Bab 48 (Saksi Kunci)

132 14 14
                                    

Detik berubah menjadi menit, kemudian seiring berjalannya waktu berubah kembali menjadi jam, hari kemudian minggu, dan kini sudah hampir satu tahun waktu berlalu semenjak Devi pergi. Rasa dalam dada Zakky tidak berubah, perasaannya masih sama. Hanya saja kini dirinya sudah ikhlas atas kenyataan ini. Mungkin ini adalah salah satu mimpi paling buruk yang pernah Zakky alami hingga bersambung pada kehidupan nyata.

Pria ini lebih banyak menyibukkan dirinya di kantor, selalu lembur setiap hari. Apakah ini sebagai pelampiasan? Entahlah sepertinya memang begitu.

"Permisi Pak ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap sekretaris Zakky yang berdiri di depan pintu.

"Silakan masuk."

Seorang perempuan muda berjalan masuk ke ruangan mantan bosnya ini kemudian disusul seorang pria yang sudah dikenal baik oleh Zakky sebelumnya. Mereka langsung duduk di kursi depan meja Zakky.

"Apa kabar Ky?" sapa tamu pria sambil tersenyum, seperti tidak terjadi sesuatu sebelumnya.

"Saya baik-baik saja. Kau sendiri Tom apa kabarmu?"

"Sebenarnya saya dalam keadaan tidak baik-baik saja, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa Devi telah tiada?"

"Kau pasti tahu apa alasannya, karena saya tidak ingin mengungkit hal menyakitkan itu. Dan kau kini malah mengungkitnya."

"Ah, maafkan saya."

"Lalu siapa dia? Pacar barumu?" tanya Zakky memandang perempuan yang kini duduk di sebelah Tomi.

Merasa ada sesuatu yang salah, perempuan itu langsung memperbaiki posisi duduknya dan bersiap untuk menjelaskan identitasnya.

"Saya Itun, mantan karyawan di perusahaan ini. Lebih tepatnya mantan OB. Saya dan Mas Tomi baru saling mengenal tadi pagi ketika kita ingin ke ruangan ini."

"Oh, baiklah. Lalu apa tujuan kalian datang kesini? Cepatlah saya tidak memiliki banyak waktu."

Tomi menelan salivanya, Itun meremas jari tangannya karena gugup, Zakky pun harus mempersiapkan hati karena yang akan dibahas adalah mengenai Devi.

"Eumm maaf bila saya lancang atau justru malah membangkitkan rasa sedih yang Pak Zakky rasakan. Namun, masalah ini penting sekali untuk dibahas, saya sangat merasa bersalah apalagi jika diingat bahwa Mbak Devi sudah meninggal dan kebenaran ini belum terungkap."

Zakky melirik arlojinya sekitar lima belas menit lagi dia harus bersiap untuk menjadi pemimpin rapat untuk pembukaan yayasan baru. Namun, topik pembicaraan ini nampaknya sangat penting sekali, bagi Zakky urusan mengenai Devi lebih penting daripada urusan pekerjaan. Dia memerintahkan sekretarisnya untuk memberitahukan pada karyawan bahwa rapat akan diundur.

"Silakan jelaskan tanpa ada yang ditutup-tutupi," ucap Zakky akhirnya.

"Ini tentang peristiwa ketika Bu Emma keracunan. Saat itu Pak Zakky pasti menyangka bahwa Mbak Devi pelakunya, tapi itu salah besar Pak. Kejadian itu berawal ketika Mbak Devi datang ke pantry dan disana sedang tidak ada cangkir karena saat itu digunakan oleh karyawan yang lain. Sebenarnya ada dua cangkir yang tersisa tapi itu pesanan karyawan lain dan sudah saya masukkan bubuk kopi kedalamnya.

Karena karyawan tersebut tidak kunjung datang maka saya tawarkan cangkir itu pada Mbak Devi. Saya berani bersumpah bahwa saat itu dalam cangkir tersebut hanyalah terdapat bubuk kopi yang diseduh air panas serta Mbak Devi hanya membawa satu toples gula yang belum dicampurkan. Saya tidak melihat sesuatu yang mencurigakan pada Mbak Devi."

"Lalu apakah kamu tahu apa penyebab Emma keracunan?" tanya Zakky penasaran.

"Saat semua orang heboh karena kejadian tersebut, lalu saya di perintahkan oleh sekretaris Bapak untuk membersihkan meja ruangan Bapak. Disitu saya merasa heran kenapa Bu Emma bisa keracunan lalu saya mengambil sampel minuman kopi yang Bapak maupun Bu Emma minum serta gula dalam toples dan kemasan gula diet. Karena saya begitu penasaran, maka saya langsung bertanya hal ini pada teman saya yang bekerja sebagai staf laboratorium. Dan setelah di teliti ternyata racun tersebut berasal dari kemasan gula diet yang dipakai oleh Bu Emma."

Dream Zone: Wake Up (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang