Bab 16 (Zakky Hilang?)

85 7 6
                                    

Sebagai tebusan rasa bersalahnya karena gagal menyenangkan hati Devi di area theme park, Zakky memutuskan mengajak Devi ke mall. Dia berniat membelikan sesuatu untuk istrinya.

"Mas Zakky itu ada mesin capit. Kita kesana sebentar yuk," ajak Devi

"Ayo."

Ada berbagai mesin capit yang tersedia disini, mulai dari yang berisi boneka, tas, action figure, bahkan handphone. Mata Devi tertuju pada mesin yang berisi boneka, dia tidak tertarik dengan mesin lainnya.

Devi tidak pernah mendapatkan boneka jika bermain mesin capit. Tapi kali ini dia tidak boleh mendapatkan nasib yang sama. Tak lupa dia berdoa dulu sebelum bermain. Jari wanita ini mulai memegang tombol dan tuas menggerakkan capit ke arah boneka incarannya. Percobaan pertama gagal, boneka terlepas sebelum capit naik ke atas.

Dia tidak menyerah, terus fokus sampai tidak memperhatikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Capit mesin berhasil meraih boneka namun ketika sampai ke atas, boneka tersebut jatuh. Begitulah seterusnya hingga berkali-kali main namun hasilnya tetap nihil. Bermain mesin capit selain menguras waktu juga menguras isi kantong.

"Mas Zakky."

"Ya?"

"Tolong ambilkan boneka di mesin ini. Kamu bukannya cerdas dalam berbagai hal?"

Kali ini Zakky tidak ingin menyombongkan diri, terakhir kali dia bersikap sombong adalah ketika di theme park tadi dan malah berakhir muntah dan pusing.

"Saya tidak bisa," jawab Zakky.

"Ayo dicoba saja. Kalau tidak dapat pun tak apa."

"Akan saya coba." Zakky pasrah.

Zakky memang bisa dibilang cerdas dalam banyak hal, mesin capit ini pun layaknya sebuah game yang sudah akrab dengan pria bersuara bariton ini. Tapi mesin capit tersebut tetap saja berbeda dengan apa yang dia kuasai karena Zakky pun belum pernah memegang mesin ini. Tapi apa salahnya untuk mencoba, dengan hati yang pasrah tanpa rasa sombong sedikit pun Zakky mulai memegang tombol dan tuas. Dia tidak berniat untuk mendapatkan boneka di percobaan pertama yang penting adalah dia menunjukkan pada Devi bahwa dia sudah berusaha.

"Yes. Horee! Terima kasih Mas Zakky."

"Hah apa?" tanya Zakky tidak percaya.

Zakky tidak sadar sama sekali bahwa barusan dia berhasil mendapatkan sebuah boneka orang utan dari mesin capit. Proses tersebut hanya berlangsung beberapa detik dan sampailah pada keberhasilannya yang menakjubkan.

Pria ini jadi mengerti satu hal, ketika dirinya percaya diri dan pasrah pada Tuhan maka akhir yang baik akan selalu hadir. Ketika dirinya bersikap sombong, akhir buruklah yang datang padanya.

"Kita akan pergi kemana lagi?" tanya Devi, mendapatkan satu boneka saja sudah membuatnya merasa puas.

"Saya akan membeli sesuatu. Kamu tidak boleh tahu."

"Jika saya tidak boleh tahu lalu kenapa malah mengajak saya kesini?"

"Siapa tahu kamu ingin membeli sesuatu, makanya saya ajak kesini."

"Saya tahu, Mas Zakky pasti akan membeli buku." Devi mengingat kembali salah satu hobi suaminya yaitu membaca.

"Bukan."

"Konsol game baru? Sekarang kan sedang hangat-hangatnya perilisan salah satu konsol game versi terbaru."

"Bukan juga."

"Action figure? Lego? Joystick?"

"Bukan."

"Saya menyerah, terserah Mas Zakky saja yang penting jangan membeli hal yang aneh-aneh."

"Tidak mungkin."

"Saya tunggu di mobil saja ya. Saya mulai lelah, ingin istirahat."

"Iya, hati-hati."

Setelah kepergian istrinya menuju mobil, Zakky langsung pergi ke tempat yang sudah dia hafal. Tak butuh waktu lama, dalam setengah jam dia sudah membeli sepasang sepatu putih dan alat lukis; cat akrilik dan berbagai bentuk kuas berukuran kecil. Entah apa yang akan dilakukan pria ini dengan barang yang dibelinya, yang jelas bakatnya sangat buruk dalam hal seni.

***

Zakky dan Devi tiba di rumah ketika hari sudah senja. Jalanan yang macet memang menyita waktu. Para asisten rumah tangga menyambut mereka dengan suka cita, sekian lama bersama memang membuat hubungan dengan sang majikan begitu dekat layaknya sebuah keluarga.

"Ini oleh-oleh untuk kalian," ucap Devi sambil menyodorkan bungkusan makanan.

"Wah, terima kasih Mbak Devi. Padahal kami tidak mengharapkan dibelikan apapun," sambut Mbok Niar.

"Jangan lupa berbagi dengan yang lainnya ya."

Devi langsung menuju ke kamar untuk membersihkan diri. Badannya terasa gerah dan lengket oleh keringat. Wanita ini sejenak mengalihkan pandangannya ke sekeliling kamar, namun tidak menemukan Zakky dimana pun. Padahal mereka baru sampai di rumah, namun suaminya itu sudah menghilang entah kemana.

Usai membersihkan diri dan memakai pakaian, Devi memutuskan untuk menonton drama Korea yang sedang viral saat ini. Kemunculan tokoh pelakor di drama tersebut membuat semua kalangan termasuk ibu-ibu pecinta sinetron ikut penasaran ingin menontonnya. Drama ini memang sangat menguras emosi, para aktor begitu apik memerankan tokoh dengan rasa seperti di dunia nyata, bila di perankan dengan hati maka akan sampai ke hati juga.

Sesekali Devi melemparkan pop corn ke arah televisi, dia merasa kesal pada tokoh antagonis. Tapi dia sadar bahwa hal ini hanyalah akting belaka, tidak mencerminkan kepribadian aktor di dunia nyata. Sebagai penonton yang bijak seharusnya bisa memisahkan antara kehidupan drama dan dunia nyata. Aktor antagonis memang sejatinya berperan menyebalkan tapi bukan berarti harus dihujat, melainkan aktor tersebut harus diapresiasi berkat aktingnya yang ciamik.

Tak terasa wanita ini sudah menonton drama sebanyak dua episode, sekarang sudah waktunya makan malam. Dia berjalan menuruni tangga menuju ke ruang makan di lantai satu. Matanya menyapu setiap sudut rumah, namun tetap saja suaminya itu belum kelihatan batang hidungnya. Zakky terkadang memang misterius.
.

.

.

Hidangan di meja makan sudah tertata dengan rapi, Devi hanya tinggal menunggu suaminya datang lalu memulai makan. Mbok Niar, Bi Anni, Pak Iman, Riska, maupun pekerja rumah lainnya sudah duduk di kursi meja makan. Ada dua kursi yang masih kosong, kursi Pak Eko dan kursi Zakky. Devi jadi khawatir juga, tidak biasanya Zakky seperti ini.

Suasana begitu hening, sampai suara langkah seseorang membuyarkan lamunan mereka. Devi yakin itu suara langkah kaki suaminya. Namun, ternyata malah Pak Eko yang datang. Devi hanya bisa menarik napas kecewa.

"Dimana Mas Zakky?" tanya Devi khawatir, sebab handphone suaminya tertinggal di kamar sehingga dia tidak bisa menghubunginya.

"Mas Zakky tadi berpesan sedang pergi ke suatu tempat, sebentar lagi akan pulang. Jadi Mbak Devi jangan khawatir."

'Bagaimana saya tidak khawatir, suami saya menghilang sejak tiga jam lalu dan tidak ada kabar,' batin Devi.

Namun, wanita ini tidak bisa berlarut-larut dalam masalah, dia tahu jika suaminya memberikan pesan pada Pak Eko, maka keadaan pria itu baik-baik saja.

"Baiklah, kita mulai makan saja," ucap Devi.

Serentak semua orang di meja makan mulai menyendok makanan yang tersedia. Makan tanpa salah satu majikan memang terasa hampa, tapi menjalani hari tanpa makan malam pun akan menghasilkan rasa hampa yang sama.

Kemanakah gerangan perginya seorang Zakky Ibrahim Wijaya?

***

Publish pada: 9 Agustus 2020

.

.

.

Jangan lupa vote dan komennya ya 💛

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang