"Dev, ini saya bawakan makan siang untuk kamu," ucap Zakky yang sengaja datang ke ruangan Devi.
"Saya kan sudah bilang bahwa saya tidak nafsu makan," jawab Devi agak kesal, suaminya itu memang pemaksa.
Entah kenapa hari ini Devi kehilangan nafsu makannya, bahkan bila biasanya dia semangat dalam bekerja maka kali ini semangatnya pun ikut raib.
"Apakah kamu sakit?" Zakky menyentuh kening istrinya.
"Saya baik-baik saja kok, Mas Zakky jangan khawatir."
"Ya, sepertinya kamu memang sehat-sehat saja, lagipula suhu tubuhmu tampaknya normal."
"Sebaiknya Mas Zakky kembali bekerja. Saya baik-baik saja. Sekarang saya harus pergi ke staf administrasi dulu."
Meskipun Devi mengatakan baik-baik saja sebetulnya dia merasakan lemas juga, mungkin karena disebabkan belum makan siang. Namun apa daya, nafsu makannya memang tidak ada.
Devi terus melangkah menuju meja salah satu staf administrasi sekaligus sahabatnya yang bernama Ami. Wanita berkulit bersih ini membutuhkan CV para karyawan sebagai bahan pertimbangan kira-kira karyawan mana saja yang akan di mutasi ke Wijaya Group.
Sesampainya di meja staf administrasi, Devi sudah bisa menebak apa yang sedang Ami lakukan. Tentu saja perempuan itu sedang fokus bekerja, sekarang dia sedang sibuk mengetik sesuatu di komputernya. Apalagi sejak minggu lalu memang sedang dibuka perekrutan karyawan baru, sehingga berimbas pada tugas Ami yang harus mengurus administrasi calon karyawan yang jumlahnya tidak sedikit.
"Halo Ami," sapa Devi.
Yang di sapa spontan langsung menoleh ke arah Devi, wajah Ami terlihat kusut. Wanita ini tidak menjawab, dia hanya memalingkan wajahnya kembali ke arah monitor.
"Kenapa sih Mi? Sekarang baru selesai jam makan siang lho, masak sudah murung lagi?"
"Aku itu sedang pusing Dev. Mengurus administrasi calon karyawan yang jumlahnya 1000 orang membuatku seperti terjebak pusaran air. Ah, meskipun sudah di bagi dengan staf administrasi yang lain tapi tetap saja ini membuatku pusing."
"Sabar saja Mi, namanya juga pekerjaan. Tidak selamanya enak dan tidak selamanya buruk."
"Lagipula kenapa sih suamimu itu langsung membuka perekrutan karyawan secara terbuka. Biasanya kantor ini melakukan perekrutan secara tertutup sehingga hanya jumlah pelamar pun tidak membludak seperti sekarang."
Devi mengangguk samar, dia sangat paham alasan dibalik itu semua. Sebab nantinya akan ada banyak karyawan yang di mutasi ke Wijaya Grup sehingga WijayaTech membutuhkan pengganti karyawan yang juga tidak sedikit jumlahnya. Dari 1000 pelamar tersebut akan di seleksi lagi sehingga hanya menyisakan 100 orang saja.
Namun Devi tidak akan menceritakan hal itu pada siapa pun termasuk sahabatnya sendiri. Dia sudah berjanji pada suaminya untuk merahasiakan semua ini, untuk mencegah adanya karyawan yang tiba-tiba baik dan bermuka dua dengan tujuan bisa di pindahkan ke perusahaan induk.
"Mi mana CV karyawan yang ku minta?" tanya Devi memecah keheningan.
"CV apa?" Ami masih enggan mengalihkan pandangannya dari monitor komputer.
"Hei, apakah kamu lupa? Tadi pagi aku memintamu untuk memberikan CV karyawan yang menurutmu kinerjanya bagus."
Devi memang mempertimbangkan rekomendasi karyawan dari sudut pandang orang yang berbeda sehingga dia mendapatkan lebih banyak opsi dari beberapa orang kepercayaannya.
"Ah, sepertinya aku lupa. Maaf ya." Ami langsung menoleh sambil nyengir kuda kemudian kembali fokus mengarahkan kursor ke file yang akan dibuka olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Zone: Wake Up (2)
Roman d'amour(COMPLETED) [Romance Comedy] Dream Zone: Sleeping Pills season 2 Kisah lika-liku kehidupan sebuah pasangan suami istri yang baru menikah. Zakky yang dulu menderita insomnia bisa sembuh berkat wanita yang kini menjadi istrinya. Masalah yang teratasi...