berharga.

Tangis iringi kepergianmu juga do'a yang membersamai langkah tegapmu.

Semangat mengabdi, ya. Semoga setiap keringat dan darah tercatat sebagai amal ibadah.

Dari ibu kandungmu, Rakyat.




Jaya selalu di darat, laut, dan udara.
🇲🇨❤️🇲🇨

Prajurit Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang