Hari Senin kembali tiba, dimana semua orang kembali memulai rutinitas hariannya. Oleh karena itu banyak pula orang yang membenci hari tersebut sebab tidak rela melepaskan kenyamanan hari libur yang terasa cepat berlalu.
"Dev, siapkan ruang rapat!"
"Apa Pak?" tanya Devi, bila di kantor dia memang memanggil suaminya dengan sebutan Pak Zakky.
"Siapkan ruang rapat."
"Bukannya hari ini tidak ada jadwal rapat ya?" Devi heran, apakah suaminya itu lupa? Faktor usia bisa jadi penyebabnya.
"Ayolah siapkan saja, jangan banyak tanya dulu," ujar Zakky galak seperti biasanya.
Wanita ini bisa bersyukur akan satu hal yaitu walaupun suaminya sudah kepala tiga alias tua tapi ingatannya masih kuat.
Devi segera pergi menuju lantai lima, dia harus memesan ruang rapat sebelum dipesan oleh direksi maupun divisi lain. Bisa-bisa suaminya kembali marah jika dia tidak berhasil mendapatkan ruang rapat. Beruntungnya Devi berhasil memesan ruang rapat yang tinggal satu-satunya itu. Semuanya sudah habis dipesan oleh kepala divisi di kantor ini.
Zakky memang sengaja mengadakan rapat secara mendadak, hal ini dilakukan karena dia ingin memberikan kejutan bagi semua karyawannya. Ada suatu hal penting yang akan dia sampaikan hari ini juga.
Ruangan rapat terbesar di WijayaTech yang lebih pantas disebut aula itu sudah dipenuhi karyawan pilihan sebanyak 100 orang, namun ternyata baru 99 kursi yang terisi. Ruangan ini tampak seperti aula konser yang terdiri dari 100 kursi yang berderet, semakin ke belakang bentuknya semakin tinggi sehingga semua peserta rapat bisa menyaksikan penyaji rapat dengan jelas. Sedangkan di depan ruangan terdapat seperti panggung berbentuk lingkaran yang di belakangnya berdiri sebuah layar LCD berukuran besar bagaikan bioskop untuk menayangkan materi rapat.
Tanpa menunggu lama, Zakky masuk kedalam ruangan diikuti oleh asisten pribadinya yang tak lain adalah istrinya sendiri.
"Kamu duduk di sana Dev!" perintah Zakky sambil menunjuk kursi yang masih kosong.
Jujur saja Devi pun tidak tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu. Sebanyak 99 karyawan yang hadir pun hanya bungkam sambil menunjukkan wajah bingung, banyak pula karyawan yang saling berbisik kira-kira apa yang akan terjadi di ruang rapat ini yang tentu saja hanya dijawab oleh pertanyaan pula sebab tidak ada yang tahu jawabannya. CEO WijayaTech ini memang sejak dahulu dikenal sebagai orang yang sulit ditebak. Apalagi karyawan yang hadir terdiri dari divisi dan jabatan yang berbeda sehingga semakin membuat para audiens dilanda kebingungan.
"Baiklah semuanya sudah berkumpul, akan saya mulai rapat hari ini," ucap Zakky yang berdiri di depan para audien. "Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi semuanya."
"Wa'alaikummussalam Wr. Wb. Selamat pagi Pak Zakky," jawab audiens serempak.
"Sehubungan dengan pemindahan saya ke perusahaan induk, maka dari itu saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas kerja sama kalian selama lebih dari satu tahun ini."
Devi menundukkan kepalanya, akhirnya satu lagi cita-cita suaminya tak lama lagi akan segera terwujud. Namun di balik itu semua, Devi harus rela berpisah dengan WijayaTech yang sudah bersamanya selama kurang lebih tiga tahun.
"Dan tujuan saya memanggil kalian ke ruangan rapat ini adalah bahwa saya akan menginformasikan sesuatu yang sangat penting. Informasi tersebut adalah ... kalian semua yang hadir di ruangan ini akan saya pindahkan ke perusahaan induk."
Semula suasana terasa sepi karena para audiens malah bungkam dan kebingungan. Jika informasi ini benar, kenapa diumumkan secara mendadak? Meskipun sudah tersiar rumor ini sejak lama tapi tetap saja membuat mereka merasa tidak percaya.
"Kenapa kalian malah terdiam? Apakah kalian menganggap saya bercanda? Tentu saja informasi ini benar adanya. Saya tekankan sekali lagi bahwa semua hadirin yang hadir di ruangan ini saya pindahkan atau mutasi ke perusahaan Wijaya Group."
Hampir semua hadirin bersorak senang, tidak menyangka akan terpilih menjadi karyawan yang di mutasi ke salah satu perusahaan terbesar di negara ini. Yang otomatis akan menaikkan kredibilitas mereka hadapan publik.
Bekerja di Wijaya Group merupakan impian bagi hampir semua orang, selain gajinya yang jauh lebih besar dari WijayaTech mereka pun mendapatkan kebanggaan juga, meskipun harus berpisah dengan keluarga karena harus bekerja di kota yang berbeda.
Mbak Widia, Ami, Aisha, dan Hani langsung memeluk Devi secara bergantian, tempat duduk mereka yang saling berdekatan membuat Devi terpaksa menerima pelukkan mereka yang sangat mendadak itu.
"Saya pun ingin memelukmu juga Devi, Widia, dan kalian semuanya," ucap Mas Candra dengan senyum bahagianya.
Para wanita itu langsung menggeleng keras, selain karena jenis kelamin mereka yang berbeda, tubuh Mas Candra yang jumbo itu juga yang menjadi alasan kenapa mereka tidak ingin memeluknya.
"Dasar cari-cari kesempatan saja kamu Ndra, ingat istri dan anak-anakmu di rumah," ketus Mbak Widia.
"Ah iya, saya lupa." Mas Candra hanya nyengir kuda.
Mas Candra pun langsung kembali ke tempat duduknya ketika permintaannya jelas-jelas ditolak oleh istri bosnya dan juga ditolak oleh semua orang yang diminta pelukan olehnya.
"Kami kira mutasi ini tidak berlaku bagi kami berdua karena telah menyogokmu dengan coklat waktu itu Dev," ucap Aisha di setujui oleh Hani.
"Yang menentukan siapa saja yang berhak pindah adalah Pak Zakky, saya hanya memberi usulan saja."
Akhirnya Devi bisa sedikit lega dengan pindahnya mereka ke perusahaan Wijaya Group. Sebab sahabat-sahabatnya juga terpilih untuk pindah kesana, Devi tidak perlu bersusah payah menjalin hubungan pertemanan baru di tempat kerjanya nanti.
***
Devi menyandarkan tubuhnya di jok mobil, walaupun hatinya senang karena pengumuman tadi siang. Namun ada suatu hal yang membuatnya merasa berat untuk meninggalkan kota kelahirannya ini. Zakky yang sibuk menyetir merasa heran juga dengan istrinya yang cerewet itu hanya berdiam diri saja. Hidup tanpa kicauan sang istri membuatnya kesepian.
"Dev!" panggil Zakky.
"Hm?"
"Kamu tidak senang atas kepindahan kita ke perusahaan utama?"
"Bukan seperti itu, justru saya merasa senang. Hanya saja saya merasa sedih karena harus meninggalkan Ibu dan Ayah."
Rumah Zakky dan orang tua Devi memang berdekatan, hanya berjarak puluhan meter saja, sehingga mereka sering bertemu dengan kedua orang tua Devi. Oleh karena itu wajar saja bila istrinya merasa sedih sebab untuk pertama kalinya dia akan tinggal berjauhan dengan kedua orang tuanya.
"Tapi hal positifnya adalah kita akan tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan Mama dan Papa."
Kedua orang tua Zakky sudah Devi anggap sebagai orang tua kandungnya sendiri, wanita ini tidak keberatan jika harus tinggal berdekatan dengan mertuanya sebab mereka adalah orang yang baik dan tentunya mereka pun sudah menganggap Devi sebagai anaknya sendiri. Bahkan seringkali malah Devi yang lebih disayang daripada anak kandung mereka. Hal ini patut untuk disyukuri olehnya, hidup dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya merupakan anugerah yang amat langka. Tidak semua insan mendapatkan nasib baik yang sama dengannya.
***
Publish pada: 19 Juli 2020
.
.
.
Jangan lupa vote dan komennya ya 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Zone: Wake Up (2)
Romance(COMPLETED) [Romance Comedy] Dream Zone: Sleeping Pills season 2 Kisah lika-liku kehidupan sebuah pasangan suami istri yang baru menikah. Zakky yang dulu menderita insomnia bisa sembuh berkat wanita yang kini menjadi istrinya. Masalah yang teratasi...