Bab 24 (Masalah Baru)

90 10 8
                                    

Zakky masih marah pada istrinya terlebih lagi selama hampir 24 jam ini Devi memilih diam tidak mengucapkan sepatah kata pun. Suasana mobil yang mereka tumpangi untuk berangkat ke kantor otomatis menjadi sepi.

Suara klakson mulai mendominasi jalanan yang sedang macet, fenomena seperti ini sering sekali terjadi di ibukota. Kini handphone Devi yang bergetar memberitahu ada notifikasi pesan pada pemiliknya. Karena handphone wanita ini masih disita suaminya maka dari itu Zakkylah yang membaca pesan yang berasal dari grup chat milik istrinya. Sudah seratus lebih chat yang terkumpul, para perempuan memang cepat tanggap dalam membicarakan sesuatu. Dengan santai Zakky mengkliknya dan pesan yang di bicarakan di grup tersebut tidak sesuai dengan ekspektasinya.

"Lihat, kini perbuatanmu sudah menyebar seisi kantor," bentak Zakky sambil menonaktifkan handphone istrinya yang berisik oleh notifikasi.

Devi memilih tidak peduli dan masih berdiam diri. Jika dia bicara maka akan dimarahi dan jika diam pun maka akan dimarahi juga. Apapun yang dia lakukan di situasi seperti ini hanya akan membuatnya serba salah.

"Saya tidak akan membelamu. Hadapi masalah ini sendirian. Jadilah manusia bertanggung jawab." Kini arus kendaraan sudah kembali lancar. Zakky kembali menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya lagi.

'Saya pun tidak meminta pembelaan dari siapa pun. Tuhan yang akan membela saya karena saya tidak bersalah,' batin Devi.

"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Zakky yang melihat istrinya melalui kaca spion.

Devi langsung mengalihkan wajahnya, dia memang sedari tadi memandang wajah suaminya yang sedang fokus ke arah jalanan karena tengah menyetir mobil.

"Saya tahu jika wajah ini tampan dan saya pun tahu bahwa kamu sedang merindukan saya," ungkap Zakky percaya diri.

Sementara itu Devi malah menaikkan sebelah bibirnya, di situasi seperti ini suaminya malah bertingkah narsis. Begitu percaya dirinya pria ini memamerkan pujian atas dirinya padahal keduanya masih bertengkar satu sama lain.

.

.

.

Benar saja apa yang diungkapkan Zakky di mobil tadi, sekarang hampir semua orang membicarakan perihal seseorang yang meracuni Emma, orang pertama yang dicurigai adalah Devi sendiri. Orang-orang yang dia lewati seperti tengah berbisik-bisik membicarakan dirinya. Karena memang Devi merasa tidak bersalah, dia berjalan santai saja tanpa perlu mendengarkan ocehan mereka.

"Jangan minta pembelaan dari saya," ucap Zakky ketika keduanya masuk kedalam lift.

Kali ini Devi sudah naik darah, suaminya ini bukannya meminta klarifikasi mengenai kejadian yang sebenarnya malah terus saja menyalahkan. Pintu lift sudah terbuka ketika mereka sampai di lantai sepuluh, keduanya melangkah keluar secara bersamaan. Zakky berjalan lurus untuk menuju ke ruangannya sementara itu Devi malah berbelok ke arah kanan.

"Dev mau ke mana?" tanya Zakky sambil terus menatap punggung istrinya yang terus menjauh.

Apa yang akan dilakukan oleh Devi? Tentu saja dia akan mencari bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Dia menuju ke pantry dan mencari salah satu OB yang membantu dirinya kemarin, OB itu adalah saksi kunci atas permasalahan ini.

Saat sampai disana, hanya ada satu orang OB di pantry. Dia adalah laki-laki, OB ini terlihat sedang mengelap cangkir-cangkir dan sendok yang barusan telah dicucinya.

"Selamat pagi Mbak Devi," sapa OB tersebut ramah namun terdapat pandangan segan darinya. Tampaknya dia agak takut juga pada istri bosnya yang tak disangka berani meracuni orang lain.

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang