Kali ini koki baru yang telah direkrut kemarin memasak untuk makan malam. Kedua majikan serta penghuni rumah yang lain akan mengetes sejauh mana rasa makanan yang dia buat. Kemarin Zakky sudah merekrut sembilan pekerja baru, yang terdiri dari satu koki, tiga pembersih rumah, satu tukang kebun, dan empat satpam, untuk membantu pekerjaan Bi Anni, Mbok Niar, Pak Eko, dan Pak Iman.
Setelah mandi Devi langsung menuju meja makan meskipun waktu makan malam belum tiba, tapi dirinya benar-benar kesal pada suaminya jadi lebih baik menghindar untuk sementara waktu. Ya, Devi memang mampu menghindari Zakky tapi hanya dalam waktu setengah jam saja sebab saat ini pria menyebalkam itu sedang turun dari tangga menuju meja makan.
"Kamu sudah lapar ya sampai tidak menunggu saya?"
"Iya, saking laparnya bahkan saya sempat berpikir untuk memakan Mas Zakky saja," jawab Devi datar daripada permasalahan semakin rumit karena dirinya hanya diam jadi lebih baik menjawab.
"Wah, kalau saya dimakan berarti tidak ada pria paling tampan lagi di rumah ini."
Rasa kesal yang ada di kepala sudah meletus sampai ke ubun-ubun, Devi tidak bisa menahannya lagi. Dia mengambil banyak buah anggur yang tersedia di meja makan kemudian menjejalkannya ke mulut suaminya agar berhenti bicara.
Karena buah anggur yang berada di mulutnya terlalu banyak otomatis Zakky langsung memuntahkannya ke tong sampah di dekat bak cuci piring. Istrinya itu memang jarang bersikap romantis apalagi berujung tragis seperti ini.
"Tadi hampir saja saya melakukan kesalahan jika kamu tidak datang tepat waktu," ucap Zakky setelah kembali ke meja makan, dia membahas kejadian pingsan di kantor tadi siang.
"Tidak usah di bahas."
"Kenapa? Kamu terlihat sangat hebat dalam menolongnya dan bagaimana keadaan dia sekarang?"
"Dia baik-baik saja, tidak usah khawatir. Jadi jika ada karyawan yang pingsan langsung saja minta tolong pada staf medis. Bukannya ada staf kedokteran berada tepat di lantai yang sama dengan tempat kejadian pingsan tadi?"
Zakky baru ingat jika di gedung Wijaya Group terdapat staf medis di setiap lantainya. Namun, saat itu otaknya terasa benar-benar kosong dan tidak sempat berpikir sejauh itu.
"Atau Mas Zakky sengaja dan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan?"
"Apa maksudmu? Tentu saja saya tidak seperti itu."
"Jika saja saya tidak datang, entah apa yang akan terjadi. Kamu sudah berlutut untuk ... entahlah saya tidak bisa membayangkannya."
"Asal kamu tahu Dev, saya sedang panik saat itu. Saya tidak sempat berpikir lebih jauh, yang terlintas adalah bagaimana caranya agar saya bisa menolongnya. Sebab saya takut dia meninggal," jelas Zakky dengan tegas.
Terlintas bayangan di kepala Zakky ketika saat-saat terakhir bersama kakaknya, saat itu Zakky masih berusia enam tahun. Tidak bisa berbuat apapun untuk menolong kakaknya. Kematian menjadi pembahasan yang selalu dia hindari, ditinggalkan seseorang karena alasan kematian membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat.
Membayangkan kembali peristiwa itu saat salah satu staf kantornya yang pingsan kemudian seseorang yang lain berteriak bahwa jika tidak segera ditolong maka akan meninggal. Ucapan itu membuat Zakky mengingat peristiwa kematian sang Kakak. Dia sangat tahu bagaimana rasanya di tinggalkan. Zakky berpikir bagaimana perasaan keluarga Septiani nantinya jika perempuan itu meninggal secara mendadak.
"Apakah kamu tahu kenapa saat itu saya hanya berlutut sambil menatap kosong?"
Devi hanya terdiam sebagai pertanda tidak mengetahui jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Zone: Wake Up (2)
Lãng mạn(COMPLETED) [Romance Comedy] Dream Zone: Sleeping Pills season 2 Kisah lika-liku kehidupan sebuah pasangan suami istri yang baru menikah. Zakky yang dulu menderita insomnia bisa sembuh berkat wanita yang kini menjadi istrinya. Masalah yang teratasi...