"Jangan menyerah karena ada orang yang meremehkanmu. Mereka semua tidak tahu seberapa berat seseorang untuk meraih posisinya saat ini," ucap Zakky sambil mendekap bahu istrinya ketika keluar ruang rapat.
"Entahlah, yang jelas kepala dan hati saya rasanya sedang terbakar. SAYA KESAL," jawab Devi. Wajahnya sampai merah padam saking kesalnya.
"Akan saya belikan es krim. Siapa tahu bisa mendinginkan hati dan kepala kamu."
"Ayo, cepat. Berikan saya sepuluh es krim sekaligus agar saya bisa menyumpal mulut orang-orang yang meremehkan saya tadi."
Langkah keduanya terhenti saat seseorang memanggil CEO Wijaya Group itu.
"Permisi Pak Zakky, apakah Bapak memiliki waktu kosong?" tanya seseorang yang ternyata adalah Emma.
Hari ini Zakky memang tidak terlalu sibuk, pekerjaannya sudah di selesaikan semuanya.
"Ya," jawab Zakky.
Sontak saja Devi menyikut perut suaminya sebab sebelumnya pria itu mengatakan ingin mentraktirnya es krim namun malah mengatakan memiliki jam kosong pada orang lain.
"Ayo, kita ke bawah," ucap Devi mengingatkan Zakky bahwa mereka harus turun ke lantai bawah untuk membeli es krim.
"Sepertinya Emma sedang membutuhkan bantuan," bisik Zakky di telinga istrinya.
"Sepertinya tidak. Mas Zakky jangan mengada-ada," balas Devi setelah melirik sebentar ke arah wajah Emma.
"Kita bisa membeli es krim nanti sore sepulang kerja. Sepertinya ada suatu hal penting yang akan di sampaikan oleh Emma."
"Tidak penting kok. Hanya saja saya ingin meminta saran saja pada Pak Zakky," jawab Emma.
"Mbak Emma bilang bukan urusan penting, cepatlah kita ke lantai bawah. Saya ingin menghirup udara segar, rasanya sesak sekali disini," ujar Devi.
"Memangnya kamu ingin meminta saran apa?" tanya Zakky.
"Saran tentang pekerjaan. Hal ini pun sebetulnya berhubungan dengan Devi juga."
"Dev, sebaiknya rencana kita tadi dilaksanakan ketika pulang kerja saja. Membahas pekerjaan rasanya lebih penting untuk saat ini."
"Oh baiklah," jawab Devi sambil mencebikkan bibirnya. 'Lihat saja nanti bahwa mulut Mas Zakky akan saya sumpal juga dengan es krim,' lanjut Devi dalam hati.
Zakky berjalan terlebih dahulu disusul oleh Devi kemudian Emma. Mereka harus menaiki tangga untuk ke lantai atas. Ruangan Zakky terletak di lantai sepuluh sedangkan ruang rapat yang mereka hadiri tadi berada di lantai lima.
"Maaf Dev, saya jadi menggagalkan rencana kalian," ucap Emma.
"Oh tidak masalah kok," jawab Devi sambil tersenyum tapi dia pun merasa kesal juga.
Tak butuh waktu lama kini mereka telah sampai di ruangan Zakky. Ruangan luas yang desainnya hampir mirip dengan ruangan Zakky sebelumnya ketika bekerja di WijayaTech. Dia memang sengaja mengubahnya agar sama. Kaca gedung di biarkan begitu saja sehingga tampak pemandangan kota di luar sana. Rak buku diletakkan di sebelah kanan dan sofa di letakkan di depan rak buku. Tak lupa di sebelah kiri ruangan di letakkan rak kecil untuk menyimpan action figure dan game portable.
"Silakan duduk," ucap Zakky.
"Terima kasih," sambut Emma sambil duduk.
Devi yang masih kesal memilih untuk melihat pemandangan melalui kaca di belakang meja kerja milik suaminya. Dia jadi ingat sebuah kalimat, semakin tinggi pohon maka akan semakin besar angin yang berhembus. Ya, hidup memang bisa dianalogikan dengan pohon. Tapi Devi pun ingin menjadi seperti gedung, bangunan yang tinggi namun tetap kokoh berdiri walaupun semakin besar angin yang berhembus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Zone: Wake Up (2)
Romance(COMPLETED) [Romance Comedy] Dream Zone: Sleeping Pills season 2 Kisah lika-liku kehidupan sebuah pasangan suami istri yang baru menikah. Zakky yang dulu menderita insomnia bisa sembuh berkat wanita yang kini menjadi istrinya. Masalah yang teratasi...