Chapter 29-Es krim

232 12 0
                                    


HAI HAIII!!!!

HAPPY READING!!!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!

ADA YANG KANGEN DEV DAN LETA?

[Kamu akan menjadi kuat ketika orang disekeliling mu ada~]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kamu akan menjadi kuat ketika orang disekeliling mu ada~]

KAK DEV***{KAK OSIS}

Satu jam berlalu, kini rombongan anak IPS II telah sampai di sekolahan. Mereka mulai menuruni bus yang mereka naikin.

Leta dengan tanpa semangat berjalan gontai. Matanya sembab, hidungnya memerah. Sedari tadi Naya dan Dinda menanyakan apa yang terjadi padanya, namun tak di gubris oleh Leta.

Leta sudah mengirim pesan ke WhatsApp Dev. Ia meminta untuk di jemput. Segala keraguan yang mulai tumbuh di hatinya ia tepiskan. Leta yakin Dev akan setia padanya.

Namun sampai kini Leta belum juga mendapatkan balasan dari Dev. Bahkan lebih parahnya chatnya tidak di balas. Leta tau Dev online tapi kenapa Dev tidak membalas pesannya? Sesibuk itukah dia bersama perempuan lain? Leta tertawa miris dalam hati.

Matanya sudah mulai memerah lagi, air matanya hampir turun jika saja tidak ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Udah ayo pulang bareng gue sama Zino," ajak Zeno yang kini sudah berada di samping Leta.

Leta segera mengalihkan mukanya terlebih dahulu, ia takut jika Zeno melihat dirinya menangis kembali. Zeno dari tadi yang diam tidak menanyakan apapun. Bahkan Zino yang notabennya pendiam dan masa bodo pun menanyakan ada apa dengan dirinya.

"Hmm," Leta tersenyum palsu. "Gue tunggu kak Dev aja, kasian nanti dia jemput gue, guenya udah gak ada," lanjutnya.

Diam-diam dalam hati Zeno merutuki kebodohan Leta. "Udah ayo bareng gue aja, Dev gak bakal jemput lo," Zeno langsung menarik Leta, memasuki mobil sedan berwarna hitam itu.

Leta melihat ada Zino di depan dan supir pribadi keluarga Alviano. Leta tersenyum simpul kepada bapak tua yang menjadi supir itu. Dan bapak itu tersenyum ramah kepada Leta.

Zeno duduk disampingnya. Selama perjalanan hening tidak ada pembicaraan. Leta terus memandang jalanan dari kaca mobil.

Sampai tak terasa mobil sudah berhenti di depan halaman rumah Leta.

Zino melirik Leta yang masih termenung menatap kearah luar. Zeno menghela nafas. Ia menepuk pelan bahu Leta.

"Udah sampe."

Leta tersentak. Ia tersenyum kikuk. "Maaf, Thanks Zen, Zin, pak," ucap Leta menatap mereka satu-persatu. "Gue balik duluan," lanjutnya.

Zino Zeno dan pak supir pun mengangguk berbarengan.

Setelahnya Leta keluar dari mobil. Leta membiarkan mobil keluarga Alviano pergi terlebih dahulu setelahnya baru ia mulai membuka gerbang rumahnya dan masuk.

WILL BE TOGETHER? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang