Chapter 8- Pak Rendra

441 26 6
                                    

Pagi ini gue senyum senyum sendiri. Gimana gak senyum-senyum kalo seorang cowok yang lo suka kasih nomor hp nya tanpa lo berusaha untuk minta nomornya. Beruntung kan gue, beruntung banget.

Walaupun bel masuk udah bunyi dari lima menit yang lalu, tapi Bu Mita belum juga menampakkan batang hidungnya. Biasanya Bu Mita bakal langsung ke kelas setalah bel berbunyi dari tiga puluh detik yang lalu. Dia gak bakal kasih nafas ke anak muridnya!

Tapi ini beda, Bu Mita gak sama sekali muncul. Sebuah harapan baik untuk gue sama anak kelas. Jam kosong atau freeclass. Kalau bener, moodnya bener-bener akan sangat baik hari ini.

Tapi tiba-tiba pada saat gue masih senyum-senyum mikirin kak Dev. Gue gak tau siapa tapi gue bisa berkata kalo cogan di depan itu punya badan perfect bener.

"Anjir!"

Itu semua seruan anak kelas pas cogan berkemeja putih itu masuk ke kelas.

"Halo semua!" Sapanya. Gue cuma diem mandangin dia dari tempat gue.

Dia tersenyum, senyumnya manis banget.

"Nama saya Rendra Revandra kalian bisa panggil saya pak Rendra karena saya disini akan menjadi guru matematika kalian yang akan menggantikan Bu Mita," jelas pak Rendra dengan senyum yang kelewat manis.

Oke, gue punya guru cogan! Setelahnya gue pasti bakal suka sama MTK.

"Umur saya 25 tahun jadi saya gak terlalu tua sama kalian lah."

"Saya disini menggantikan Bu Mita yang sudah mulai pensiun, jadi saya akan menjabat disini sekaligus wali kelas kalian, karena Bu Mita juga wali kelas kalian kan?" Tanya pak Rendra yang dijawab riuhan suara anak cewek.

Pak Rendra terkekeh, "udah-udah jangan berisik," kata pak Rendra. "Ada yang mau ditanyakan lagi? Kalian gak perlu malu atau segan sama saya, saya orangnya santai kok," lanjut pak Rendra masih dengan senyumannya.

"Oke, kalian pasti butuh nomor hp saya, alamat saya, saya bakal kasih," ujar pak Rendra yang membuat kelas makin riuh.

"Udah dong jangan berisik, gak saya kasih nih nomor hp nya," protes pak Rendra.

Gue cuma nyimak, Naya juga begitu cuma merhatiin doang tanpa niat mau berucap. Gue sih gak heran sama Naya.

Pak Rendra menuliskan alamat dan nomor hp nya di papan tulis lalu setelahnya pak Rendra berkata, "jangan hubungi saya saat saya sibuk ya."

Gue mendengus, entah suara dari mana tiba tiba mulut gue berbicara,

"Gimana kita tau kalau bapak lagi sibuk."

Pak Rendra menatap gue, anjir tatapannya tajam takut gue tapi setelah itu dia tersenyum lebar. Murah senyum bener ni guru.

"Nama kamu siapa?" Tanya pak Rendra.

Gila ditanya nama, nyesel gue ngomong begituan, mending diem aja tadi. Tapi ibarat nasi sudah jadi bubur jadi ya terlanjur.

"Aleta!" Itu suara Zeno. Gue bahkan gak ada niatan buat jawab pertanyaan pak Rendra tapi si Zeno main teriakin nama gue aja.

"Anjir Zeno!" Desis gue sambil natap tajam dia yang berada di barisan bangku paling pojok. Zeno yang ditatap cuman nyengir doang.

"Oke Aleta! Nama yang cantik sama cantiknya kayak orangnya," ujar pak Rendra.

"Dan yang sebelahnya Aleta siapa?" Tanya pak Rendra lagi.

"Naya!" Seru Zeno kembali.

"Wah Zeno best," ucap pak Rendra.

Zeno memberikan dua jempolnya lalu mengedipkan matanya.

Tunggu, ini guru baru tapi udah kenal sama Zeno dan yang parah udah akrab. Lah mereka temenan atau gimana?

"Kalian pasti bingung ya, mau tau gak saya sama Zeno punya hubungan apa?" Ucap pak Rendra yang membuat kita semua penasaran.

"Haha nungguin ya?" Ucap pak Rendra tanpa dosa.

Bangke! Lama bener jadi gak sabar kan.

"Saya satu tongkrongan sama Zeno haha"

"Sama Zino juga sih, tapi saya kurang akrab dia dingin saya gak tahan." Lanjutnya kembali.

Semua diem, Zino mendengus mendengar ucapan guru barunya itu sedangkan Zeno tertawa, "kita bestie pak!" Seru Zeno lagi.

Pak Rendra mengacungkan jempolnya ke Zeno. Kek nya orang sengklek makin banyak di permukaan bumi ini.

"Oke oke, buat kalian yang mau hubungin saya batas waktu dari jam tujuh malam sampai jam sembilan malam. Saya gak nerima apapun kalau sudah diatas jam sembilan."

"Dan untuk para anak cowok pintu apartemen saya terbuka lebar jika mau main game atau nongkrong bersama saya, apalagi kalau malam Minggu! Kita party!" Ujarnya semangat sendiri.

Semua bersorak seneng mendapatkan guru sekaligus wali kelas baru yang jiwa mudanya bener bener anak muda.

"Cukup perkenalannya, kita bakal mulai belajar ya. Dan kalau saya ngajar jangan perhatiin yang ngajar perhatiin pelajarannya! Saya gak suka murid saya bodoh," ucap pak Rendra.

"Siap pak!" Seru anak kelas kompak.

Sampai bel istirahat berbunyi, tiga jam di isi sama matematika bikin kepala mau meledak. Kata-kata gue mau gue tarik yang katanya gue bakal suka sama MTK sekarang dan selamanya gue benci MTK.

Gue ambil jurusan IPS bukan karena alasan dan salah satunya menghindar dari hitung menghitung. Tapi nyatanya gue tetep aja ketemu sama yang namanya matematika. Lupain!

***
Gue berinisiatif buat ke kelasnya Leta, dan pada saat gue sampai di kelas X IPS II gue liat-tunggu gue gak salah liat kan?

"Hai Dev! Wah kita ketemu disini!" Ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu gue. Dia Rendra atau kalau lebih sopan panggilnya kak Rendra. Tapi gue gak pernah manggil dia 'kak' kesopanan itu mah.

"Ngapain lo disini?" Tanya gue datar.

Rendra nyengir, "lupa ya Minggu kemarin gue ngomong apa?" Tanya Rendra dengan nada yang sama sekali tidak ada serius-serius nya.

Jadi Minggu kemarin tepatnya malam minggu kemarin, Rendra bilang dia mau jadi guru. Gue gak ngerti dia tiba-tiba mau jadi guru padahal awalnya dia milih mau ngabdi pada negara dengan jadi tentara.

Tapi gue gak anggap itu serius, makanya gue sedikit kaget ada Rendra disini. Dan kelas ini juga kelas si Zino sama Zeno jelas mereka kenal Rendra.

"Oh," gue ngangguk pertanda gue masih inget apa yang dia ucapkan tempo lalu. Akhirnya gue milih masuk kelas Leta daripada ngurusin Rendra.

Gue masuk kelasnya dan ketemu! Leta lagi siap-siap mau ke kantin bareng temennya. Dan gue menghampiri mereka.

______________

Lanjut?

Jangan lupa vote dan komen❤️

WILL BE TOGETHER? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang