Bab 29 (Bubur Kacang Hijau)

117 12 4
                                    

Suasana salah satu ruang rawat VIP rumah sakit tampak sepi. Disana terbaring seorang pasien yang ditemani oleh bodyguardnya. Wanita itu merasa kesepian, tidak ada orang yang menjenguknya. Terlebih lagi karena penyebabnya masuk ke rumah sakit ini memang disembunyikan. Orang tuanya tidak tahu menahu, yang mengetahui ini hanyalah Zakky dan Ami. Hal ini dilakukan agar orangtuanya tidak khawatir.

Pukul 20.00 ini seharusnya pasien tersebut sudah memejamkan matanya dan terlelap dalam tidur. Kali ini dia tidak bisa terlelap sebab menunggu kedatangan suaminya. Dia hanya bertemu Zakky di pagi hari saja itu pun dengan tatapannya yang datar.

"Mas Zakky kenapa belum pulang ya?" keluh Devi yang kini terbaring membelakangi sang bodyguard yang sedang duduk di sofa.

"Mungkin sudah pulang, tapi ke rumah."

"Kenapa tidak menjenguk dulu?"

"Saya tidak tahu, daripada terus uring-uringan begini lebig baik telepon saja."

"Handphone saya disita, bolehkah saya pinjam handphone Om?"

"Saya tidak punya pulsa. Sabar saja, mungkin sebentar lagi akan menjenguk."

Devi terus menunggu, namun suaminya itu tak kunjung datang juga sampai dia terlelap dalam tidurnya.

***

Suasana gedung Wijaya Group sudah tampak sepi, tentu saja para karyawan sudah pulang sejak sore tadi. Hanya beberapa karyawan saja yang masih setia duduk di meja kerjanya karena karena lembur.
Pria berkemeja abu-abu itu masih setia duduk di meja kerjanya. Pandangannya fokus pada komputer di hadapannya, sesekali matanya berpaling pada berkas yang tergeletak di samping monitor. CEO Wijaya Group ini memang harus lembur karena harus mengurus skandal yang baru-baru ini menimpa perusahaan serta istrinya.

Zakky menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya, kedua tangannya memegang kepalanya dengan gusar. Masalah yang akhir-akhir ini terjadi membuatnya stress. Belum lagi banyak pekerjaan menumpuk karena dia terlalu fokus mengatasi skandal tersebut agar tidak merembet ke mana-mana.

Pria ini bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah belakang kursi kerjanya. Dia memandang seluruh suasana perkotaan melalui kaca di ruangannya. Langit gelap di selubungi malam, namun permukaan bumi terlihat bercahaya karena lampu kota. Aktivitas kota memang masih berjalan apalagi sekarang masih pukul sembilan malam.

"Permisi," ucap seseorang dari arah luar ruangan.

Pria ini langsung membalikkan badannya kemudian duduk di singgasananya lalu mempersilakan seseorang yang tadi mengucap permisi.

"Silakan duduk."

"Terima kasih."

"Kenapa kamu belum pulang? Apakah ada masalah?" tanya Zakky pada perempuan bernama Emma itu.

"Tidak. Kedatanganku kesini hanya ingin bertanya mengenai keadaan Devi. Apakah dia baik-baik saja?"

"Kondisinya sudah membaik, jangan khawatir."

"Aku ingin menjenguknya namun apa daya bodyguardnya itu tidak mengizinkan. Lucu sekali, Devi memang terkadang seperti anak kecil yang menggemaskan sehingga perlu dijaga oleh orang dewasa." Emma tersenyum.

"Iya, namun sayangnya sekarang dia jadi menyebalkan. Bertindak bodoh ketika cemburu hingga saya harus lembur sampai waktu yang tidak ditentukan untuk mengatasinya."

"Lalu, bagaimana keadaanmu Ky?"

"Ah, aku baik-baik saja."

"Raut wajahmu tidak mengatakan demikian."

"Raut wajahku memang selalu seperti ini. Devi bilang, wajah saya seperti genteng sama-sama datar." Zakky bernostalgia saat dirinya masih belum menikah dengan istrinya, momen dimana keduanya selalu bertengkar.

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang