Bab 32 (Perlawanan)

101 12 13
                                    

"Sekarang baru saya ingin bertanya. Apa tanggapan Anda mengenai hal tersebut saudari Devi?"

Semua mata audiens mulai tertuju pada wanita berusia 24 tahun ini. Sementara itu Devi merasa terpojok dan mulutnya terasa kelu. Dia tidak sanggup berkata apapun ditengah pandangan benci yang disorotkan orang-orang padanya. Dia sudah kehilangan kesan baik, hampir semua karyawan memandangnya sebagai istri CEO Wijaya Group yang jahat, tega mempertaruhkan karyawan demi masalah pribadi.

Apa yang harus Devi lakukan di tengah situasi yang memojokkan ini?

Devi menguatkan hati, masalah akan terus menghantui jika kita tidak melawannya. Secara samar dia menarik napasnya, genggaman tangannya pada kursi semakin erat. Biar bagaimana pun juga dia harus menyuarakan kebenaran. Semua orang akan percaya ataupun tidak itu urusan pribadi masing-masing yang penting dia telah berbicara.

Wanita ini mulai menyalakan gooseneck mic di depannya. Pandangan datar audiens bagai serigala lapar yang sedang menghadapi mangsa, itu membuat dirinya semakin gugup dan takut. Tomi memegang pundak bosnya untuk menguatkan.

"Pendapat saya mengenai kasus ini adalah... kebenaran pasti akan terungkap. Entah itu di awal maupun di akhir. Dan satu hal lagi, saya tidak pernah mencoba untuk mengakhiri hidup, saya masih ingin memanfaatkan nyawa yang telah Tuhan berikan untuk mengungkap kebenaran. Ada suatu hal yang anda tidak ketahui, tapi tak lantas membuat anda seakan-akan tahu apa saja yang menimpa hidup saya. Terima kasih."

"Dan kebenaran itu telah terungkap bukan? Bahwa anda yang bersalah dalam kasus penyebaran data karyawan," nyinyir salah satu audiens berkepala pelontos.

"Saya tidak akan berbicara apapun tentang hal itu sebab saya belum memiliki bukti yang konkret."

"Tinggal mengakui kesalahan saja maka masalah akan selesai. Anda sepertinya terus mengulur waktu tanpa sebab yang jelas untuk menghindari hukuman yang berlaku."

Ternyata bukan hanya suaminya saja yang ngotot menyalahkan, banyak rekan kerja yang rupanya sepemikiran dengan Zakky. Ini membuat Devi pusing sendiri dalam menghadapinya, ya dia hanya sendirian.

"Baiklah, sebaiknya kita lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya," ucap moderator berusaha menengahi.

Ada satu tangan yang terangkat ke atas, yaitu tangan Devi. Dia memiliki pertanyaan yang mengganjal dan harus segera disampaikan.

"Ya, silakan kepada saudari Devi untuk menyampaikan pertanyaannya."

Terlihat beberapa audiens memandang remeh padanya, seolah-olah mereka mengira bahwa Devi akan melakukan pembelaan padahal semuanya sudah jelas.

"Saya akan bertanya pada Pimpinan Direksi Wijaya Group, CEO Wijaya Group, serta seluruh wakil petinggi Wijaya Group yang hadir di rapat ini. Pertanyaan saya adalah kenapa tidak ada penyelidikan oleh pihak kepolisian terhadap kasus penyebaran data karyawan? Padahal jika kita melakukan tindakan tersebut maka bisa jadi akan terungkap pelaku yang sebenarnya. Terima kasih atas perhatiannya."

"Dipersilakan pada Bapak Zakky untuk menjawab terlebih dahulu."

"Baiklah, akan saya jawab. Pihak perusahaan tidak melakukan penyelidikan karena pelakunya telah diketahui dengan jelas. Justru kami tidak melakukan hal ini dikarenakan kami merasa kasihan pada anda. Jika dilakukan penyelidikan maka andalah satu-satunya orang yang akan dijebloskan kedalam penjara."

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang