Bab 33 (Uang)

95 12 15
                                    

"Dari mana saja kamu?" tanya Zakky pada Devi.

CEO Wijaya Group itu memang memanggil asisten pribadinya untuk datang ke ruangannya.

"Saya dari rooftop," jawab Devi jujur.

"Berduaan dengan Tomi?"

"Inginnya saya pergi sendiri, tapi bukankah Bapak yang memerintahkan dia untuk mengikuti saya kemana pun saya pergi?"

"Iya, benar. Namun, maksud saya kenapa kamu tidak mengajak saya?"

"Untuk apa? Bapak bukannya masih marah pada saya?"

"Jangan panggil saya Bapak. Memangnya saya ayah kamu?"

"Tapi bukankah Bapak ingin di panggil dengan sebutan 'bapak' ketika di kantor? Saya berperan sebagai istri Bapak ketika di rumah dan menjadi bawahan ketika di kantor. Apakah Bapak lupa?"

Entah berasal dari mana ada seekor kucing ras yang tiba-tiba masuk ke ruangan Zakky. Devi yang memang menyukai binatang berkaki empat tersebut langsung menggendongnya. Sepertinya jika memiliki binatang peliharaan akan mampu meredakan segala beban yang ada dalam hidupnya.

"Saya ingin pelihara kucing," ujar Devi sembari mengelus kucing yang ada dalam gendongannya.

"Tidak boleh," tolak Zakky.

"Kenapa?"

"Mengurus diri sendiri saja tidak mampu apalagi ditambah binatang peliharaan."

"Maksud Mas Zakky?" tanya Devi memanggil dengan panggilan di rumah, dia berharap suaminya akan bersikap lebih lembut seperti di rumah.

"Apakah kamu lupa dengan semua masalah di kantor? Bahkan kamu pun masih sering mendapat ujaran kebencian dari para karyawan, kan?"

"Baiklah, sepertinya saya harus mengatakan yang sejujurnya."

"Sejujurnya apa? Sampai kapan kamu terus berbohong?"

"Kapan Mas Zakky percaya pada saya?"

"Ketika kamu berbicara jujur."

"Dari awal saya sudah berbicara jujur tapi kenapa tidak kamu percayai?"

"Buktinya mana Dev? Jangan terus menyanggah jika kamu tidak memiliki bukti. Itu hanya akan membuat kamu terlihat bodoh saja."

Suaminya memang sangat keras kepala melebihi sifat keras kepala yang Devi miliki. Hanya membuang waktu dan tenaga saja jika dia terus berbicara tapi tetap tidak akan dipercayai oleh suaminya. Devi memilih pergi dari ruangan suaminya ini yang disusul oleh Tomi.

"Begitulah anak kecil, setiap dinasehati bukannya mendengar malah pergi," teriak Zakky dengan sengaja agar Devi mendengarnya.

Devi berbalik kembali untuk menghadap Zakky. Suaminya ini mendapat pengaruh dari siapa sehingga berubah menjadi lebih ngotot dan bukannya meredakan masalah malah memperkeruh suasana.

"JANGAN PANGGIL SAYA ANAK KECIL!" teriak Devi emosi, kucing yang ada dalam gendongannya sampai melompat ketakutan.

"Memang begitu, kan? Kamu seperti anak kecil yang tidak bisa berpikir dewasa ketika menghadapi segala sesuatu."

"Kita telah menikah selama 18 bulan lamanya, apakah selama itu dalam hubungan kita tidak disertai dengan sebuah kepercayaan? Saya sudah lelah, saya ingin pergi." Devi langsung berjalan meninggalkan ruangan.

"Jangan sampai kamu kabur dari rumah ya Dev. Tomi awasi dia!"

"Baik Bos Besar."

Deru napas Devi semakin memburu, dia sangat emosi terhadap suaminya. Sejak awal mengenal Zakky, pria itu memang dikenal menyebalkan namun apa yang dihadapinya selama beberapa hari ini adalah lebih parah daripada sekedar menyebalkan.

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang