Bab 15 (Theme Park)

89 9 7
                                    

Akhir pekan telah tiba, Zakky memenuhi janjinya untuk mengajak Devi ke suatu tempat. Wanita ini sudah berekspektasi bahwa suaminya akan membawanya ke suatu tempat romantis di luar negeri. Namun, nyatanya Zakky hanya membawa istrinya ke theme park yang berjarak lima kilometer dari kompleks perumahan yang mereka tempati.

Theme park ini tidak bisa dianggap remeh juga sebab memiliki banyak sekali wahana, mulai dari bianglala, ATV, wahana bertema, arung jeram, dan lain sebagainya. Di akhir pekan seperti ini memang banyak sekali pengunjung yang hadir, membuat suasana sedikit tidak kondusif namun tidak mengurangi euforia disini.

"Pantas saja kamu menyarankan untuk memakai kaos, ternyata hanya liburan kesini," ketus Devi.

"Memangnya kenapa? Terlalu romantis akan membuat hubungan terkesan membosankan, kita harus mencari hiburan baru yang seru."

"Iya, saya setuju."

Zakky menggenggam tangan istrinya, menelusuri setiap wahana yang ada. Mereka masih mencari kira-kira wahana mana yang cocok untuk mereka berdua. Hingga ditemukanlah wahana roller coaster.

"Dev, apakah kamu sudah cukup umur untuk menaiki wahana ini?" Zakky memandang wahana roller coaster dari hulu ke hilir, rasanya terlalu ekstrim.

"Tentu saja sudah, saya kan sudah menikah. Mas Zakky ini bagaimana?" protes Devi tidak terima.

"Memangnya kamu tidak takut untuk naik wahana ini?"

"Saya hanya takut pada Tuhan, hantu, darah, dan jarum suntik."

Zakky tertawa, benar sekali ucapan istrinya itu. Devi memang wanita pemberani kecuali pada empat hal yang dia sebutkan tadi.

Mereka segera naik ke wahana tersebut, sebelum keduluan oleh pengunjung lain yang juga tak sabar naik wahana ini. Zakky masih menggenggam jemari istrinya, layaknya orang tua yang tidak ingin kehilangan anaknya ketika di taman bermain.

Namun, Zakky bukan takut kehilangan Devi di theme park yang luas ini, dia tahu bahwa istrinya sudah dewasa dan bisa pulang ke rumah walaupun sendirian tanpa tersesat. Melainkan makna dari genggaman tangannya adalah bahwa Zakky ingin menguatkan Devi di naik turunnya ujian dalam hidup layaknya menaiki wahana roller coaster. Zakky ingin menemani sang istri bagaimana pun keadaannya.

"Dev, jangan menangis ya. Kalau saya pastinya adalah pria pemberani yang bisa menaklukkan wahana apapun," ledek Zakky.

"Menangis hanya untuk orang yang bersedih, saat ini saya tidak bersedih jadi kenapa harus menangis?"

Belum sempat Zakky menjawab ucapan Devi perlahan namun pasti roller coaster mulai berjalan. Jantung Devi mulai berdetak tak karuan, dia terakhir kali menaiki wahana ini adalah ketika SMA dan saat itu dia sampai muntah saat wahana ini selesai berjalan.

Kereta masih berjalan perlahan di atas rel khusus menuju ke atas, Zakky terlihat antusias berbanding terbalik dengan Devi yang masih diam mematung tanpa ekspresi. Kereta sudah berada di puncak tanpa aba-aba laju kereta berubah lima kali lebih cepat ketika turun ke bawah.

Zakky yang semula terlihat antusias dan tertawa bahagia kini berubah menjadi teriakan membahana tak kalah dengan teriakan pengunjung lainnya. Wajah pria ini mulai menunjukkan ekspresi mual. Sementara itu Devi pun berteriak histeris, namun bukan karena takut melainkan dia sangat menikmati wahana ini.

Kereta akhirnya sudah berhenti, Zakky patut bersyukur karena dia tidak terkena serangan jantung. Kenapa wahana ini jauh lebih menyeramkan dibanding beberapa tahun lalu ketika berkunjung kesini dengan teman-temannya?

Genggaman tangan Zakky pada istrinya masih belum terlepas, kali ini dia memang butuh pegangan karena kepalanya merasa pusing. Perutnya terasa dikocok dan kepalanya terasa diputar kesana kemari. Dia sudah tidak tahan lagi, Zakky berlari ke arah toilet untuk menumpahkan isi perutnya.

Zakky kembali dari toilet dengan rasa malu yang tinggi, di awal dia begitu menyombongkan dirinya pada Devi. Sekarang malah sebaliknya justru istrinyalah yang kuat, Devi masih segar bugar seperti tidak terjadi apa-apa. Tingkat ketampanannya akan berkurang 20% akibat peristiwa ini.

"Mas Zakky baik-baik saja?" tanya Devi khawatir.

"Oh, saya? Tentu saja baik-baik saja." Zakky tersenyum sambil menegakkan tubuhnya, padahal sebenarnya kepalanya masih merasakan pusing.

"Ayo kita naik wahana lain!" ajak Devi dengan semangat, tampaknya dia mulai menyukai tempat ini.

Niat awal Zakky membawa Devi kesini adalah untuk menunjukkan betapa beraninya dia sebagai suami. Ekspektasi Zakky adalah bisa menolong Devi yang ketakutan setelah naik wahana. Namun, dalam kenyataannya malah sebaliknya, kini malah dirinya yang takut. Sekarang Devi kembali mengajaknya untuk naik ke wahana lain, sungguh gawat. Bisa-bisa pesona yang dia miliki akan kembali turun drastis jika istrinya mengetahui bahwa dia sedang ketakutan.

"Sebaiknya kita makan dulu," usul Zakky.

"Sekarang baru pukul setengah sebelas siang, saya belum lapar. Ayo cepat sebelum kita keduluan orang lain, saya malas mengantre."

"Wah benar juga. Orang-orang sudah berlarian ke masing-masing wahana, sebaiknya kita pulang, antreannya semakin panjang saja. Lagipula cuacanya panas, kulitmu yang bersih bisa-bisa berubah menjadi gelap."

"Tidak masalah. Kita tinggal di negara tropis, wajar saja jika berkulit gelap."

"Tidak bisa. Warna kulitmu ini langka di negara kita, sebab kamu terlahir dari keturunan berkulit bersih. Saya ingin anak kita nanti berkulit bersih juga."

Devi menggeleng, dia tetap ingin naik wahana lain. Alasan suaminya ini sungguh tidak masuk akal.

'Ayo Dev, kita pulang saja. Jangan sampai saya membeberkan rasa takut ini padamu,' batin Zakky.

"Saya haus. Ayo beli jus," ajak Devi akhirnya.

"Yes! Ayo!" Zakky merangkul bahu istrinya.

"Kenapa Mas Zakky begitu senang? Padahal kita tidak jadi naik wahana yang lain, padahal saya sangat kecewa sekali."

"Eumm itu ... karena saya haus juga, jadi saya semangat untuk membeli minuman dingin."

"Baiklah, setelah membeli minuman mari kita naik wahana lain."

"Kita pergi ke tempat lain saja, disini banyak hantu."

"Memangnya saya anak kecil? Hmm pasti ada sesuatu yang Mas Zakky sembunyikan."

Benar sekali bahwa Devi bukanlah anak kecil yang bisa dibohongi seperti itu dan benar pula ada sesuatu yang Zakky sembunyikan. Namun, dia tidak akan mengungkapkannya, Zakky harus putar otak.

"Maksud saya, disini banyak penggemar saya. Saya menyebut mereka dengan hantu," ucap Zakky asal sambil mengukir senyuman canggung.

"Mana?"

Zakky memutar kepalanya, tentu saja tidak ada karyawan yang juga sebagai penggemarnya disini.

"Disana!" Zakky menunjuk tiga orang perempuan yang seperti berlari ke arah mereka, yang lebih tepatnya berlari ke arah wahana bianglala di belakang pasutri tersebut.

"Ah, menyebalkan sekali. Ayo kita pergi." Zakky langsung tersenyum licik, ternyata mudah sekali membujuk istrinya.

Akhirnya Zakky menemukan alasan kuat agar istrinya manut padanya, Devi yang keras kepala ini memang selalu punya alasan untuk menyanggah pendapat suaminya. Lain kali Zakky akan menggunakan cara yang sama jika sedang terdesak.

***

Publish pada: 7 Agustus 2020

.

.

.

Jangan lupa vote dan komennya ya 💛

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang